Deti Melatina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Horor 8 des 2017 06:58

Horor Jumat, 08 Desember 2017

Ayunda Malang Inginkan Sebait Doa

Seperti biasa matahari menyongsong dengan benderang, sayang aura hari jumat tetap terasa. Selang beberapa jam kemudian malam dingin mulai merambah diikuti kabut, menambah suasana kian mencekam. Zalfa terdiam sambil sedikit berguman kesal. Pagi ini sudah ada yang mulai mengikuti gerak langkahnya. Berharap dapat bantuan dalam tidur panjang yang mulai lelah dijalani. Non jangan lupa cerita horornya ya? teman kuliahku mulai menggoda. ya tukasku dengan agak sedikit kesal. Mereka tidak tahu apa kalau kejadian itu benar dan bukan fiksi atau bohong belaka. Hanya pintar-pintarnya aku saja yang nenutupi karena takut disangka mengada-ngada. Hem... kalau aku bukan kerja di radio Jelita mungkin aku bisa terus terang pada mereka, tapi biarlah yang penting think win win. Radio Jelita banyak penggemarnya dan disisi lain keuanganku juga menjadi bertambah, lumayan buat keperluan hidup. Malam mulai merambah turun. Kustater mobil pajeroku dan siap meluncur ke tempat kerja. Akhirnya sampai juga. Kubuka pintu yang biasa aku siaran dan disitu sudah menunggu beberapa mahluk kasat mata siap berbagi cerita denganku. Walau pada akhirnya aku bantu mereka untuk pulang dengan tenang. Aku mulai bekerja. Malam pendengar Jelita malam yang menjerit. Malam ini kita akan mendengarkan cerita dari Ratu yang digoda oleh mahluk kasat mata bernama Ayunda. Begini ceritanya, sore itu Ratu bergegas pulang cepat karena ketika melihat sekeliling kampus sudah sepi. Dipersimpangan gedung A tiba-tiba langkah kakinya terhenti karena melihat seorang wanita cantik duduk sambil menangis. Rasa ibanya pun mulai datang dan menghampirinya. Hai sedang apa disitu? Kenapa kamu menangis? Kataku pada wanita itu. Sambil menengadah wajah cantik itu pun mulai menceritakan sedikit yang dia alami. Akhirnya aku mengajak dia ke kosanku, sambil berjalan dia menceritakan semua kejadiannya. Ratu terdiam sedikit shok mendengar cerita memilukan itu. Benaknya tak henti berfikir apakah betul wanita sebaik dan selalu tidak lepas dari sholat puasa dimarahi orang tua gara-gara tidak bisa mendapatkan nilai kuliah cumlaude. Kebetulan tempat yang kusewa itu dekat dengan kampus. Akhirnya kutawarkan agar gadis malang itu ikut denganku ke kosan. Hari berganti hari kami semakin akrab dan nyaris tak terpisahkan. Bahkan aku yang tak suka puasa kini hampir setiap minggu tidak melewatkan puasa sunah dan puasa hari kelahiran. Hari itu Jumat selepas magrib pada tanggal 8 Desember 2017 kutatap wajah Ayunda yang terlihat sangat pucat dan nyaris tak kukenali. Rambut yang biasa terurai rapi kini terlihat semerawut menutupi wajah yang dulu kukenal sangat cantik. Ruangan yang tadinya wangi kini agak sedikit berbau amis dan entah darimana asalnya aku sendiri dibuat bingung oleh keadaan yang tiba-tiba tak karuan ini. Sontak aku berteriak kala memandang Ayunda menangis mengucurkan darah yang tak henti keluar dari matanya sambil berkata lirih “tolong aku Ratu, aku tidak mau hidup begini terus. Selalu menanti doa tapi tak kunjung datang. Aku sudah lelah dipermainkan oleh kesalahan yang pernah kuperbuat. Aku ingin tidur dipembaringan yang telah dijanjikan. Bukan berkelana di dunia ini lagi dan tanpa jasad yang menemani”. Aku tersedak nyaris tak dapat berkata. Kakiku tiba-tiba tak dapat berjalan, tubuhku lunglai tak dapat menopang tubuh yang ketakutan setengah mati. Suara itu terus terngiang sampai aku jatuh pingsan. Selang beberapa saat adzan subuh berkumandang, kulihat sekeliling kamarku yang sepi tanpa Ayunda. Darah di atas sprei dan kamar yang berantakan lenyap dan sepertinya tidak ada yang berubah. Wangi yang menyengatpun hilang secara tiba-tiba. Di atas meja ada secarik kertas bertuliskan kata-kata “Berjanjilah Ratu, doamu akan selalu kutunggu hingga aku dapat tidur lelap tanpa kepanasan, kehujanan, kedinginan, kehausan dan kelaparan. Sampai kelak dibangkitkan di alam mahsyar menunggu tempat yang kekal diantara neraka dan syurga. Aku ingin tidur Ratu”. Ya Allah apakah ini mimpi atau bukan. Ada apa dengan diriku. Seiring waktu aku mencari seseorang yang mengerti akan kejadian yang kualami. Hingga ketika putus asa, tiba-tiba ada sosok lelaki gagah santun dan sopan menegurku. Hai non, Apakah kamu baik-baik saja? Sontak aku terbangun dan berkata “oh, iya apa kang! saya tidak mengerti?” jawabku. Lelaki itu tersenyum dan berkata “ini sudah mulai larut bahkan menjelang magrib, tidak baik anak gadis diluar malam-malam loh?”. Aku hanya tersenyum dan berlalu. Tiba-tiba “Ciiittt... suara rem terdengar mencuit dan nyaris menyambar tubuhku”. Awas non, laki-laki itu menarik tubuhku sampai kami berpelukan satu sama lain. Tiba-tiba “Maaf non, bukan maksud saya!”. Ouh tidak apa-apa kok saya yang salah tukasku. Supir mobil itu langsung menghampiriku dan sepertinya hendak marah besar. Tapi tiba-tiba “Ratu, Sedang apa kamu barusan. Apakah kamu sudah gila mau bunuh diri? Apakah karena laki-laki ini yang menyebabkan kamu begini”. Seru lelaki paruh baya sambil bersiap mengepalkan tinju ke arah laki-laki yang belum aku kenal itu. Papih! Aku berseru sambil menghadang agar tinjunya tak sampai ke muka laki-laki itu. “Apa ini pacarmu yang buat kamu bersedih akhir-akhir ini? Sudah puas ya kamu menyakiti anak orang. Apa kamu tidak punya hati nurani. Kalau kamu bukan banci ayo kita selesaikan secara jantan”. Papih seruku. Dia bukan pacar Ratu tapi laki-laki ini baru aku kenal. Ah diam jangan suka membela orang yang sudang menyakiti hatimu. Laki-laki macam apa yang suka permainkan perempuan tak berdaya?” papih masih saja marah. Akhirnya Mamih turun dari mobil dan mengajak kami bertiga untuk masuk ke mobil dan membicarakannya dengan kepala dingin. Di dalam mobil suasana tegang masih menyelimuti. Aku duduk disamping mamih sedangkan pemuda itu duduk di depan dengan papih. Tak berapa lama mobil pun masuk ke gerbang rumah yang aku cintai. Rupanya orang tuaku sengaja datang menemui karena ada perubahan perilaku yang membuat mereka khawatir. Perjalanan Bandung Bekasi tidak terlalu lama karena jalanan tidak macet. Aku bingung setengah mati karena papih seenaknya saja membawa anak orang tanpa permisi apalagi pamit sama kedua orang tuanya. Sesampainya di dalam rumah aku menyarankan agar dia menelepon orang tuanya, karena aku khawatir bila orang tuanya mencari. Setelah dia menelepon kami pun duduk. Lelaki itu mengulurkan tangannya “Aku Dimas dan kamu siapa?”. Aku Ratu jawabku dengan penuh bingung. Kala kami terdiam papih dan mamih datang. Di ruang keluarga pun terdengar percakapan yang tadinya serius berangsur-angsur penuh tawa canda. Karena kami gaduh adikku Rully datang menghampiri “Ada apa sih ramai banget”cetusnya. Pembicaraan mulai menjurus serius dan pada akhirnya Rully berkata bahwa akhir-akhir ini setiap aku pulang ke rumah dia merasakan ada yang berbeda, karena dia sering mencium aroma melati yang menyengat dan hilang ketika adzan subuh datang. Aku hanya terdiam tak dapat menjawab. Akhirnya mamih memelukku dan tangisku pun pecah dalam pelukannya. Setelah aku mulai tenang, barulah aku menceritakan semua kejadian yang pernah aku alami itu sampai terakhir. Dan sebagai bukti, aku berikan secarik kertas yang pernah ditulis oleh Ayunda. Semua terheran-heran tapi Dimas tersenyum dan berkata “Itulah perjalanan hidup yang tidak layak kita contoh. Hidup setelah mati merupakan hal yang paling berat dijalani karena tidak ada seorang pun yang akan menolong dan peduli. Ketika di dunia masih ada orang yang mengingatkan karena satu sama lain dapat melihat. Tetapi ketika sudah meninggal ada gerbang yang memisahkan antara dunia nyata dan dunia gaib. Disitulah perjuangan manusia yang sesungguhnya baru dijalani. Perjalanan menunggu dunia kiamat merupakan hal yang lama dinanti. Bahkan kalau aku ditanya orang mati masuk neraka atau syurga aku akan menjawab, dunia saja belum kiamat sudah mau masuk neraka atau surga dihisab pun belum”. Sontak semua yang berada di dalam ruangan pun mengangguk sambil menatap satu sama lain. Malam mulai larut dan akhirnya Dimas tidur di rumahku. Mamih menemani tidur malam itu karena khawatir dengan keadaanku yang belum stabil.

Pagi cerah bangunkan aku dari tidur yang lelap. “Sudah lama aku tidak tidur senyenyak ini”. Gumanku. Aku bergegas turun ke bawah untuk sarapan dan diruang makan mereka sudah berkumpul menunggu kedatanganku. Akhirnya kita sarapan sambil bercerita ringan. Tak terasa waktu kian cepat berlalu, aku dan Dimas akhirnya jadi sepasang kekasih. Dimas sosok lelaki penuh tanggung jawab dengan pekerjaan yang lumayan menjanjikan. Sampai pada suatu malam aku terbangun karena mendengar rintihan perempuan di dalam kamarku. Aku sontak terbangun dan mengambil handphone yang tak jauh dari tempat tidurku. Aku menelepon Dimas sambil menangis sejadi-jadinya. Mendengar aku menangis tak karuan Dimas pun bergegas datang ke rumahku, untung saja tempat kerjanya dekat dengan rumahku. Bel berbunyi, mak Ijah membuka pintu rumah sambil menangis karena sedih melihat keadaanku yang tak karuan. Mamih terus memeluk dengan berurai air mata, Papih dan Rully membaca surat yasin sambil menangis. Mereka semua prihatin dengan keadaanku yang tiba-tiba memburuk.

Di depan pintu kamar Dimas datang dengan tergopoh sambil melihat ke arahku. Air putih yang didepan papih disambar Dimas dan diberi doa lalu diminumkan padaku. Seketika itu akupun tersadar dan berhenti berteriak. Semua yang ada di ruangan mengucapkan syukur karena aku telah membaik. Karena lelah akupun tertidur. Semua menemaniku malam itu, termasuk Dimas yang tadinya lembur jadi menemani karena khawatir dengan keadaanku. Aku terbangun pas adzan dzuhur, mungkin karena lelah.

Hari itu hari sabtu jadi semua berkumpul karena tidak bekerja. Sepertinya papih dan Dimas berbicara panjang lebar ketika aku masih tertidur. “Ratu sini sebentar, papih mau bicara”. Akupun datang menghampiri, sambil kebingungan karena suasana rumah menjadi ramai dengan saudara papih dan mamih. Singkat cerita ternyata orang tua Dimas akan melamarku besok pada hari minggu dan langsung ijab kabul. Aku kaget bukan kepayang antara percaya dan tidak. Papih dan mamih tersenyum melihat kebingunganku. Keesokan harinya hari yang ditunggu pun tiba. Kami tidak merasa kerepotan karena keluarga papih dan mamih mempunyai Wedding Organizer jadi mudah bagi kami untuk melakukan pesta semendadak apapun. Sebetulnya tidak mendadak karena Dimas tadinya mau memberi kejutan pada hari sabtu. Eh... ternyata malah tidak jadi. Kebetulan keluargaku sudah mengenal Dimas dengan baik. Bahkan untuk urusan kantor, catering nya pun dipercayakan pada tante Arnie. Jadi kalau mereka bersekongkol mengadakan kejutan bisa saja terjadi.

Hari yang dinantikan pun tiba akhirnya kita berdua menjadi suami isteri. Hal yang aneh adalah ketika setelah sholat isya berjamaah dikediamanku diadakan pengajian. Rupanya selama ini Dimas mencari kebenaran tentang cerita yang pernah aku sampaikan. Bahkan orang tua dari Ayunda pun ikut hadir pada acara pengajian tersebut. Sore hari sebelum pengajian dimulai orang tua Ayunda dan sahabat karibnya Arini menceritakan kejadian yang menimpanya.

Hari itu Jumat 11 Desember 2009 menjelang magrib Ayunda tewas tertabrak truk yang melaju kencang tepat di depan kampusku. Kala itu Ayunda yang berjalan dengan temannya tertabrak sedangkan 4 lainnya luka-luka dan tidak meninggal. Hanya Ayunda yang meregang nyawa. Sebelum meninggal Arini sahabat dekatnya yang pada waktu kejadian berpegangan tangan, mendengar rintihan Ayunda. “Arini kenapa tiba-tiba semua menjadi gelap dan aku tidak bisa mendengar suaramu. Kenapa hanya rintihan, tangisan, jeritan yang aku dengarkan. Arini apakah kamu dengar suaraku, tolong jangan tinggalkan aku. Bimbing aku dengan kalimah Ilahi agar aku tenang. Beri aku doa, katakan pada semua orang aku butuh doa. Arini... dan suara itu pun hilang”. Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Ayunda lirih Arini menutup cerita. Dilanjutkan dengan orang tua Ayunda “Hari itu kamis seperti biasa dia pergi ke kampus dengan ceria, hanya sesekali dia berkata “Pokoknya hari jumat Yunda mau pulang”, loh kok mau pulang kan pasti pulang anak Ibu yang cantik. Ah dasar Yunda suka bicara kemana saja kata Ayah sambil tersenyum”. Habis ayah dan Ibu marah gara-gara Yunda tidak cumlaude. Sambil berlalu pergi. Ayah cepat menimpali “Ayah kan hanya bercanda, Ibu juga samakan! ya bu”. “Ah pasti kalian berbohong kan? Sekali lagi besok atau tepatnya hari jumat Yunda mau pulang”. Hei hati-hati kalau bicara jangan melantur! Terdengar suara ibu sedikit berteriak karena tidak suka dengan apa yang dibicarakan. Biar saja yang penting Yunda mau ikut nenek.

Kala itu mereka tidak sadar bahwa nenek yang dimaksud Yunda adalah orang tua dari Ayah yang sudah meninggal 9 bulan lalu. Ternyata apa yang dikatakan Yunda benar karena keesokan harinya dia menyusul nenek nya yang sudah meninggal. Tapi kenapa dia menampakkan diri, padahal sewaktu hidup semua ibadahnya sangatlah sempurna dan tidak pernah ditinggalkan. Ayah dan ibu Ayunda sesekali menyeka airmata tanda kehilangan yang mendalam begitu juga dengan Arini. Tiba-tiba setelah adzan magrib lampu mati dan tak berapa lama tercium wangi melati yang menyengat diiringi rintihan yang menyayat sambil berkata “mana doa yang kalian janjikan” suara itu terus terdengar hingga lampu menyala. Aku menggenggam tangan Dimas, dan dia pun menenangkan sambil memberi air putih.

Aku tersentak karena tepat di belakang kerumunan orang yang ada di depanku sosok Ayunda berdiri sambil menatap kosong tepat ke arahku. Dimas sigap menutup mataku dan sesaat aku pingsan tak sadarkan diri. Keadaan mulai kacau karena sebagian di ruang itu ada yang melihat sosok Ayunda termasuk Arini dan kedua orang tuanya. Dengan bantuan pak Burhan papahnya Dimas keadaan mulai dapat terkontrol. Pak Burhan seorang ustad yang tidak biasa, kalau dilihat keilmuannya dia salah satu yang terbaik. Akhirnya terjadi percakapan antara Ayunda dan Pak Burhan. Sambil menangis tetap doa diinginkan oleh Ayunda tapi kenapa tidak ada yang sampai katanya. Terus kenapa di ruangan ini tidak ada yang bercahaya kecuali Pak Burhan, Bu Rima, Dimas dan beberapa sanak saudara Dimas. Perlahan aku terbangun dan kudengar Ayunda berkata “Kenapa sekarang Ratu mempunyai cahaya sama dengan Dimas! Apakah karena bercahaya sehingga doanya sampai! Tapi kenapa hanya kalian yang sampai doanya. Kenapa orang terdekat aku tidak bisa sampai doanya. Seru Ayunda yang menangis pilu”. Orang tua Ayunda berkata “kita selalu berdoa untukmu nak! Tidak pernah sekalipun terlupa”. Begitu pula dengan Arini “aku selalu berdoa Yunda, sesuai permintaan terakhirmu. Maafkan jika doaku tidak sampai padamu. Mungkin karena aku yang masih berlumur dosa sehingga tak sampai”. Seisi ruangan menjadi berduka masing-masing berkata sesuai kenyataan walau Yunda tak percaya.

Seperti terkena hipnotis akupun berdiri melangkah ke depan lingkaran. Yunda yang tadi dibelakang dengan sekejap berada di depanku. Sekarang wajah itu tersenyum manis seperti kala bersama di tempat kosan yang menyatukan kita dalam suka dan duka. Kurasakan hawa dingin menggenggam tanganku serta wangi melati yang semerbak. “terimakasih Ratu ternyata hanya kamu yang peduli terhadapku. Maafkan jika aku pernah menakutimu karena aku sendiri tidak menydari itu. Kamu bisa melihat sisi gaib aku karena kamu sudah bisa melihat sisi gaibmu. Sampaikan juga terimakasih yang tak terhingga pada keluarga besar suamimu dan perguruan pak Burhan. Karena merekalah sekarang aku bisa tidur dengan tenang, selain itu tempat yang kudiami sekarang tidak gelap gulita karena ada sinar doa yang menyinari sekelilingku. Hanya satu pintaku padamu, tolong ajari kedua orang tuaku, saudaraku, sahabatku dan temanku tentang ilmu yang kalian pelajari. Karena sesungguhnya kematian itu perlu dilatih sehingga pulang tidak gelap dan tertatih. Semoga mereka mendapatkan kunci Ilahi agar dapat menuntun mereka ketika pulang mengembara dan tidak gelap dan tersesat kala sakaratul maut menjemput”.

Dimas memelukku dan akupun sadar bahwa ketika seseorang yang sudah meninggal dunia datang menjumpai bukan bermaksud untuk menakuti ataupun menyakiti. Tapi mereka justru meminta pertolongan karena tidak tahu jalan pulang. Seperti kala kita diajarkan pertama kali oleh orang tua untuk mengingat rumah, samapi kapanpun akan pulang dengan selamat karena dilatih sedari kecil. Kalau kita tidak dilatih mencari jalan pulang niscaya akan tersesat dan bisa jadi gelandangan. Terimakasih ya Allah atas pelajaran berharga yang telah aku dapatkan.

Oke, pendengar radio jelita malam yang menjerit, giman nih kisahnya menarik bukan? Mudah-mudahan kalian terinspirasi dengan cerita ini ya, sehingga tidak tersesat di dalam hidup ataupun ketika meninggal kelak. Amiin.

Hmm... selesai tugasku dan akupun bergegas pulang. Zalfa adalah Ratu dan tidak ada seorangpun yang tahu gumanku. Inilah ceritaku walau sebagian ada yang berbeda karena aku belum menikah, yah hitung-hitung menutupi jati diri yang sesungguhnya. Seperti biasa ketika hari senin teman-temanku langsung memberikan komentar dan bertanya. Inilah perjalanan hidup sekaligus pengembaraan seorang penyiar radio.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereennn ceritanya, horor bangetss

10 Dec
Balas

hahaha makasih adiku

10 Dec
Balas



search

New Post