Diah Fakhmawati

an English teacher in a boarding school at Jogjakarta...

Selengkapnya
Navigasi Web

Anakku Malang Anakku Sayang

Judul tersebut mungkin bisa mewakili gambaran anak-anak yang tengah memperjuangkan kehidupan mereka sebagai siswa sekolah menengah yang diceritakan berikut ini.

Hari ini acaranya remidial test PTS semester 1 kelas 8.

Setelah acara koreksi selesai, giliran menatap hasil belajar anak-anak, ada yang bikin senang, bangga, ada yang bikin terkejut, sedih dan termenung. bagin yang terakhir ini yang menyita perhatian. Beberapa anak dari 4 kd tidak lulus kkm semua. Yang membuat termangu adalah ketika melihat tulisan mereka pada bagian jawban soal esai. Tiga bulan mengajar mereka tidak cukup bisa melihat apa yang mereka dapatkan setelah pembelajaran. Jadi selama ini (1.5 tahun) mereka belajar bahasa Inggris masih seperti itu hasilnya. Ada beberapa hal yang memicu saya untuk segera mengambil keputusan tindakan 'penyelamatan' kepada beberapa anak. Alhamdulillah ketahuan segera.

Dari hasil PTS mereka bisa dipetakan siapa sudah bisa apa, siapa belum bisa apa dan harus diapakan. Alhasil ketika menjelang pelaksanaan remidial test sang guru harus menyiapkan sejumlah soal untuk berbeda kebutuhan siswa. Ada yang harus meyelesaikan soal A karena KD A belum lulus ada yang harus mengerjakan soal KD B dan C ada yang harus mengerjakan semua. Yang paling istimewa ada 5 anak yang tidak harus remidial test saat teman-temannya melakukan remudial test karena mereka harus mengulang pembelajaran untukk KD-KD tertentu bahkan beberapa materi kelas sebelumnya. Menyedihkan? iya. Tapi justru menyenangkan karena kondisi tersebut bisa terdeteksi saat ini dan diatasi segera. Apalagi tahun depan mereka akan menghadapi ujian. setidaknya itu akan mengurangi beban akademis mereka dalam persiapan ujian Nasional yang akan datang.

Demi kebaikan mereka sang guru dengan usaha keras bersabar menjelaskan kepada anak-anak istimewa tadi kenapa dia melakukan hal tersebut. Tanpa bosan dia mengulang ucapannya dulu di KBM di awal semester bahwa "mereka sudah membayar mahal uantuk sekolah, jangan sampai hanya melewatkan waktu kegiatan belajar tanpa memahami apa-apa". Sang guru selalu meminta kepada mereka untuk bertanya apabila di akhir pelajaran masih bingung atau tidak paham apa yang mereka pelajari saat itu.

Pagi itu, setelah mendengarkan penjelasan sang guru yang berbusa tanpa lelah mengulang 'ceramah' dia yang lalu-lalu kelima anak istimewa tersebut bersemangat mengulang hafalan kosakata dan pemahaman tentang fungsi A fungsi B, C dan lain sebagainya dalam penggunaannya di kalimat bahasa Inggris. Kegiatan ini ternyata menarik perhatian teman mereka yang kondisinya lebih baik. Beberapa anak tergerak untuk membantu mereka menghafal sementara sang guru menangani teman mereka yang lain yang sedang berjuang mengalahkan soal.

Anak-anak yang ini menghadapi perjuangan yang berbeda dengan kelima anak istimewa tadi. Mereka yang berhasil langsung mendapatkan kesempatan kedua mengerjakan soal juga punya masalah tersendiri yaitu mereka harus lulus alias memenuhi batas minimal nilai lulus remidi. Apabila telah menyelesaikan soal remidi kemudian belum bisa memenuhinya maka saat itu juga dia harus meperbaiki jawaban soal tersebut, dan itu akan berulang 2-3 kali lagi sampai bisa. Apabila tidak juga lulus maka nasib mereka akan sama dengan nasih kelima teman mereka yang istimewa tadi. mengulang KBM untuk KD yang gagal.

Tak lupa juga sang guru mewanti-wanti supaya ke depan jangan sampai terulang bahwa ketika selesai KBM masih belum menguasai apa yang diajarkan guru mereka diam saja tidak meminta ulang penjelasan kepada sang guru, alias merasa biasa saja walaupun tidak mendapat tambahan ilmu setelah KBM. SPada akhirnya ketika ujian mereka gagal dan harus repot mengulang tes dan belajar.

Peristiwa tersebut, setidaknya akan menjadi cambuk bagi mereka untuk tidak menyepelekan waktu ketika KBM dan ujian. Mereka akan menyadari pentingnya mempelajari sesuatu ketika sekolah, tidak hanya duduk, diam, bersosialisasi, atau tambah pengalaman tetapi juga bertambah ilmu dan ketrampilan yang pasti akan berguna bagi kehidupan mereka di luar sekolah esok dan masa yang akan datang. Sang guru pun juga belajar agar di lain waktu dia akan semakin memperhatikan siswanya dan tidak mudah percaya begitu saja dengan sikap 'anak-anak' nya yang seolah paham padahal sebenarnya bingung. Jadi dia bisa menjadi guru yang bertanggung jawab terhadap Tuhannya dan bertanggung jawab keprofesiannya terhadap bangsa karena bisa mengupayakan pendidikan yang berkualitas terhadap generasi bangsa.

Yogyakarta, 30 September 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post