Akhirnya Dapat Kupeluk
#tanthar_366
#berpentigraf
Akhirnya Dapat Kupeluk
Bukan bermaksud euphoria, bukan pula berniat menyombongkan diri. Rara sedikit bersorak kegembiraan. Suaranya memenuhi gendang telinga yang ada. Aku menyaksikan dengan keheranan, ayahnya yang sedari tadi di depan laptop juga mengerinyitkan dahi, apalagi ibunya berkali-kali melarang Rara agar jangan berteriak, tapi Rara seperti kemasukan setan, tidak peduli dengan semua disekelilingnya. Aku mulai meragukan kesehatan Rara, segera kuraih tangannya, dan meraba dahinya, ah biasa saja, tidak panas. Rara menarik tangannya dengan kasar, dan kembali melompat-lompat.
Aku menyaksikan kembali, hari ini Rara mulai bertingkah seperti kemaren malam. Pagi-pagi dia berlari-lari kecil sambil mencomot roti selai buatan ibunya, lalu kembali ke kamar. Masih terdengar suaranya dari balik dinding kamar. Aku geleng-geleng kepala, dan mulai berfikir Rara harus di bawa ke orang pintar, agar bisa diobati. Untuk menyampaikan kepada ayahnya, aku agak ciut. Pikiran itu kupendam saja sampai pada waktunya nanti. Rara keluar kamar, dengan baju warna pink, kerudung merah menyala, tas selempang kecil ikut menemaninya. Rara memintaku untuk mengantarnya. Atas izin dari ayahnya akupun siap mengantar Rara ke tujuannya, walau dengan perasaan takut.
Motor skupi, kunyalakan, tapi kemudian Rara mematikannya, dia minta diantar pakai mobil, aku tidak bisa membantah. Kunyalakan mesin mobil, Rara sudah duduk di bangku sebelah kiri. Perlahan sekali aku menjalankannya, takut kalau-kalau Rara melompat keluar. Rara mencubitku, minta jalan mobilnya di cepatkan, kutekan pedal gas, rara mulai senyum, tidak ada teriakan seperti di rumah tadi. Setelah sampai, di tempat parker, aku disuruh menunggu dalam mobil, tidak boleh mengikutinya. Aku menurut saja, walaupun ada rasa cemas. Tidak sampai tiga puluh menit, Rara sudah kembali langsung menghenyakkan pantatnya di bangku sebelah kiri. Rara meraih tanganku pelan, dan minta diantar pulang, aku mengangguk. Ada rasa dag dig dug di dadaku, ketika Rara memegang lenganku, sebuah rasa menjalari tubuhku ini. Kuberanikan diri untuk bertanya kepadanya, kenapa dia seperti kemaren, dengan nada lembut. Tiba-tiba… “Horeeeeeee….. akhirnya dapat kupeluk juga ini!” teriaknya sangat kencang, dan menyodorkan sebuah novel karya Denny, yang berlabel “Membentangi Pelangi di Laut Mentawai. Aku hanya mampu mengurut dada, sabar.
-salammentawai
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren pak twistnya
hehehehe makasih bu
Mantap pak Deny....
Makasih bu
Ha haa... ada-ada saja ekspresi yg bisa ditulis yaa Pak Denny... selalu menawan dengan cerpennya yg keren... good luck Pak
hehehehehe hanya ketemu ide begitu bu. Makasih bu
Keren Pak
makasih bu
Keren pak
Makasih bu