dewi apriliana

Assalamu'alaikum, "Educating the mind without educating the heart is no education at all' - Aristotle. Banyak hal yang perlu kita pelajari sebagai seorang pen...

Selengkapnya
Navigasi Web
Buat Bank Sampah Sekolah Yuk

Buat Bank Sampah Sekolah Yuk

Dalam mengimplementasikan kegiatan Bank Sampah sebagai sarana PPK, kita dapat terinspirasi dari tulisan ‘Make your school, a school of character’ oleh Thomas Lickona, seorang psikologis yang beberapa pemikirannya menjadi bagian dari pemikiran penguatan pendidikan karakter di Indonesia.

Dalam strategi implementasi Program Bank Sampah sebgai sarana PPK, secara garis besar dirumuskan dalam beberapa tahap sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

Beberapa hal yang diajukan Lickona dalam upaya membentuk sekolah berbasis budaya pembentukan karakter baik dalam bagian persiapan adalah : mengamati apakah inovasi penguatan pendidikan karakter yang ditawarkan sesuai dengan visi dan misi sekolah.

Setelah sesuai, perlu diusahakan mendapat dukungan dari kepala sekolah dan wakil kepala sekolah untuk menjadikan pendidikan karakter sebagai prioritas dan karakter apa yang akan dijadikan prioritas. Karakter utama yang dapat dikembangkan lewat pembentukan bank sampah adalah karakter religius dan mandiri.

Mengapa ‘religius’? Mungkin kata religius cenderung berkaitan dengan sesuatu yang berbau perintah atau larangan sesuai kitab suci agama.

Menurut modul Konsep dan Pedoman PPK yang dikeluarkan oleh Kemdikbud RI (2017) penjelasan karakter religius adalah sebagai berikut:

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.

Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.

Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.

Dari penjelasan di atas, menjaga dan mencintai lingkungan adalah termasuk dalam nilai religius dalam hal hubungan manusia dengan lingkungan ciptaan Tuhan. Dalam kitab suci agama manapun, manusia diminta untuk menghargai pemberian Tuhan yang berupa alam sekitar.

Saat permasalahan sampah dan isu pemanasan global semakin mengancam kelestarian alam sekita kita, siswa kita dorong untuk melakukan tindakan nyata dengan aktif melakukan 3 R, Reduce, Reuse dan Recycle. Ketiga hal tersebut dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan program bank sampah.

Siswa distumulus untuk mencintai lingkungan dengan tindakan yang nyata, bukan sekedar menuliskan slogan atau berargumentasi lewat kata. Dengan adanya bank sampah siswa akan belajar untuk memilah sampah secara cerdas, mengurangi jumlah sampah yang sekolah kirim ke TPA (Tempat Pembuangan sampah Akhir), hingga kemudian belajar mendaur ulang barang yang tadinya tidak bermanfaat menjadi bernilai.

Selain karakter religius, dengan keberadaan bank sampah, penguatan karakter dalam hal kemandirian juga dapat dilakukan.

Adapun pengertian nilai karakter mandiri pada modul Konsep dan Pedoman PPK yang dikeluarkan oleh Kemdikbud RI (2017) adalah sebagai berikut:

Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Diharapkan dengan terlibat secara aktif dalam kegiatan bank sampah, siswa akan menjadi pribadi dengan karakter religius yang kuat, dalam hal cinta lingkungan. Siswa juga akan terstimulus untuk memilki karakter mandiri dengan memberdayagunakan sampah untuk dimanfaatkan segingga berdaya ekonomi dan dapat mengurangi ketergantungan pada orang tua.

b. Tahap Sosialisasi

Pada tahap sosialisasi, Lickona menyarankan kita untuk mengenalkan konsep pendidikan karakter ke warga sekolah dan menguatkan komitmen untuk menjadikan sekolah jadi sekolah yang mengembangkan karakter unggul. Siswa dan warga sekolah perlu mengetahui bahwa pembentukan bank sampah ini nantinya digunakan untuk menguatkan , karakter kemadirian siswa dan karakter religius, dalam hal ini cinta lingkungan.

Teknik penyampaian sosialisasi tidak harus melalui pertemuan resmi di sebuah gedung, karena hal ini mungkin kurang cocok bagi sekolah TK atau PAUD yang siswanya masih kecil – kecil untuk mengikuti sebuah pertemuan resmi. Sesuaikan dengan audience dan keadaan tempat.

c. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini adalah hal yang penting berkomitmen meluangkan waktu untuk pendidikan karakter. Pelaksanaan kegiatan bank sampah diupayakan melibatkan seluruh peserta didik, dan dibantu oleh wali kelas, rekan guru dan staff sekolah. Libatkan sebanyak mungkin warga sekolah dalam pelaksanaan program bank sampah sekolah.

Pembentukan bank sampah dapat menjadi sarana untuk pelaksanaan PPK di sebuah sekolah pada jenjang apapun. PPK memerlukan komitmen dan dukungan dari berbagai pihak untuk dapat berhasil dan lancar terlaksana secara kontinyu di sebuah sekolah.

Pada awalnya pasti bukanlah hal yang mudah untuk membentuk dan mengelola bank sampah. Bukanlah hal yang instan pula untuk membiasakan siswa memilah sampah dengan baik. Bukannya tanpa usaha pula untuk mendorong siswa mengkreasi daur ulang dengan memanfaatkan sampah yang terkumpul di bank sampah nantinya. Tapi satu hal yang pasti, tidak ada yang sia – sia dari sebuah upaya menguatkan karakter baik siswa kita. Memang diperlukan usaha dan komitmen lebih besar pada guru untuk menyiapkan sebuah generasi untuk memiliki pribadi hebat, generasi yang dapat membawa Indonesia berjaya di jamannya.

Untuk berbicara lebih lanjut mengenai sampah, temui saya di https://saungbelajaraisyah.blogspot.com

Mengubah pola pikir, membentuk karakter bukanlah pekerjaan instan. Karakter masyarakat Indonesia memang masih belum terbiasa mengolah sampah. Dengan keberadaan bank sampah, sekolah telah berupaya membangun kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya dan memilah sampah organik dan non organik, untuk kemudian memanfaatkannya. Meskipun mungkin diperlukan waktu lama untuk membuahkan hasil, paling tidak kita telah mencoba memulainya. Bukankah perjalanan ber mil – mil jauhnya pun pada awalnya dimulai dari satu langkah?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantab..

11 Feb
Balas

Terimakasih sudah berkunjung. Saya sedang belajar nulis nih, pak Bimasri

11 Feb



search

New Post