Menjaga Ritme

Seorang teman bercerita tentang perawatan ayahnya saat sakit karena Covid-19. Rumah sakit yang penuh dengan pasien Covid-19 tidak sebanding dengan jumlah dokter apalagi perawat. Keluarga pasien mengambil resiko merawat ayahnya menggantikan peran perawat.

Rumah Sakit Umum Daerah khusus pasien Covid-19 sudah tidak bisa menampung pasien. Kerjasama keluarga dan perawat sangat dibutuhkan. Demi ayahnya sehat, teman tersebut berada dalam satu ruangan bersama pasien Covid-19 lainnya.

Masker yang digunakannya hanya dilepas saat berada di kamar mandi. Itupun bukan kamar mandi pasien. Tapi kamar mandi masjid di area rumah sakit tersebut. Tanpa APD dan protokol kesehatan memadai.

Kondisi ayahnya semakin membaik dan akhirnya dinyatakan negatif Covid-19. Selama 2 minggu merawat ayahnya hingga sembuh. Berkumpul bersama keluarga lagi.

Takdir menentukan lain, Teman yang sangat kasih kepada sang ayah akhirnya terpapar Covid-19. Bukan dari rumah sakit, tetapi dari kantornya. Mungkin, virus itu sudah ada dalam tubuh tetapi kalah dengan imunnya.

Paparan Covid-19 bisa mengenai siapa saja yang lengah dan abai. Si Teman bisa kuat menjaga imun dan prokes karena situasi mendukung. Saat bersama teman-teman kantornya, si Teman mulai lengah dan abai. Saat itulah si Virus beraksi.

Mari kita semua mematuhi prosedur kesehatan. Masker menjadi pakaian wajib. Disiplin dalam menjaga kebersihan diri. Meminta kepada Allah kesehatan fisik dan jiwa. Menjaga kerja jantung agar tetap dengan ritme teraturnya. Semoga dengan ikhtiar maksimal bisa memutus rantai penularan virusnya.