*Tantangan hari ke-126

#TantanganGurusiana

Era awal tahun 2000-an Indonesia kebanjiran barang-barang elektronik dari China. Telepon selelur paling banyak merk yang memadati pasaran. Ponsel branded sempat merosot, walau akhirnya hape China menjemput perlahan hilang di pasaran.

***

Mendadak kali ini saya ingin menulis tentang dunia ponsel, telepon seluler, handphone. Kini lahir generasi telepon pintar, smartphone. Dorongan menulis kali ini gara-gara musibah yang menimpa saya. Dua ponsel android saya, terpaksa harus di karantina. Samsung A7 dan ASUS.

Hape pertama terpapar masalah konektor charge. Saat di charge arus listrik tak tersambung. Belakangan hasil diagnosis teknisi, IC (Integrated Circuit) power Samsung konsleting. Sehingga harus menginap beberapa hari. Masalah ini berdampak aktifitas harian saya. Termasuk kendala menulis tantangan gurusiana.

Sabar menanti, hape cadangan disiapkan. Merk ASUS. Namun nasibnya juga malang. Harus menjalani perawatan khusus. Kasusnya agak mirip-mirip dengan Samsung. Penyebabnya diduga sama: dampak konsleting alat charger di mobil. Hape ASUS pun ikut sekarat setelah mencoba nyetrum diri di charger mobil.

Dua ponsel kerja akhirnya harus dipaksa menjalani perawatan. Bete juga, tapi kudu ikhlas. Gimana menulis tantangan gurusiana? Saya memilih tetap mengetik dengan media ponsel. Hal biasa dilakukan selama ini dengan ponsel Samsung A7 atau sebelumnya LG K10. Ketimbang mengetik dengan komputer atau laptop. Ponsel isteri pun saya pinjam sesaat.

Servis center handphone saya pilih bukan di servis resmi. Karena alasan satu dan lain hal. Saya pilih di Jalan Petratean Pekalipan Kota Cirebon. Sebuah kawasan bisnis ponsel dengan harga ekonomis.

Dunia ponsel bukan hal yang baru. Saya mengenal ponsel sejak tahun 2001. Saat itu kepemilikan ponsel sangat dibutuhkan profesi saya sebagai jurnalis. Walau masa itu lagi boming alat pager. Tercatat hingga tahun 2020 ini sedikitnya saya 15 ponsel pernah saya pakai. Ponsel pertama adalah Siemen C25. Ponsel sejuta umat yang masih satu warna namun bandel tahan air.

Ponsel yang masih saya ingat pernah dimiliki seperti Erikson T29, Siemen C25 dan C35, Motorola (tipe lupa), Nokia 3310, 3315, 3330, dan 8250. Untuk Samsung pernah punya Samsung C10, Corby Touch screen, Samsung Galaxy A7. Hape Nexian, HT, LG K10, G4, Flexi Telkom. Ramai BB pada masa itu pernah punya BB Gemini.

Pada tahun 2000 awal, jumlah merk ponsel makin banyak. Sedikinya ada 30 merk ponsel China yang memadati pasaran. Merk itu diluar ponsel ternama seperti Nokia, Samsung, Ericson, Motorola, Siemen pada masa itu. Saking banyaknya merk, tipe dan varian, pedagang ponsel mengaku bengung dan tidak hapal jika konsumen tanya.

Seiring dengan waktu, berbagai ponsel merk China itu perlahan hilang di pasaran. Paling yang ramai ditemui seperti merk Oppo, Vivo, Xiaomi, ASUS dan beberapa sedikit lainnya. Hilangnya ponsel merk China itu diduga karena permintaan konsumen menurun. Alasamnya selain kualitas tak sesuai, juga ketersediaan sparepart sulit diperoleh jika ponsel diservis. (*)

Cirebon, 1 Juni 2020 I 23:38

Deny Rochman

Pegiat literasi Kota Cirebon