Desnilawati

Desnilawati adalah guru MAN 1 Padang Pariaman ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Bubur Budesni ( 2) ( Tantangan hari ke 1)

Bubur Budesni (2)

Penulis : Desnilawati

Hujan hujan begini. Diluar dingin sekali.

Uang recehan merah tadi ditimang dan ditatapinya seakan Bre tak percaya akan apa yang dilihat dan didengarnya barusan

Ada sekelumit getir hinggap dan mencubit jantung nya. Terasa perih dan memanas.

Ada luka terkoyak lebar dan menganga disana.

Dipandanginya punggung yang membelakanginya dan sudah beranjak menjauhi pandangan nya

Bre menelan ludahnya

Bre menundukkan kepala berusaha menyembunyikan sudut netranya yang mulai mengembun Kerongkongannya terasa kering.

Perlahan dimasukkannya dua lembar recehan berwarna merah yang diberikan Bu Asih tadi.

Dilangkahkannya kaki perlahan menuju sepeda motor yang diparkir disudut pekarangan.

Tanpa sempat berpamitan Bre pergi dari rumah Bu Asih.

Glegarrrrr..

Tiba-tiba petir menyambar. Bre terkesiap. Bre mensedekapkan kedua tangannya kedadanya. Mulutnya komat-kamit baca do'a.

Tiba-tiba daun pintu berderit. Sebuah kepala mengenakan kerudung ungu muncul disana.

" Belum pulang ya dek?"

Bu Asih menyapa.

Bre menggeleng sambil tersenyum tipis

"Maaf ibu tak bisa terima tamu"

Kembali Bu Asih berkata. Bre hanya tersenyum tipis. Dadanya bergemuruh. Batinnya meronta. Jiwanya merasa tertantang dengan kejadian ini.

" Indonesia ku...ada apa dengan dirimu ?"

" Sudah hilangkah rasa empati dan simpati di negeri ini?"

Bre berusaha menahan gemeltuk giginya. Menahan antara rasa dingin yang tak terhingga dengan amarah yang tiada tara

Bre mengusap kedua tangannya.

Menggosok gosokannya untuk menghilangkan rasa dingin.

Matanya memerah. Semerah bunga mawar yang merekah. Semerah mata banteng melawan matador.

Bre benar benar marah. Marah dengan ketakberdayaannya

Marah bercampur sedih. karena tak bisa menerima kenyataan ini

Bukan tak mau mereka mengulurkan tangan. Tapi hati dan pikiran yang selalu diselimuti rasa was was dan kekhawatiran

Kapankah hilang ?

Bre meneguk ludahnya. Kepalanya mendongak keatas. Diatas langit mulai memerah pertanda maghrib mulai menjelang. Hujan pun sudah hampir berhenti.

Diambilnya kunci motor dari saku celananya

Derum derum

Alhamdulillah motor antik itu tidak bandel. Walau terkadang suka rewel dan batuk batuk.

Dengan lincah Bre mengendarai sepeda motornya dan sesekali menyalib sepeda pak tani yang beriringan dengannya di jalan setapak itu.

Bre tersenyum simpul. Jiwa mudanya bergelora. Kaki kaki lincah pak tani tua yang mengayuh sepedanya menggelitik hatinya untuk menggoda.

Nah itu, Bre kumat lagi

Kring kring goes goes. Asyik asyik bersepeda kumbang

Bre bernyanyi dengan suara cempreng nya.

Matanya melirik nakal ke pak tani yang sedang mengayuh sepeda disampingnya.

Pak tani seperti tidak tergerus dengan perlakuan Bre. Suara nyanyian Bre bagaikan desiran angin saja ditelinganya.

Pak tani terus mempercepat laju sepedanya mengejar Maghrib yang hampir meninggalkan nya

Melihat aksinya tidak mendapat respon. Bre pun berhenti menggoda pak tani. Ia melaju dalam diam.

Jalanan mulai lengang. Bre sudah hampir sampai

( Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap. Bunda

02 May
Balas



search

New Post