Desri Lova

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tidak Berlebihpun, Juga Tidak Akan Kaya!
Inisiatif Zakat Indonesia

Tidak Berlebihpun, Juga Tidak Akan Kaya!

Tantangan Menulis Hari ke-37

#TantanganGurusiana

Judul di atas, merupakan sepenggal kalimat yang dituturkan oleh salah satu penjual ikan di pasar Berehun. Letak pasar ini, tidak begitu jauh jaraknya dari sekolah, sehingga memudahkan bagi kami (para guru) untuk belanja kebutuhan pokok yang kebetulan sudah habis di rumah. Terkadang, ketika kebetulan tidak ada jadwal mengajar, kami manfaatkan waktu tersebut untuk berbelanja sebentar ke pasar. Ini dilakukan semata-mata dihari lain, selain Sabtu dan Minggu tidak bisa menyempatkan waktu untuk belanja terlebih dahulu, mengingat jam 06.50 wib sudah berada di sekolah dan baru pulang jam 16.10 wib, sampai di rumah paling lambat jam 17.00 wib. Hasil belanja dari pasar, kami simpan dulu di kulkas yang diletakkan di dapur sekolah, jadi kami tidak takut ikan yang dibeli, busuk sebelum dibawa pulang ke rumah.

Seperti hari ini, karena tidak kebagian mengawas Ujian Sekolah, hanya diberikan tugas menyiapkan konsumsi sekolah, setelah menyiapkan dan membagikan konsumsi ke ruang Kepsek, ruang sekretariat, ruang Tata Usaha (TU sekolah), ruang perpustakaan, dan pos satpam, lalu aku menyempatkan diri untuk pergi berbelanja sebentar ke pasar. Setiba di pasar, segera ku hampiri penjual yang menjual bumbu dapur (kunyit, jahe, kencur), kebetulan stok di rumah sudah habis. Setelah itu aku menuju ke tempat orang yang berjualan singkong, karena niat hati hari ini ingin memasak gangan darat dari ayam (masakan khas Belitung). Tak lupa, aku juga mampir di tempat orang yang menjual udang (memang sudah lama rasanya tak membeli udang, kebetulan hari ini harganya juga murah, dari yang dijual dihari-hari sebelumnya). Setelah membeli udang, Karena melihat ikan yang dijual terlihat segar, Iseng aku menghampiri penjual ikan dan bertanya berapa perkilonya? (Dalam hati sih tidak ada niat untuk membeli ikan karena stok ikan di kulkas yang ada di rumah masih ada). " Murah saja Bu, Rp. 15.000" kata penjual ikan dengan ramah. "Ayok dibeli Bu, ikannya masih segar, tidak dikasih es, karena baru saja datang, kata penjual dengan nada merayu, tetapi tetap dengan bahasa yang ramah dan sopan. Akhirnya, karena penjualnya begitu ramah, aku membeli ikan yang ditawarkan tersebut. " Dipilih aja Bu ikannya, mana yang ibu suka, mau yang besar atau yang kecil, tidak jadi masalah" kata sipenjual ikan. Saya mengikuti apa yang dianjurkan oleh sipenjual dan memilih ikan candang yang agak besar. Sambil melihat dan terkadang ikut membantu saya memilih ikan yang agak besar, bapak sipenjual ikan terus berbicara" kalau beli di tempat saya memang begitu Bu, saya tidak mau melarang orang untuk memilih ikan yang ia sukai, mau pilih yang besar tidak jadi masalah, karena sebagian penjual, ada tu buk yang melarang pembeli untuk memilih ikan yang besar". Dalam hati saya membenarkan apa yang dibilang oleh Bapak ini, memang kenyataannya seperti itu, dan saya pernah mengalaminya. Kalau ikannya kita pilih sesuai dengan keinginan kita, harganya bertambah, misalnya kalau beli ikan (terutama yang ukurannya kecil) harga perkilonya Rp. 15.000, nah kalau memilih harganya bertambah jadi Rp. 20.00/kg.

"Saya berpikir pembeli adalah raja, kalau mereka mau memilih ya silahkan pilih, mereka kan membeli, tidak meminta secara percuma, ngapain juga saya larang untuk memilih ikan yang pembeli suka" rupanya, bapak ini masih ingin melanjutkan pembicaraannya, pikirku. Sambil menganggukkan kepala tanda setuju dengan apa yang dibicarakan oleh si bapak, rupanya membuat si bapak lebih bersemangat untuk kembali berbicara.

"Terkadang ada juga tu buk, penjual yang kalau menjual ikan, ikan yang kecil-kecil ditarok di atas, nah yang besar dan masih segar diletakkan di bawah, nanti pas ada yang beli, nah ikan yang kecil itulah yang "diraup" dia untuk ditimbang". Lagi-lagi apa yang dibicarakan bapak separuh baya ini juga benar, pikirku sambil terus memilih ikan. "Saya juga tidak jadi nih Bu beli es, ikannya kan tinggal sedikit, nanggung. Untuk besok juga saya biasanya jual ikan yang baru lagi, tanpa es, segar-segar Bu, kata bapak penuh semangat. "Iya pak, bagus itu! Jawabku lagi. Setelah memilih, segera si bapak menimbang ikan yang kusodorkan, sambil berkata "sekilo ya pak!". Dengan gesit si bapak menimbang ikannya, "Sekilo lebih sedikit bu, ga apa-apa lah Bu, biar aja berlebih, daripada kurang, tidak berlebihpun timbangan ikannya, ga akan membuat saya kaya" kata si bapak penuh arti.

Selesai ikannya ditimbang, aku langsung membayar dan tak lupa mengucapkan terimakasih lalu berlalu menuju parkiran motor. Setelah memberikan uang kepada petugas parkir, aku langsung menghidupkan motor untuk segera pulang ke rumah dengan maksud mengantar belanjaan terlebih dahulu, sebelum akhirnya kembali lagi ke sekolah.

Sepanjang perjalanan, aku masih kepikiran dengan apa yang diucapkan oleh si bapak penjual ikan tadi sambil membatin "coba saja, semua penjual ikan atau penjual bahan pokok yang lain seperti itu, orangnya ramah, baik dan timbangannya juga bagus, berarti orangnya jujur dan takut dengan Allah SWT". Mudah-mudahan si bapak tadi rezekinya selalu dimudahkan oleh Allah SWT, amin yarobbal Alamin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Amiiin, mudah2an

18 Mar
Balas

Iya bu

18 Mar



search

New Post