Senja di Pelataran Rumah (4)
"Bahkan bapak sudah berusaha untuk melerainya, Na. Tapi kedua kakakmu benar-benar keras kepala. Tak ada yang mau mengalah."
Kulihat asap rokok mengepul beberapa kali. Bapak sesekali menyeruput kopinya.
"Entah apa yang sebenarnya mereka ributkan. Tupperware-nya ataukah perasaan senang karena sudah dapat mengintimidasi orang lain. Bahkan, bila itu adalah saudaranya sendiri."
Kudengar helaan napas beberapa kali. Aku tahu dan hafal sekali dengan karakter kakakku. Sejak kecil mereka tak pernah ada yang mau mengalah. Aku pun paham dengan sifat kakak tertuaku. Dia sangat keras dan selalu menangan. Segala keinginannya harus dituruti. Tidak pernah mau mengalah bahkan pada adik-adiknya sendiri.
"Kakak kan memang seperti itu sifatnya Pak. Paling juga besok sudah baikan lagi."
"Semoga saja." Jawab Bapak singkat.
Kami diam beberapa saat. Aku sendiri merasa ada yang aneh dan janggal dengan pertemuan kami kali ini. Kunjungan Bapak kali ini menurutku tidak hanya sekedar membicarakan pertengkaran kakakku. Pasti ada hal lain yang sebenarnya lebih penting. Tapi, untuk bertanya lebih jauh aku tidak berani. Bagaimana pun aku bukanlah kakakku yang sering berlaku sedikit berlebihan.
***
Ponorogo, 4 Desember 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bapak curhat sama yang dipercaya dan disayang. Lanjut, Bun
Mantap ulasannya
Ceritanya mengandung misteri, ada apa sebenarnya denga si Bapak, ditunguu lanjutannya Bu Dewi
Cerpen yang indah. Sukses selalu sahabat