Denny Boy Roha

Adalah guru dan juga principal di SMA Negeri Jakarta. Alumini IKIP Padang, jurusan Akuntansi. Wakil Ketua MGMP Ekonomi DKI, Intstruktur Kurikulum 13, ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Rindu Tak Tertahan, Tahu Susu Jadi Sasaran (2)
Ilustrasi:koleksipribadi

Rindu Tak Tertahan, Tahu Susu Jadi Sasaran (2)

#berpentigraf-2

Rindu Tak Tertahan

Tahu Susu Jadi Sasaran

Mobil kujalani dengan pelan, butuh bantuan google map, karena lokasi nya aku kurang paham. Google map sangat membantu. Dentang-dentang notifikasi di ponselku seperti irama tersendiri kunikmati, kadang aku tersenyum saja sendirian. Beberapa sepeda motor dengan knalpot bising, mendahuluiku meninggalkan asap putih tebal.

Syukur pada Allah, akhirnya aku sampai juga di depan gerbang tempat temanku itu. Pintu gerbang dibuka satpam, kemudian dia bertanya, aku langsung jawab dengan menyebut nama sahabat baikku. “Oh… itu pak, kantornya di belakang ini, bukan yang ini kantornya. Bapak bisa lewat jalan ini saja.” Ujar satpam menunjuk gang kecil. Ups… ternyata salah alamat. Dengan sedikit menggangguk, aku menyusuri gang kecil itu, atap kantornya sudah kelihatan, tapi jalan menuju ke sana sangat sempit. Seperti nenek-nenek belajar sepatu roda, aku menjalani mobilku. Breeett…. Duh mak, sebuat baretan kecil namun panjang, menghiasi dinding mobilku. Alamaaaaaakkk. Ya sudah demi teman baik.

Sampai juga aku di tempatnya, aku disambut dengan hangat oleh teman-teman yang sudah lama tidak jumpa. Kami langusung masuk ruang kantornya, teman baikku itu senyam-senyum saja melihat tingkah polah sahabatnya yang imut-imut namun amit-amit. Ada Yenni, Eni, Desi, Rifni dengan adiknya Dwi, Ary dan Masmet, Awin dikawal oleh Dyah dan Endah, Dekri, om Roni, dek Toro, dan Denny. Semuanya mengajak-ajak kulkasku, yang memang tidak ada isinya. Lalu kami tertawa lepas, seperti anak-anak yang terlalu lama di pasung, kemudian di lepaskan.

“Hoii… mana bawaan kalian, sini, kita buka dan habiskan rame-rame.” Ujar Desi. Aku buru-buru mengambil di mobil dan menyerahkannya, begitu juga Rifni dan lainnya. Penuh sudah meja ruang kerja temanku. Karyawannya geleng-geleng kepala menyaksikan, dakocan-dakocan pandemic beraksi. Sementara Desi dan Eni menyiapkan sajian, kami segra mencari spot photo-photo. Hampir semua sudut asyik dijadikan spot photo, karena rapih, bersih dan unik. Macam-macam gaya kami munculkan,

“Met…. Masmet… Ini apaan yang di bawa?” Gimana caranya? Suara Desi menggelegar, kami buru-buru menghentikan photo both, dan berkumpul dengan seksama. “Mana tahu susunya?” ujar Desi. Aku dengan lagak pahlawan, menyerahkan bungkusanku. Semua tertawa… Ari sampai berurai air mata ketawa. Dwi juga demikian salah-salah menghapus airmata pakai masker. “Ini bukan tahu susu,!” aku bingung, padahal sudah kubelikan tahu beberapa kotak, dan susu kental manis lima kaleng”. Awiiinnnn saking nggak kuat menahan ketawanya, buru-buru minjam kain sarung ke karyawan yang ada. Da Yo, baru datang langung panik.

-salamGGS

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah... gembiranya bertemu teman lama...semua tertawa... bahagia... terima kasih sudah berkunjung di blog saya..semoga panjang umur dan salam bahagia.

09 Apr
Balas



search

New Post