Devi Rovina

SMPN 54 Batam...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menikah di Bulan Puasa? Siapa Takut!

Menikah di Bulan Puasa? Siapa Takut!

Hidup bersama pasangan hidup telah kujalani selama sepuluh tahun. Berbagai suka dan duka tentu banyak kisahnya. Ketika harus menyebutkan suatu kisah yang tak terlupakan atau yang teristimewa, ingatan ini kembali pada masa hari pertama menikah.

Sebenarnya kami saling mengenal hanya sebulan. Sama-sama tidak ingin berlama-lama pacaran, lalu memutuskan untuk segera menikah. Keputusan ini dibuat karena kami merasa memang sudah waktunya.

Hajat terebut disampaikanlah kepada orang tua. Calon mertua yang kebetulan adalah seorang tokoh adat di kampungnya yaitu desa Pekon Susuk Kabupaten Kelumbayan Lampung, menyarankan agar kami secepat mungkin menikah. Beliau pula yang menetapkan hari, tanggal dan bulan yang tepat. Katanya lagi kalau lewat dari tanggal itu, bakalan tidak baik keadaan rumah tangga kami kelak. Antara percaya atau tidak sebagai orang awam, aku dan pihak keluargaku setuju saja.

Diputuskanlah hari pernikahan kami pada hari Kamis pukul 19.30 WIB, tepatnya hari ke tujuh bulan Ramadan. Aku sempat tersentak. bulan Ramadan? Menikah? Bagaimana ini? Masak bulan puasa menikah? Berbagai pikiran berkecamuk dalam diri. Hal-hal yang kubayangkan menyenangkan tentang cerita pengantin baru, sirnalah sudah. Menikah di bulan puasa, ya puasa lahir batin!

Akhirnya dilaksanakan juga pernikahan kami dengan sederhana pada malam Jumat, hari ke tujuh bulan Ramadan setelah sholat Isya. Hanya dihadiri oleh pihak keluarga, teman dekat dan tetangga di sekitar blok dekat rumah. Pesta pernikahan akan dilakukan setelah lebaran.

Acara pernikahan berjalan lancar dan hikmat. Penuh suka cita. Diiringi tangis bahagia. Berbagai macam petuah disampaikan orang tuaku kepada suami demi kebahagiaan rumah tangga kami kelak.

Selesai acara pernikahan tinggallah aku, suami, adikku dan istrinya. Orang tuaku yang baru dua hari datang dari Pekanbaru menginap di rumah kakak. Kebetulan aku menikah di rumahku sendiri. Rumah ini kubeli tepat saat aku mendapatkan SK PNS. Dari pada tinggal sendirian kuajak adik lelakiku dan istrinya tinggal bersamaku karena mereka belum memiliki rumah sendiri.

Di rumah ini hanya ada dua kamar, yaitu kamar utama dan kamar kecil. Kamar utama telah ditempati oleh adikku dan istrinya. Sementara kamar kecil adalah kamarku.

Dengan adanya pernikahan ini dan rumah ini adalah rumahku, tidak pula aku ingin bertukar kamar. Aku tetap di kamar kecil berukuran 2,5m x 2m bersama suamiku. Kamar yang hanya bisa diisi sebuah tempat tidur single dan lemari kecil.

Lalu, dalam senyap kami menghabiskan malam panjang di tempat tidur single-ku. Tanpa derasnya gemercik air menjelang sahur, kami mandi mensucikan diri tuk puasa esok hari. Tanpa bisingnya dentingan piring gelas di dapur kami menyiapkan sahur bersama dengan membangunkan adikku dan istrinya.

Sungguh, nikmat mana yang Engkau dustakan? Pengalaman bahagia ini tak kan kulupakan. Kebahagiaan bukan terletak pada sempitnya ruang dan waktu. Kebahagian terletak di hati karena rasa syukur pada nikmatNya.

#TantanganGurusiana

Hari ke-39

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post