Jalan Setapak ...
Kami beriringan melewati pematang sawah, kemudian menyeberangi sungai kecil, lalu mendaki tanah taban. Selanjutnya kembali menurun, sambil menelusuri parak tebu. Terdengar suara gemericik air dari salah satu sumber air yang terdapat pada suatu lurah, sebagai salah satu nyanyian alam yang menemani langkah kecil kaki kami. Di posisi paling depan, bapak berjalan dengan menombak si bungsu di pundaknya. Tangan kecil kami menenteng tas kresek yang berisi bekal seadanya. Perjalanan ini baru menempuh dua pertiga dari route yang harus diselesaikan.Selanjutnya kami kembali menelusuri perak tebu, hingga berakhir di ujung perak dan kami disambut dengan rumpun bambu yang rimbun. Lorong rumpun bambu ini kurang lebih 30 m saja. Alhamdulillah...kami sampai ke pemukiman penduduk. . Selanjutnya kami menuruni tangga tanah yang cukup banyak dan sampailah di rumah bako....
Perjalanan rutin ini tiada menyisakan letih. Hanya kekuatan-Nya yang membuat kaki ini bergerak lincah...sambil bercerita tuk menghibur hati. Sehingga waktu 50-60 menit terasa begitu singkat...Namun. ketika hujan turun di sore hari, medan menjadi lebih berat. Tak jarang kami terperosok ke lumpur. Kami meringis menahan perihnya luka di kaki, tetapi kami harus berjalan tuk menuju rumah kembali...(bersambung#alfatihah untuk alm bapak)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren..
Mantap Buk. Keren
Salam kembali...mksh bu...sdh berkunjung..
barakalloh bun, salam literasi