Awal tahun 2023, yang merupakan awal dari membangkitkan resolusi harapan dan cita cita. Malam pergantian tahun selalu diwarnai dengan kelapkelip lampu di berbagai pojok kota dengan lantunan suara biduanita. Bagaikan laron laron melihat cahaya, banyak orang berdatangan menyaksikan lenggak goyang penyanyi dan hiruk pikuk suara musik. Semua berdendang gembira saat lagu yang dibawakan lebih familiar.

Aku yang masih saja duduk termanggu di depan teras, menyaksikan beberapa kilauan kembang api yang dimainkan anak tetangga. Jarum jam terus berputar, malam semakin mendekati pergantian tahun, aku masih setia menunggunya menjemput. Celana jeans belel kupadukan dengan tsirt merah menyala, selembar syal melilit di leherku, penghambat dinginnya malam. Sepatu kets merah telah siap di depan pintu ingin segera kupakai disaat pujaanku dating menjemput.

Gerimis malam tahun baru belum juga berhenti agak sejenak, rintiknya masih saja terus membasahi bumi, membasahi wajahku disaat aku melongoknya ke depan pagar halaman. Deraian hujan bercampur dengan linangan air mata yang hamper saja runtuh. Aku kembali berbalik ke depan teras untuk duduk menunggu. Sesekali kusapu selembar tisu ke wajahku yang bedaknya sudah luntur. Ada rasa sesak di dada ini, sulit untuk kutumpahkan, malam semakin melarut, hatiku berdetak tidak menentu, bercampur baur antara harap dan kecewa. Aku tak mau tangisku tumpah dan menjadi tontonan adik adikku. “Hey… hayook, ntar keburu malam!” teriak sebuah suara dari bali jendela sedan mungil warna putih. Aku menoleh, lalu buru-buru pasang sepatu, dan berteriak “Pa… Ma… aku berangkat ya. Assalammualaikum.” Lalu berlari ke depan pagar. “Waalaikumsalam, hati-hati nak, jangan terlalu malam pulangnya”, jawab ibuku dari balik gorden ruang tamu sambil mengintip.

-Tahunbaru2023-