DENNY SOFIASTUTI,M.Pd

Denny Sofiastuti,M.Pd. Lahir di Solo,12 Desember 1965. Pendidikan S-2 Bahasa Indonesia di Universitas Islam Malang. Mengajar di SMAN 21 Su...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sebuah Goresan Literasi dari Kota Madinah

Sebuah Goresan Literasi dari Kota Madinah

Menguak berita dibukanya kembali Jamaah Umroh ke Tanah Suci mulai November mendatang seolah jadi pengobat luka lara bagi jamah Umroh yang sempat batal berangkat beberapa waktu silam. Masih lekat diingatan dua minggu setelah kepulanganku dari tanah suci, terkuak berita Makkah ditutup untuk seluruh jamaah Umroh dari seluruh dunia. Hal itu dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi karena wabah Corona. Alasan kuat ditutupnya kota Makkah dari aktifitas ziarah dan ibadah Umroh bahkan Haji demi untuk menjaga keselamatan umat. Betapa kecewanya saudara-saudara kita saat itu tak dapat kita menggambarkan. Beribu bahkan berjuta jamaah siap berangkat di bandara dengan segala niat, bekal dan semangatnya, tiba-tiba dibatalkan oleh pemerintah Arab Saudi. Tak ayal terjadi jerit tangis dan kesediahan ada di mana-mana di seluruh bandar udara di Indonesia bahkan di negara-negara di seluruh dunia. Kekecewaan yang tak akan terbayar karena sebuah perjalanan yang sangat didambakan tak dapat dilaksanakan, bahkan tak tentu kapan mereka dapat kembali bisa berangkat.

Lebih miris lagi jamaah sudah posisi di Ji'rona sebuah miqhot Umroh bagi jamaah dari Madinah yang hendak menuju kota Mekkahpun tidak diizinkan masuk kota Makkah. Sungguh semua itu di luar nalar manusia manapun. Jamaah yang baru mendarat di Jeddah mereka juga ditolak masuk ke Mekkah, ada jamaah Indonesia yang dari Masjidil Aqhsho hendak menuju Mekkah juga tak bisa. Segala yang terjadi tak lepas dari skenario Allah SWT, manusia tak dapat berbuat apa-apa. Mungkin dengan adanya wabah ini Allah menunjukkan kebesarannya bahwa apapun tak akan dapat terjadi tanpa ridloNya. Sekaya apa manusia kalau sudah seperti itu harta dan kekuasaan tak dapat menyelesaikannya. Mari kita bermuhasabah bersama, ada apa di balik musibah corona kali ini.

Delapan bulan sudah wabah Corona (Covid-19) melanda dunia. Siapapun tak dapat memungkiri wabah ini, tak pandang siapa dan jabatannya apa, sepandai apa mereka tak akan mampu menolak kenyataan ini. Belajar dari wabah yang saat ini masih berlangsung, sebagai umat beragama kita harus yakin bahwa ini adalah sebuah teguran Allah terhadap umat manusia. Tetes air mataku saat aku pandangi satu persatu foto kenanganku di tanah suci. Semakin kuat dorongan hati untuk dapat kembali beribadah di sana. Memang beribadah di sana mempunyai kenikmatan serta pahala yang tak tergantikan di tempat lain.

Madinah adalah tanah suci kedua di Arab Saudi setelah kota Makkah, siapapun akan merasa betah jika berada di kota ini. Aku menjulukinya Kota Literasi karena di sini jamaah Umroh maupun Haji dapat belajar banyak hal tentang agama dan cara-cara bermuamalah sesuai tuntunan Nabi besar Muhammad SAW. Yang lebih memperkuat pernyataan saya tersebut karena di sini berdiri pabrik Al-Quran terbesar yang memasok Al-quran untuk para jamaah haji dan umroh yang datang dari seluruh penjuru dunia. Di pabrik ini terdapat semacam musium kecil yang berisi bukti-bukti penerbitan Al-quran dari masa ke masa.Ternyata di sana tidak hanya menerbitkan Al-quran saja, tetapi juga ada Al-quran terjemah dengan segala bahasa di dunia termasuk Indonesia. Setiap jamaah yang menyempatkan diri untuk berkunjung ke tempat ini akan mendapatkan bingkisan satu mushaf Al-quran gratis. Saat berkunjung di sana kita ditanya oleh karyawannya ingin Al-quran yang ukuran sedang atau besar, mau yang Al-quran atau Al-quran terjemah semua ada. Tidak hanya itu, untuk anak-anak yang turut berkunjung juga mendapat bingkisan Juz Amma lengkap berupabuku bergambar. Di tempat ini kita mendapat pelajaran berharga, betapa Nabi Muhammad SAW. telah mewariskan ilmu baca tulis kepada kita. Inilah yang sekarang dikenal dengan literasi. Sebagaimana kita tahu bahwa dengan ilmu tersebut membawa kemaslahatan umat. Betapa tidak? dengan adanya Al-quran dibangunlah pabrik Al-quran sebesar itu hingga membuat negeri ini kaya raya karenanya. Bisa dihitung berapa pendapatan perusahaan tersebut yang tak henti-hentinya mencetak Al-quran berjuta-juta mushaf setiap hari dengan harga satuan sebesar 40 real setara dengan 148 ribu untuk ukuran sedang dan seharga 75 real setara dengan 278 ribu untuk ukuran standart. Belum buku-buku kajian yang lain, Subhanallah sungguh nominal yang tak terhitung pendapatannya.

Di Mekkah dan Madinah tiada hari tanpa membaca Al-quran bagi semua orang, termasuk jamaah dari Indonesia dan negara-negara lain jika berada di sana akan terbawa suasana itu. Saat-saat menunggu shalat jamaah selalu ada kajian-kajian yang dipandu oleh mahasiswa di sana untuk belajar membaca dengan tajuwid dan tartil secara benar, sehingga suasana di sebagian masjid seperti perkuliahan membaca atau menulis serta kajian Al-quran. Di sinilah aku memaknainya dengan berliterasi kitab suci karena saat itu mereka mengupasnya sesuai dengan surat yang dibahasnya. Meskipun tak begitu paham dengan bahasa Arab aku berusaha memahami kajian yang mereka bawakan. Dilanjutkan praktik membaca Al-quran dengan benar. Dengan sabar mereka membimbing pelafalan huruf demi huruf serta panjang pendeknya agar pembaca Al-quran terhindar dari kesalahan. Sebagaimana kita ketahui jika kita salah membaca maka maknanyapun ikut berubah. Hal penting patut dicatat adalah adanya perubahan perilaku setelah membaca dan memahami Al-quran. Sungguh suasana yang sangat aku rindukan, aku berharap dapat datang kembali ke sana untuk yang ketiga kalinya Aamiin ya Allah.

Kita patut bersyukur dan bangga atas tersiarnya berita tersebut. Mari saudara-saudaraku pasang niat untuk dapat beribadah ke sana, yang perlu dicatat tidak sekedar niat. Agar niat tersebut dapat terealisasi perlu didukung sebuah actions plan dari sisi finansial harus disisihkan secara disiplin. Jika kita benar-benar dapat berangkat, selain niat, berdo'a dan usaha. Kita harus berusaha dapat mengesampingkan urusan duniawi yang tak akan pernah ada habisnya ini. Jika tidak, maka jangan salahkan diri sendiri jika sampai nanti kita tutup usia kita tak pernah menginjakkan kaki di tanah suci ini. Salah satu doa yang sempat aku panjatkan adalah diberi kelapangan rejeki sehingga dapat memberangkatkan Umroh saudara-saudara kita yang mengalami keterbatasan finansial. Semoga catatan singkat ini dapat menginspirasi pembaca untuk segera memasang niat untuk beribadah Haji atau Umroh. "Semakin kita menunda keberangkatan Haji dan Umroh, maka semakin kecil kita dapat berangkat mengingat antrian Haji saat ini sudah lebih dari 30 tahun, sedangkan untuk Umroh kuotanya mulai terbatas juga terkait masa pandemi covid-19." Semoga Allah SWT memberikan hidayah-Nya kepada kita semua Aamiin*

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga corona segera berlalu, Bunda. Salam literasi

24 Oct
Balas

Aamiin

24 Oct

Semoga Pandemi segera berakhir dan pelaksanan haji dan umrah bisa normal kembali. Mantap Bu ulasannya.

24 Oct
Balas

Aamiin...Keren ulasannya bunda..sukses selalu

24 Oct
Balas

Aamiin

24 Oct



search

New Post