Dewi Fitrianti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Reviu Buku Gadis Garut

Judul Buku : Gadis Garut

Penulis : Abdullah Ahmad Assegaf

Penerbit : Lentera

Jumlah Halaman : 370 halaman

Resensator : Dewi Fitrianti, S. Pd, Si

Alasan:

Novel ini menceritakan seorang perempuan Sunda bernama Neng yang memiliki karakter yang tidak stereotipikal perempuan Sunda lainnya. Ditengah hegemoni kaum penjajah Belanda, Neng tampil sebagai perempuan kuat dan berjiwa patriotis. Namun sebagai perempuan, dia pun tak bisa melawan perasaan saat jatuh cinta pada pemuda Arab.

Isi:

Novel ini memberikan gambaran yang menakjubkan bagi pembacanya. Setiap percakapannya terdapat pelajaran yang harus diambil sekaligus diamalkannya. Kesopanan dalam bertutur dapat dirasakan pembaca untuk memahami makna katanya. Itu semua disajikan menggunakan kata yang ringan dan mudah dipahami oleh masyarakat pembaca. Dan selain itu juga novel ini berbasiskan sejarah yang dapat menggugat kekejaman kolonial Belanda. Dengan cara kawin paksa yang dilakukan orang tuanya dan itu atas usulan Van Ridijk. Seorang gadis Garut terpaksa nikah dengan orang berdarah Belanda, sebut saja Van Ridijk. Novel yang mengisahkan seorang gadis Garut yang harus nikah dengan orang yang tidak dicintainya. Dimata kedua orang tuanya, gadis tersebut tidka mempunyai hak untuk menentang kemauan orang tuanya yang semena mena.

Dalam satu bab di buku novel ini menceritakan tentang Garut. Dalam bab ini penulis selain ingin memberikan gamabran sebagai setting cerita secara umum, juga menunjukan betapa indahnya Garut yang patut dikunjungi. Betapa tidak, penulis memberikan pujian yang selangit “jika pulau Jawa diumpamakan seikat cincin zamrud, maka Garut adalah pusat dari cincin itu yang merupakan permata yang tiada bandingnya. Di luar bab Garut itu ada beberapa nam tempat yang sering disebut, misalnya Ranca bango, Ranca nasar, Tarogong, Hotel Sanatorium, dan kota Garut sendiri. Bab Garut dideskripsikan penulis mewakili pendangan wisatawan saat itu, mengapa mereka menyukai Garut sebagai destinasi pelesiran mereka. Berikut adalah cuplikan deskripsinya:

Garut adalah sebuah kota di Priangan, yang terletak di Pulau Jawa, salah satu pulau di Kepulauan Asia Pasifik. Seandainya Pulau Jawa yang dianugrahi oelh Allah tanah yang subur dan pemandangan yang indah, kita umpamakan seikat cincin zamrud, maka Garut adalah pusat dari cincin itu yang merupakan permata yang tiada bandingnya. Garut terletak di sebuah bukit, ketinggiannya 2336 kaki dari permukaan laut, sedangkan jaraknya dari Betawi sekitar 253 km dan dapat ditempuh dengan kereta api selam kurang lebih tujuh setengah jam (di masa itu). Ada kereta api khusus yang menuju Gaut dari setasiun Cibatu yang merupakan setasiun terbesar kedua untuk kereta api ekspress yang bernagkat dari Bandung ke Surabaya.

Pulau Jawa mempunyai keistimewaan dibandingkan pulau-pulau lain dengan hasil bumi yang melimpah, tanahnya yang subur dan pemandangan alamnya yang indah. Sedangkan daerah Priangan dibandingkan dengan daerah-daerah lain di pulau Jawa mempunyai keistimewaan lagi karena semua yang ada di sana menarik perhatian dan menyejukan pandangan. Bukit-bukitnya, lembah-lembahnya dan dataran-datarannya bagai ditutupi kain sutera hijau yang ditenun oleh tangan tangan alam.

Jika Anda naik kereta api dari Surabaya menuju Bandung, maka pada waktu siang hari Anda akan merasakan sulitnya perjalanan disebabkan penuh sesaknya para penumpang, buruknya tingkah laku sebagian mereka, udara panas yang menyiksa dan kurangnya pandangan yang menyejukan mata dan sebagainya.

Sehingga terkadang Anda membayangkan seolah-olah sedang berada di sebuah penjara yang bergerak. Tetapi jika kereta telah sampai di stasiun Banjar yang merupakan stasiun pertama di daerah Priangan, Anda akan merasa seolah-olah pendah dari satu alam ke alam yang lain. Lihatlah keluar Jendela...! Anda akan saksikan dataran yang luas diliputi hamparan hijau, dikelilingi bukit-bukit yang tinggi dan ditutupi rerumputan yang dapat menenangkan hati dan menghilangkan kegundahan. Semua yang Anda lihat dapat menyejukan pandangan. Kereta api bergerak naik ke kaki-kaki perbukitan yang hijau sampai ke puncak-puncaknya. Pemandangan itu semakin jelas terlihat dan tampak dalam bentuknya yang paling indah, dengan warna yang jarang ditemui dan dengan tampilan yang sungguh mempesona.

Di Stasiun Banjar dan di stasiun sesudahnya para penumpang dari daerah tersebut naik dengan tertib, dengan penampilan yang baik dan pakaian yang bersih. Anda akan kagum dengan akhlak mereka yang lembut, penuh sopan santun terhadap teman duduknya dan sangat menghormati orang yang berbicara dengannya. Anda pun akan merasa bahwa berbincang-bincang dengan mereka itu tidak kurang asyiknya dibandingkan menikmati pamandangan-pemandangan indah yang Anda saksikan.

Jika sebelumnya Anda selau menghitung waktu dari menit ke menit dan ingin seandainya saja kereta itu mempunyai sayap dan dapat membawa Anda terbang sampai ke Bandung agar Anda bebas dari kesulitan-kesulitan yang Anda rasakan, maka sekarang waktu terasa berlalu dengan cepat. Waktu sejam Anda rasakan seolah-olah hanya beberapa menit saja. Anda ingin agar kereta berjalan lambar-lambat saja diantara bukit-bukit dan dataran-dataran itu.

Jika Anda sebelumnya merasa lesu dan letih karena terlalu lama duduk di bangku kereta, maka sekarang Anda merasa bahwa duduk di bangku itu akan sangat menyenangkan tanpa perasaan tersiksa. Setiap kali kereta berhenti dan Anda butuh makanan, Anda dapat memanggil pedagang yang mana saja yang Anda sukai. Anda dapat membeli apapun yang Anda senangi. Anda akan melihat tempat-tempat makanan yang bersih dan rupa-rupa makanan yang membangkitkan selera. Para pedagangnya tampak bersih dan sangat lemah lembut. Tingkah laku mereka terhadap pembeli pun baik sekali.

Kesimpulannya, semua yang Anda tidak sukai di dalam kereta sepanjang perjalanan Surabaya ke Bandar sekarang berubah menjadi Anda sukai. Hal itu tidak lain karena Anda sudah berada di daerah Priangan dan kebanyakan orang yang Anda ajak bicara adalah orang-orang Sunda. Sebelum jam enam sore, pemeriksa karcis melewati seluruh gerbong dan menginagtkan para penumpang bahwa mereka yang memegang karcis ke Garut agar bersiap-sipa pindah ke kereta lain di stasiun Cibatu. Pada jam enam kereta berhenti di stasiun tersebut. Para penumpang yang hendak ke Garut pindah ke kereta khusus yang biasanya telah menunggu mereka di stasiun itu. Sejam setelah itu yakni pada jam tujuh, kereta sampai di stasiun Garut. Daerah inilah tempat terjadinya sebagian besar kejadian cerita ini.

Garut bukanlah daerah perdagangan, melainkan daerah yang banyak tempat rekreasinya. Karena itu di sana banyak dibangun tempat-tempat penginapan yang besar dan rumah makan-rumah makan yang teratur dan rapi yang menyediakan semua yang dapat menyenangkan para wisatawan dan dapat memenuhi cita rasa mereka. Kebanyakan orang Eropa yang menetap di Garut adalah para wisatawan dan orang-orang yang ingin menikmati udaranya yang sejuk. Mereka adalah orang-orang kaya atau orang-orang yang mempunyai kedudukan yagn tinggi dalam pekerjaannya.

Jika dilihat ketinggiannya dari permukaan laut, daerah Garut pantas berudara dingin. Terkadang udara terasa begitu dingin sehingga orang-orang sengaja mandi dengan air panas alami di daerah Cipanas. Daerah ini terletak di lereng Gunung berapi. Dari situlah memancar sumber air panas yang terkadang panasnya mencapai 36 derajat. Di Garut terdapat daerah-daerah wisata seperti Situ Bagendit, Sanatorium, dan lain-lainnya yang semuanya dikelilingi oleh pemandangan alam yang menakjubkan. Alam memang mempunyai kelebihan dengan keindahannya yang memikat.

Bila Anda berkeliling kota, Anda akan saksikan rumah-rumah yang indah dan jalan-jalan yang bersih. Orang-orang dari berbagai bangsa merasa bahagia. Terlihat tanda-tanda kegembiraan di wajah mereka. Sedangkan para penduduk asli, baik laki-laki maupun perempuannya merupakan gambaran dari perasaan yang lembut dan halus.

Jika Anda berjalan-jalan keliling kota, Anda akan melihat pemandangan-pemandangan yang Allah jadikan dapat menghibur hati yang sedang sedih dan jiwa yang sedang berduka. Anda akan lupa dengan kesedihan dan kesusahan Anda. Saat Anda berada di daerah itu terasa seolah-olah diri Anda sedang berada di alam lain dari alam tempat hidup Anda. Anda berada di suatu alam di mana teman Anda adalah pemandangan yang indah dan kawan bicara Anda adalah alam yang nyata.

Hikmah:

Dalam bab Garut ini penulis mengajak para pembacanya untuk mencintai dan menjaga alam ciptaan Allah yang Maha Kuasa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post