Ya Rasul Aku Mencintaimu
Cinta Nabi, Cinta Syariah Bagi Pejuang Islam Kaffah
Cinta Nabi itu dibuktikan dengan mencintai seluruh sunnahnya dengan mewujudkannya dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk di dalam ranah pemerintahan dan Negara, bukan sebatas memperingatinya semata, apalagi berbuat nyinyir pada yang memperingatinya.
Terlebih khusus bagi para pejuang Islam kaffah, jangan sampai lupa diri untuk menjadi yang pertama meneladani sunnahnya dan syariat yang dibawa oleh Muhammad Saw, dengan seluruh kemampuan yang dimiliki.
Jangan sampai mengajak umat tegakkan syariat, tapi lupa pada diri untuk tak henti memperbaiki akhlak, memperbaiki ibadah vertikal, memperbaiki adab, memperbaiki ilmu syariatNya, dan memperbaiki kepribadiannya.
Idealnya, semua berjalan beriringan. Menyeru umat untuk taat dan tegakkan syariat, penyerunya pun tak henti tegakkan syariat.
Menyeru umat untuk mencontoh kepemimpinan Nabi Saw, tapi saat menjadi pemimpin, ia lebih banyak mencontoh Abu Jahal, atau "beruswah" pada Iblis.
Apa mungkin umat akan tertarik dan ikut berjuang bersama, sementara pejuangnya sendiri masih sibuk menumpuk ambisi kepemimpinannya demi wujudkan cita pribadi, bukan terwujudnya ide Islam di tengah-tengah umat.
Menyeru umat untuk berakhlak mulia seperti Nabi Saw, tapi ia sendiri masih berat untuk menghormati, menghargai, dan memuliakan orang yang lebih tua darinya atau gurunya.
Apa mungkin umat akan simpati atau ikut bergabung berjuang, jika pejuangnya sendiri tidak mau belajar memperbaiki pribadi dan akhlaknya sendiri.
Begitulah seterusnya. Para pejuang Islam kaffah harus selalu yang terdepan berlomba-lomba dalam kebaikan, bukan berlomba-lomba saling memjatuhkan diantara sesama pejuang.
Sebab, pertolongan Allah hanya akan diberikan kepada para pejuang yang fokus memperjuangkan ide Islam penuh ketawadhuan, keikhlasan, kesabaran, keberanian, dan sifat kasih sayang. Di samping para pejuang yang tak henti wujudkan taubatan nasuha dalam kehidupan sehari-harinya dengan selalu memperbaharui imannya, ilmunya, dan amalnya.
Hanya omong kosong untuk berharap pertolongan Allah dan terwujudnya janji Allah akan tegaknya kembali khilafah ala minhaajin nubuwwah, jika hari-hari perjuangannya hanya di isi kesombongan, ambisi duniawi, dan selalu enggan untuk memperbaiki kepribadiannya, memperbaiki hubungannya dengan Allah dan sesama.
Itulah sebagian kecil gambaran diriku yang mengaku pejuang Islam kaffah, tapi hari-hari yang aku jalani masih jauh dari makna cinta Nabi, cinta syariatnya. Cinta Nabi bukan sekadar cinta dalam hati.
Ya Allah, ampunilah hambaMu yang hina dan yang tak terhitungnya dosa hidupku.
Ya Rasulallah, maafkan aku yang belum bisa wujudkan makna hakiki mencintaimu.
Astaghfirullah... Allohumma solli alaa Muhammad. Wallaahu a'lam
#CintaNabiCintaSyariah
#CintaNabiCintaUlama
#BulanRajab
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan (puisi) yang menumbuhkan kecintaan pada Rasulullah. Luar biasa.
Allah humma solliala muhammad