Dewi Sulastri

Penulis merupakan Guru di Sekolah Dasar di Kabupaten Cianjur, lahir pada tanggal 30 September 1982 dan merupakan Alumni dari UPI Bandung. Pada Thun 2015 penulis...

Selengkapnya
Navigasi Web
Musibah
Kebakaran

Musibah

Pagi itu,tepatnya di awal bulan November,seperti biasa rutinitas sehari hari aku lakukan,yaitu berangkat ke sekolah,entah mengapa pagi itu aku begitu salah tingkah,mulai dari mencari cari jam tangan silver,padahal ada tergeletak di meja jam tangan yang hitam tapi tetap aku mencari jam tangan tersebut" bu...bu...ayo cepat siang, sapa suamiku yang sudah menunggu diluar dengan keadaan mesin motor yang sudah menyala" sebentar" jawabku dan aku coba naik k lantai atas kamarku dan kucari jam itu tapi tetap tidak ada, aku mengambil tas yang biasa aku pakai yang berisi laptop dan berkas penting, tak lama aku pun turun ke bawah dan suamiku sudah memanggil lagi,"ayo bu....udah siang", sempat dalam hati berkata,sekolah jangan ya, ini perut masih sakit juga,tapi kasihan murid murid pelajarannya takut tertinggal,kemarin aku ga sekolah karena sakit, dengan perasaan yang ingin dan enggan,aku paksakan untuk berangkat sekolah,sempat kutukar tas yang berisi berkas dan aku masukan dompet lalu aku pakai tas kecil,"ini kan jumat,gausah aku bawa laptop sama perlengkapan,waktunya juga sdikit" aku masih saja mondar mandir naik turun menyimpan tas ke kamar dan membawa lagi laptop kemudian aku simpan di meja belajar, aku tak punya perasaan aneh waktu itu,yang aku rasakan begitu salah tingkahnya saat itu,kulihat asisten rumahtanggaku sedang beres beres,"mba nitip dd ya jangan sampai bikin berantakan,ini serum harganya 200 ribu,jaga baik baik ya...jangan sampai dimainin sama dd" masih teringat kata kata itu adalah kata terakhir aku bicara dengan si mba, "iya bu" jawab si mba,kusimpan serum tersebut diatas lemari. berangkatlah aku ke sekolah,dan tanpa menoleh sedikitpun rumah,biasa aku selalu mengingat ingat dan mengecek di rumah,tetapi waktu itu tidak,karena ada si mba di rumah, sesampai di sekolah seperti biasa aku langsung masuk kedalam kelas dan kebetulan hari jumat adalah jadwal mapel PAI, karena di sekolahku kekurangan guru,jadi tidak ada guru khusus bidang study, aku mengajar kelas 6 dan materi yang sedang dibahas adalah mengenai hari akhir yaitu hari kiamat,,seperti biasa pada awal pembelajaran kita membaca asmaul husna,hari jumat adalah hari yang begitu tenang yang biasa aku rasakan, tidak ada firasat apapun, pelajaran berlangsung dan murid muridpun seperti biasa belajar aktif dan kita membahas mengenai kiamat sugra dan kubra, baru sampai pada pertanyaan" anak anak,coba sebutkan contoh kiamat sugra, dan mereka menjawab dengan semangat, tsunami bu...."iya...terus apalagi, longsor, banjir, gempa bumi,kebakaran hutan....,tak lama Terdengar suara guru kelas 3 yang sedang menerima telpon berbicara" kebakaran?" bu bu ayo kita pulang, saya kaget dan belum mengerti apa yang suamiku maksud, dengan tenang...anak anak diantaranya kebakaran juga merupakan contoh kiamat sugra,sempat saya menyapa murid murid agar tetap tenang dan pamit izin pulang, dengan senyum dan lambaian tangan aku titipkan murid murid pada Bu Liis (guru kelas 5), di perjalanan kita bicara, jari yang kebakaran itu rumah siapa,tanyaku pada suami," rumah kita bu" kata pa yusuf semua udah habis, Innalillahi......mulutpun tak henti mengucapkan istigfar, astagfirullohaladzim.....astagfirullahaladzim...Allahuakbar.....,innalillahiwainnailaihirajiuuun......diperjalanan aku hanya bisa berkata itu, rasa sedih,kaget, penuh pertanyaan bercampurbaur dalam otak, tubuh terasa lemas dan rasanya ingin kupejamkan mata, tapi suamiku berkata, bu...ingat harta hanyalah titipan semua milik Allah,jika beliau berkehendak mengambilnya maka kita harus ikhlas, dan akupun mencoba untuk menegarkan hati, selang waktu 15 menit, aku beserta suami hampir tiba di lokasi rumah, lalu lalang kendaraan yang begitu sembrawut,kemacetanpun terjadi, banyak orang yang berlarian,dan aku melihat ke atas langit kulihat gumpalam asap hitam tepat berada diatas rumahku, situasi yang begitu kacau banyak orang berlarian dan banyak juga yang menenteng hp nya untuk update status dan siaran langsung, sampailah di lokasi rumahku yang terbakar,kulihat api....api...api.....yang begitu besar,"pa berkas ibu pa, tolong selamatkan" dan tak melihat situasi suamiku berusaha masuk kedalam tetapi dijegal oleh warga demi keselamatan, kulihat ruangan bawah sudah dalam keadaan kosong,dan api mulai merambat ke bawah, banyak warga yang mengerumuniku dan bilang sabar bu,ibu harus ikhlas, dan ada selentingan percakapan warga yang bicara kalau anak aku sedang tidur dan pengasuhku sedang berada dilantai bawah mencuci baju, aku tak bisa berfikir jernih waktu itu yang kupikirkan bahwa anak aku tidak terselamatkan,dan matapun mulai terpejam,tubuhpun mulai lemas dan akupun tak sadarkan diri ( bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Apakah kisah ibu sendiri? Jadi bagaimana akhirny Bu?

17 Nov
Balas

Iya pa kisah saya,nanti ada edisi berikutnya pa ada lanjutan sambungan part 2

17 Nov

Iya bu,itu adalah kisah saya,nanti ada edisi berikutnya pa ada lanjutan sambungan part 2

17 Nov

Iya pa kisah saya,nanti ada edisi berikutnya pa ada lanjutan sambungan part 2

17 Nov



search

New Post