Tak ada kata yang dapat terucap dari bibirku. Hanya tatapan melalui video call. Bibir ini tak dapat berucap sepatah katapun. Hanya bergetar tanpa mengeluarkan suara apapun. Kulihat dirimu berusaha untuk tegar menjelaskan kenapa dirimu harus pergi dari sisi kami. Aku tahu kalian semua pergi untuk mencapai sebuah mimpi. Padahal bagi diriku keberadaan kalian bukanlah menambah beban hidup ini. Karena setiap yang bernyawa pasti telah ada rezekinya yang diberi oleh Allah.

Aku yakin dan percaya kalian pergi meninggalkan kota ini karena telah merasa malu dan berat hati. Selalu berusaha untuk menutupinya. Aku tahu kalian juga adalah saudara-saudaraku. Saudara yang harus ku jaga dan ku lindungi dari segala apapun. Tetapi rasa malu telah membuat kalian berusaha untuk menjauh dan pergi dari ku. Ingatlah kalian dulu adalah manusia yang berhati malaikat. Selalu membantu aku, saat aku kesusahan dan kesepian. Kalian sekeluarga tempatku mengadu dan berkeluh kesah. Tapi kenapa gini kalian harus pergi menjauh dengan alasan ingin meraih sebuah mimpi.

Mimpi itu tidak harus kalian kejar dengan pergi meninggalkan kami. Dan kepergian kalian membuat hati kami sangat terluka. Tidak sanggup rasanya menatap bola mata saudara kami sendiri yang ingin pergi menjauh dari kami. Kami yakin kalian bukanlah akan mengejar semua mimpi. Tetapi sadarlah saat sekarang ini hampir seluruh masyarakat kita mengalami kesulitan ekonomi. Jadi rasa pesimis lebih tinggi bagiku daripada rasa optimis saat kalian ingin mengejar mimpi ke negeri orang. Sedangkan di negeri kita sendiri kita hidup pas-pasan. Apalagi jika kalian mengejar mimpi ke negeri orang lain. Modal pun tidak dimiliki. Bagaimana kalian untuk memulai semuanya. Namun hanya satu yang terucap sebuah doa yang kupanjatkan. Semoga mimpi yang ingin kalian raih dapat terlaksana dan terwujud hendaknya Aamiin.......