DENNY SOFIASTUTI,M.Pd

Denny Sofiastuti,M.Pd. Lahir di Solo,12 Desember 1965. Pendidikan S-2 Bahasa Indonesia di Universitas Islam Malang. Mengajar di SMAN 21 Su...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kangen Mbok Jum

Kangen Mbok Jum

Libur akhir pekan segera tiba, di otakku aku punya rencana ingin meluncur ke Jogja karena sudah lama aku tak berkunjung ke sana sambil bersilaturahmi di keluarga besar bapakku di Solo. Jumat sore aku berangkat dari Surabaya menuju Solo, di kota ini ada tiga tempat saudara bapakku yang akan aku kunjungi, menjelang Maghrib perjalananku baru tuntas. Aku mencari penginapan sederhana di seputaran Jalan Slamet Riyadi. Di sini aku dapat menikmati ramainya jalan ini dalam suasana malamnya sambil makan tengkleng racikan khas Wong Solo menu kesukaan anak lelakiku, keesokan harinya aku jalan-jalan di Mall-Mall yang ada di sana sampai puas sambil momong cucuku yang masih imut-imut.

Minggu pagi ini agendaku adalah pergi ke sebuah warung lesehan sederhana langgananku, di Pasar Kranggan Jogjakarta. Tepatnya di warung Mbok Jum. Warung Mbok Jum tak seperti warung-warung angkringan lainnya yang lagi marak saat ini di Jogjakarta. Mbok Jum berjualan nasi liwet di trotoar dengan menggelar benner bekas seadanya. Sudah puluhan tahun pekerjaan Mbok Jum tak lekang ditelan zaman. Tidak cukup banyak sih pelanggannya, tapi *maler satu dua orang datang silih berganti makan di warung Mbok Jum. Menu yang disajikan juga sederhana cuma nasi liwet sayur lodeh manisah, tahu tempe goreng, dadar telur dan ayam goreng.

Kali ini aku berencana ingin berlama-lama di sana, karena aku agak lama berada di kota Gudeg ini. Aku berada di warung Mbok Jum untuk sedikit bernostalgia dengannya sambil menyantap menu masakan khas Mbok Jum yang aku kangen menyantapnya. Aku senang mendengar dialog antar Mbok Jum dan pembelinya yang kental dengan logat khas Jogjakarta. Tak lama aku duduk di sana datanglah seorang laki-laki setengah baya, setelah memarkir becaknya tak jauh dari tempat Mbok Jum mangkal laki-laki itu duduk tepat di sebelahku.

‎“Gratis Mbok??“ Si Parjo bertanya heran.

“Ya , kenapa? makan aja apa yang kamu suka."

“Wah.... terimakasih mbok...terimakasih…”

‎Si Mbok tersenyum riang ketika memperhatikan Parjo, langganannya yang biasa berhutang di warungnya, sekarang ia menyantap makanan dengan lahapnya.

Mungkin kali ini pria itu dapat menikmati makanannya dengan tanpa beban.

Keringat tampak meleleh di keningnya.

“ Jo...!!“

“Ya, Mbok. Ada apa..? Apa ini hanya guyonan saja Mbok?" Parjo melongo ke arah si Mbok dengan bingung dan mulut yang masih terisi nasi.

Tapi Si Mbok tetap tersenyum.

“Ini catatan Bon kamu ya? tanya Si Mbok dengan tersenyum.

“Ya Mbok. Tapi aku ndak ada duit sekarang."

“Ya, aku tahu. Kamu memang selalu ndak ada uang akhir2 ini.

Ya sudah, Bon kamu aku hapus..!“ jawab Si Mbok dengan senyum khasnya.

“ Hapus???“ teriak Parjo dengan bengong.

“Wah, lelucon apa lagi ini Mbok, Jangan bikin aku jantungan Mbok. Gratis saja aku sudah bingung…lah sekarang Bonku malah dihapus, lagi.“

“Ya ..kamu ndak perlu jantungan. Terima aja. Aku senang kok” Jawab Si Mbok.

Hari itu ada hampir 40 orang yang datang makan di warung Mbok Juminah termasuk aku ada di sana.

Mereka semua adalah supir angkot, tukang becak, pemulung, pedagang asongan, pengamen jalanan dan tukang minta2 yang biasa nongkrong di sudut jalan.

Semua menikmati makanan dengan gratis.

Bahkan sebagian dari mereka yang punya catatan hutang dinyatakan dihapus oleh simbok.

Kebahagiaan jelas sekali terpancar diwajah si Mbok.

Pemandangan tersebut aku saksikan sendiri sambil asyik menikmati es teh manis.

Mereka yang datang seakan tidak memperdulikan ku.

Tapi tidak ada satupun ekspresi wajah dari mereka yang luput dari perhatianku.

Hari itu memang aku sengaja datang ke warung Si Mbok yang jadi langgananku ketika aku mahasiswa dulu sering berkunjung di Jogjakarta, karena Eyangku tinggal di Solo. Jadi setiap aku ke Solo pasti juga ke Jogja meski hanya satu atau dua jam.

Si Mbok hampir tidak percaya ketika aku datang.‎

“Sugeng enjang …..Mbok!!! Ingat saya nggak?”

“Pasti nggak ingat karena lama sekali aku nggak ke sini, tapi biarlah Mbok Jum lupa dengan aku yang penting aku nggak lupa sama Mbok Jum.”

“Sinten nggih?”

“Saya Ranti Mbok dari Surabaya yang dulu hampir dua minggu sekali main ke sini.”

“Sudah Mbok gak usah dipikir, sekarang aku mau tanya sama Si Mbok.”

“Mbok nyuwun sewu, kalau boleh tau berapa penghasilan Mbok Jum berjualan seperti ini?”

‎"Maksud Jeng??“ Tanya Si Mbok dengan sedikit terkejut.

“Ya Mbok. Aku ingin tahu berapa jumlah penjualan Si Mbok bila seluruh makanannya habis terjual,” tanyaku tanpa memperdulikan keterkejutannya.‎

‎“400 ribu rupiah, Jeng, tapi tidak semua Si Mbok terima karena sebagian dihutangin”

“ Baik, berapa jumlah catatan hutang dari semua pelanggan Si Mbok“ tanyaku lagi.

“ Ada Rp 700 ribu," jawabnya lagi tapi masih bingung.

“Oke Mbok. Nah ini saya beri uang Rp 1.500.000,“ kataku sambil memberikan uang itu kepadanya.

“Oh.. Untuk apa ini Jeng…??” Sekarang benar2 bingung dia.

‎“Aku hanya ingin memberikan uang ini kepada Si Mbok. Karena dalam keadaan sulit Si Mbok masih bisa berbuat baik sama orang. Si Mbok bisa ngutangin orang yang butuh makan walau Si Mbok sendiri tidak tahu kapan orang itu akan membayar.”

Sambil memperhatikan wajahnya yang berseri dalam kebingungan, kupegang tangannya dan kuserahkan uang itu.

‎“Nah, apa yang akan Si Mbok lakukan dengan uang ini?" sambung ku.

‎“Si Mbok hanya ingin memberi kesempatan semua langganan makan gratis hari ini. Menghapus semua hutang mereka.” Jawabnya.

‎“Mengapa???“ Sekarang gantian aku yang bingung.

‎“Si Mbok ini orang miskin Jeng. Simbok pengen sekali bersedekah tapi ndak pernah bisa. Wong hidup juga sulit begini," katanya.

Ternyata Si Mbok tak menyadari bahwa apa yang dia lakukan itu sudah termasuk bersedekah.

**

Senja mulai beranjak malam.

Aku melangkahkan kaki menjauhi sudut jalan itu menuju ke parkiran mobilku.

Dalam perjalannku aku merasa lega sudah makan menu masakan Mbok Jun juga dapat melepas rinduku pada Si Mbok langgananku seorang penjual nasi liwet di kaki lima Jogjakarta yang sangat ramah ini.

Di dalam mobil aku termenung.

Hari ini setelah melepas rinduku pada Si Mbok Jum, secara tidak langsung aku mendapat pencerahan yang cukup berharga darinya.

Selama ini kita begitu hebatnya menggunakan retorika bahwa kita peduli dengan si miskin.

Kita marah kepada ketidak-adilan. Tapi kita tidak berbuat banyak.

Tapi sebetulnya kehadiran Tuhan tetap ada di lingkungan Si Miskin.

Dengan kesahajaan di antara mereka dan cara mereka, mereka berbagi untuk saling peduli. Itu... Semoga setelah ini aku akan berubah, bahwa bersedekah itu tak harus menunggu kaya .

‎ Negeri ini kuat karena rahmat Tuhan yang meniupkan pesan cinta ke hati siapapun untuk saling berbagi. Masalahnya ada yang bisa membaca pesan itu dan ada yang tidak membacanya. Mbok Jum adalah contoh bahwa pesan cinta Tuhan itu telah dibacanya dengan baik, dia memang bukan orang intelek atau terpelajar seperti kita namun Si Mbok termasuk kategori cerdas nuraninya, dia tak pernah berspikulasi yang ada di pikirannya dia merasa senang dan bahagia dapat berbagi dengan sesama. Walau sedikit yang dia punya itulah yang dia bagi.

Saudaraku...‎

Memang cinta selalu menyehatkan dan menentramkan walau harus dengan memberi sesuatu di mana pada waktu yang bersamaan diri sendiri juga sangat membutuhkannya.

"Berbagi tidak harus menunggu kaya."

Apa saja yang saat ini kita punya, tidak harus berupa uang mari kira-kira apa yang dapat kita bagi kepada sesama? Ayo kita ikuti jejak Mbok Jum si penjual nasi liwet idolaku.

****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post