Denny Boy Roha

Adalah guru dan juga principal di SMA Negeri Jakarta. Alumini IKIP Padang, jurusan Akuntansi. Wakil Ketua MGMP Ekonomi DKI, Intstruktur Kurikulum 13, ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menjelang Malam Pertama
Ilustrasi, akad nikah saat pandemi Covid-19 https://ayosemarang.com/read/

Menjelang Malam Pertama

#tanthar_382

#berpentigraf

Menjelang Malam Pertama

Aku seperti tidak percaya dengan apa yang sedang kualami sekarang. Gaun putih dipenuhi payet-payet manis dan setangkai mawar merah menyolok mata. Mba Ening, bu Kuntari serta Mince sibuk mendandaniku, wajahku di dempul sana dempul sini, dipolesi bedak merah muda. Bibirku dipasangi lipstik merah menyala, sebuah mahkota bertahtakan berlian KW menempel di kepalaku. Sejenak kutatap wajahmu di kaca, aku tak percaya itu adalah aku, bagaikan boneka Barbie yang lucu.

Sanak saudaraku sudah sejak kemaren lusa berdatangan, ingin menyaksikan hari bersejarahku. Di luar sudah banyak tamu undangan yang duduk menunggu. Aku masih saja tidak diperbolehkan keluar kamar, sebelum calon pengantin pria datang dan duduk di depan penghulu. Sepupuku, Mulyono sudah pergi menjemput penghulu ke rumahnya. Aku mulai merasakan dag dig dug. Berbagai rasa bercampur aduk, membuat aku semakin gugup. Jika setelah akad nikah diucapkan, maka resmilah aku menjadi istrinya, yang selama ini sangat aku inginkan. Aku akan menyiapkan minum paginya, makan siang dan makan malam serta memberikan layanan yang baik sebagai seorang istri. Hmmm… senyumku mengambang membayangkannya.

Penghulu sudah datang dan sekarang sedang sarapan bersama bapak sambil menunggu rombongan pengantin pria. Aku masih saja di dalam kamar. Udara kamar yang dingin karena AC dinyalakan, berbeda dengan suhu tubuhku yang panas dingin menunggu malam pertamaku. Sedang asyik berkhayal, terdengar suara gaduh di luar, aku tidak bisa melongok, karena pintu dijaga. Apa yang terjadi? Gemuruh di dadaku semakin kencang. Leoni masuk ke kamarku, dan berbisik “Mba Ela, salah satu mobil rombongan pengantin pria tabrakan, tapi belum tahu mobil yang mana.” Aku terkesiap, ada kecemasan di dadaku. “Ya Tuhan… selamatkan calon suamiku, jangan sampai terjadi apa-apa dengannya”, aku memanjatkan do’a. air mataku mengalir, makeupku sedikit luntur, kesedihan melanda jika terjadi apa-apa dengannya. “Ya Tuhan… jangan Kau gagalkan malam pertama kami”. Kembali doaku yang sedikit nyeleneh. Ibu membuka pintu kamar, lalu memolesi bedak tipis menghilangkan luntur tadi. Aku dibimbingnya ke luar kamar menuju meja pernikahan. Di situ sudah ada penghulu, dan seorang pria. Siapa dia? Bukankah? Berbagai pertanyaan menggantung. Acara akad nikah berjalan cepat, tanpa bertele-tele. Para saksi menyorakkan kata “Sah…Sah…” Maka sah lah aku jadi istri pria ini.

-salamsah

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Pentigrafnya

28 Mar
Balas

Hehehehee hanya berkisah bu

29 Mar

sah, sah. akhirnya happy ending, keren pak

29 Mar
Balas

ternyata sah... itu kata yang ditunggu. Makasih bu

29 Mar



search

New Post