Bahagia adalah urusan dunia internal. Begitu sedikitnya yang dapat saya pahami dari sebuah kajian ilmu yang disebut Neuro Linguistic Programming atau NLP.

Secara singkat, kebahagiaan yang kita rasakan merupakan produk dari apa yang kita pikirkan. Apa yang kita pikirkan itu berupa bayangan atau "film", juga suara yang kita putar di kepala kita. Itulah yang disebut dengan dunia internal. Dunia internal inilah yang menentukan atau setidaknya sangat mempengaruhi perasaan yang kita rasakan, termasuk bahagia tidaknya kita.

Kita tidak perlu ikut-ikutan kebanyakan orang yang mengeluh atau menyalahkan, menghakimi, dan seterusnya yang justru membuat pikiran dan perasaan kita tidak bahagia. Padahal, bahagia yang kita rasakan berdampak sangat banyak dalam setiap aspek kehidupan kita, mulai dari kualitas kesehatan diri kita sendiri, keputusan-keputusan yang kita ambil, tindakan-tindakan yang kita lakukan, hingga hasil-hasil yang kita dapatkan.

Di antara yang juga saya pelajari dalam ilmu psikologi, bahwa kemampuan seseorang dalam merespon situasi yang dialami akan menentukan hasil yang didapatkan. Dua orang mengalami kejadian yang sama, tetapi dengan pilihan respon yang berbeda, maka hasil yang didapatkan juga tidak sama.

Secara sederhana bisa kita katakan, walaupun tidak mudah juga untuk dipraktikkan, bahwa apapun situasi-kondisinya, termasuk situasi pandemi seperti sekarang ini, bahagia atau tidak bahagianya kita, tenteram atau tidak tenteramnya batin kita, itu sangat dipengaruhi oleh pola pikir kita sendiri, bagaimana kita menafsirkan, menginterpretasikan, memaknai, mengartikan semua yang kita lihat, dengar, alami, dan rasakan dalam keseharian kita.

Jadi, sekali lagi, bahagia tidaknya kita dalam setiap situasi, termasuk dalam situasi pandemi seperti sekarang ini merupakan pilihan kita masing-masing. Kenapa tidak memilih bahagia? Toh, bahagia itu bagus dan bermanfaat buat diri kita, meningkatkan sistem imun tubuh kita, menyebar dan menular ke lingkungan sekitar kita, membuat kita berpikir lebih baik, keputusan yang kita ambil lebih jernih, tindakan yang kita ambil juga berpotensi lebih baik, sehingga hasil akhirnya pun juga lebih baik.

Kenapa kita tidak memilih untuk bahagia dalam situasi pandemi ini? Kalau kita mau merenungkan kebenaran ini, maka kita akan mendapatkan insight atau inspirasi bahwa kitalah pemimpin atas diri kita sendiri, spesifiknya tentang apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan, apa yang kita lisankan, apa yang kita putuskan, apa yang kita lakukan, yang semua itu dinamakan ikhtiar. Hasil, dari pengalaman kita, tidak menghianati ikhtiar yang kita lakukan.

So, let's be happy! Let's happy together!