#Tagur 37#

Raungan Hati

Penulis : Deswati, M.Pd

Tiga tahun belum cukup. Wajah wajah tidak lagi sumringah. Meski makeup mahal, sudah facial. Jika sudah di facial tambah totok wajah semakin kinclong lah ronanya Nikmati aja sendiri. Ya idealnya seorang muslimah wajahnya cukup dinikmati oleh keluarganya, yang lebih afdol yang memandangnya paksu. Berpahala jika hatinya senang.

Aku mengingat rentang waktu yang telah berlalu. Sudah berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk menutupi wajah, yang seharusnya tidak ditutup karena bukan aurat.

Masker saat ini sudah multifungsi. Bisa untuk fashion. Untuk menutupi identitas. Bisa juga ingin bersembunyi agar tidak dikenal oleh orang.

Terkadang kita juga tidak sengaja untuk tidak dikenali orang. Bisa saja jadi jengkel karena dikatain sombong. Tentu saja sombong karena muka separohnya tersembunyi di balutan masker.

Sebelum pandemi, Aku juga sudah sering menutupi sebagian wajah, karena kabut asap. Masih ingat lagi Tahun 2019 kabut asap datang melanda. Oh ya yang tahu pasti daerah Aku ya. Sifatnya lokal. Akibat kabut asap, penerbangan ditutup karena takut terjadi kecelakaan. Saat itu sekolah juga ditutup, belajar juga dari rumah, Tapi kabut asap bisa diprediksi. Aku sempat terdampak saat itu, Wisuda tertunda, Umroh tertunda. Alhamdulillah kedua-duanya bisa tunai di tahun itu juga.

Mulai awal Tahun 2020 kembali dihebohkan kita semua wajib kembali menutup wajah, dan bukan itu saja yang wajib, mencuci tangan, dilarang bepergian, dilarang kumpul -kumpul. Bahkan melakukan aktivitas sehari hari jadi dibatasi. Bolehnya di rumah saja.

Berlangsung sampai 2021. Harapan dan doa selalu di minta kepada sang Pencipta.

Memasuki tahun 2022 sedikit lega. Karena belajar tatap muka 💯 % .

Rasanya ini akan kembali ketitik awal, sebab SKB 4 Menteri tertanggal 2 Februari 2022 sudah pula ada.Omicron mengganas.

Belum cukupkah rentang waktu tiga tahun ini menutup wajah ini. Pakai biaya menutup wajah, karena pilihannya juga untuk kenyamanan.

Hentikanlah semua ini.

Pekanbaru, 6 Februari 2022