MARAH TAPI RINDU
“Aku di kasi libur sehari, besok aku pulang.” Bunyi pesan WA yang dikirim Iko suamiku.
Bahagianya membaca pesan singkat itu. Walau sehari sangat berharga bagiku untuk sekedar melepas rindu dengannya.
Pagi hari akupun ke pelelangan ikan membeli beberapa tangkapan ikan laut nelayan yang masih segar. Hari ini aku masak khusus makanan kesukaan suamiku, tak lupa mampir sebentar di pasar untuk membeli beberapa bumbu dapur yang habis dan sayur sayuran segar.
Siang pun tiba, suara adzan dhuhur berkumandan. Aku pun bergegas melaksanakan panggilan -Nya. Empat rakaat sudah di tunaikan. Sesekali ku lihat jam di HP, dengan sabar dan penuh khawatir. Tidak seperti biasanya, seharusnya jam segini Iko sudah tiba. Sesuai dengan jadwal keberangkatan di tiket yang di perlihatkannya kemrin.
Aku semakin khawatir, dan kesabaranku pun menghilang digantikan dengan amarah yang membara. Bagaimana tidak, pesan singkat yang kukirim lewat WA hanya centang satu dan kuhubungi telpon selulernya aktif tapi tidak di jawab. “ Ada apa?” Kenapa tiba tiba Iko bersikap demikian. Batinku “Apa yang terjadi dengan Iko, semoga saja tidak terjadi apa apa dengannya” . Gumamku lagi.
Dua minggu sudah aku tidak bertemu dengan suamiku. Amarah dan rindu yang berkumpul menjadi satu membuat nafsu makanku hilang. Mencoba menghubungi lagi tapi tidak di jawab. Gawai yang kugenggam tak pernah lepas.
Hingga malam pun tiba, aku berusaha untuk memejamkan mata, tetap tidak bisa. Aku masih saja memikirkannya.
“Maaf sayang...hari ini tiba tiba cutiku di batalkan. Karena aku harus menggantikan Pak Yanto yang sedang sakit dan beliau sudah membuat janji meeting dengan beberapa klien”.Bunyi pesannya.
Aku hanya membacanya dan tidak membalas, aku marah. “Terlambat”, aku menggerutu dalam hati. Apa susahnya memberi kabar jika batal. Di hubungi juga tidak dijawab. Tapi disisi lain aku juga rindu.
Iko menghubungiku lewat telpon seluler pun tidak ku jawab. Dikirimnya lagi bukti bukti percakapannya dengan Pak Yanto untuk meyakinkanku. Tetap saja aku masih marah dan tak mau berbicara. Hingga lelahnya pikiran dan matakupun sudah tak mampu , akupun tertidur.
Disepertiga malam aku terbangun, terkejut serasa ada yang mencium keningku, kubuka mataku perlahan dan kulihat suamiku duduk tepat di hadapanku, aku tak kuasa segera ku peluk erat erat dan tak ingin melepasnya. “Rindu” bisikku manja dalam pekukannya.
Ternyata begitu selesai meeting ,Iko menuju bandara mengejar penerbangan terakhir pesawat Garuda yang tadinya pukul 23.05 di majukan ke pukul 20.00. Lebih awal dari biasanya, Iko merasa bersyukur karena selain penerbangannya lebih awal diapun mendapat tambahan cuti seminggu dari Pak Yanto.
#TANTANGANMENULISHARIKE_6
#AYOMENULIS
#PEMBACATINGGALKANPESANDIKOMENTAR
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah, selamat berbahagia. Kereen tulisannya Dinda.
Alhamdulillah... Terima kasih bunda arsiah
Wow, rindu yang menggebu yah Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Wafiiki barakallah bund
alhamdulillah,...akhirnya rindu kesampaian juga....
Alhamdulillah... Terima kasih Bu FitriSalam