Denny Boy Roha

Adalah guru dan juga principal di SMA Negeri Jakarta. Alumini IKIP Padang, jurusan Akuntansi. Wakil Ketua MGMP Ekonomi DKI, Intstruktur Kurikulum 13, ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menanti Kepastian

Menanti Kepastian

#tanthar_378

#berpentigraf

Menanti Kepastian

Entah sudah berapa kali purnama, setelah di halte itu. Komunikasi aku dan dia selalu lancar walaupun lewat saluran udara. Ada getar rindu di dadaku saat mendengar suaranya di seberang sana. Apakah dia juga demikian? Atau jangan-jangan dia menghabiskan hari-harinya dengan wanita lain yang jauh lebih cantik. Ah tidak mungkin… dia sudah mengucapkan janjinya di halte itu. Ujar kata hatiku sendiri menghibur diri. Dulupun dia pernah berkata, kalau saja ingin meninggalkanku, sudah ada wanita lain yang akan menerimanya, tapi kesetiaan tetap menjadi pilihan. Itulah yang membuat aku luluh dan tetap menunggunya dengan setia.

Dengan mengenakan kemeja garis-garis hitam putih, dan celana hitam, dia terlihat gagah, saat menjemputku ke kantor. Aku lemparkan senyum dan sebuah salaman untuknya. Kami berjalan di sepanjang trotoar, udara sore cukup sejuk untuk berjalan kaki. “Ela… kita mampir dulu makan ya, aku dari pagi belum sempat makan.” Ujarnya saat tangannya menarikku ke sebuah restoran kecil. Masya Allah, kenapa dia belum makan, kalau perut kosong itu khan bisa membuat sakit. Aku mengikuti langkahnya, kami masuk restoran, dan mengambil tempat duduk di pojok dekat jendela. Akhirnya akupun ikut makan. Sangat lahap dia makan, mungkin karena terlalu lapar, aku hanya geleng-geleng kepala. Sekejap selesai sudah kami makan, kini menikmati minuman segar, sambil ngobrol santai.

Segelas jus tomat untukku dan jus alpukat untuk dia sudah dihidangkan. Kutatap sorotan matanya, terlihat tegar. Berbagai macam masalah berkecamuk di bola matanya, namun selalu sirna dengan seulas senyumnya. Aku sangat nyaman jika berada di sampingnya. Ada ada saja guyonan yang dia lontarkan membuat aku girang. Aku melirik jam tangan yang melingkar di tanganku. “Waduuuh udah jam 6:00, usai sholat maghrib kita langsung pulang ya?” ajakku padanya, dia hanya mengangguk tanda setuju. Kami bergantian sholat di mushalla restoran. Ada kesejukan menelusup di relung hati, saat kuberdoa pada Tuhan agar kami segera disatukan. “Ela… minggu depan aku antar kamu dan aku akan bicara kepada bapak untuk melamarmu. Dan kita akan menikah di hari Kartini. Kamu setuju?” ujarnya serius. Kalau saja sudah halal, ingin rasanya aku peluk dia sekuat-kuatnya, menunjukkan kegiranganku. Akhirnya kami melangkah keluar restoran setelah membayar di kasir. Sebutir air hangat menggantung di suduh mataku, tandanya aku terharu.

-salamela

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren

24 Mar
Balas

Makasih bu

25 Mar

Kereeen pentigrafnya, Pak. Salam literasi

24 Mar
Balas

makasih pak

24 Mar

Wah, so sweet Pak.

24 Mar
Balas

Wah, so sweet Pak.

24 Mar
Balas

Moga moga aaja bu

25 Mar

Keren pak. So sweet sekali. Semoga langgeng. Sukses selalu pak

25 Mar
Balas

Mudah2an langgeng ya bu. Makasih bu

25 Mar

Keren. Semoga langgeng ya. Hehehe

24 Mar
Balas

Makasih bu... mereka belum menikah bu.

24 Mar



search

New Post