Dian Afmiza

Seorang guru di Kota Batusangkar, Sumatera Barat. Dulu pengajar Bahasa Inggris, sekarang guru kelas di SD....

Selengkapnya
Navigasi Web
Hening dan Dua Pasang Mata Kuning (Sosok di Lorong Misty Asrama Pelangi) Bagian 2
https://www.uniqhotels.com/alila-diwa-goa

Hening dan Dua Pasang Mata Kuning (Sosok di Lorong Misty Asrama Pelangi) Bagian 2

Tantangan Hari ke-32

#TantanganGurusiana

“Bismillah.” Nana berdo’a sambil mengangkat sendok suapan pertama makan malamnya. “Makannya agak cepat aja. Teman-teman udah pada selesai tu. Kelas malam ini dimulai 15 menit lagi.” “Iya, mbaaa... Ini juga baru mulai... Eh.. tungguin ya!” Nana yang awalnya sewot disuruh buru-buru makan, akhirnya menurut karena takut jalan sendirian. Walaupun Rayhan dan Marwah sudah selesai makan, mereka tetap menunggu Nana agar bisa jalan bareng menuju kelas malam ini.

“Tuh, ada yang muter ambil jalan yang jauh, biar ga lewat lorong Misty tu...” Rayhan menunjuk kearah serombongan teman yang bergerak keluar melewati pintu utama ruang makan. “Iya, sudah banyak juga teman yang dengar tentang lorong itu. Makanya mereka cari aman. Biar jalan kejauhan dikit, tapi hati tenang!” Marwah menimpali. “Grht hnmh...” suara yang keluar dari mulut Nana tak terdeteksi. “Habisin dulu makannya, baru ngomong!” Rayhan tersenyum melihat Nana yang buru-buru memborbardir mulutnya dengan suapan-suapan besar.

“Gleg gleg.” Bunyi air minum yang masuk dengan paksa ke tenggorokan Nana terdengar jelas. “Hhh kita terpaksa lewat lorong Misty dong.” suara sedikit menyesal terdengar dari mulut Nana. “Iyah, kalau lewat jalan utama kita bakalan telat masuk kelas. Lagian ga apa-apa kok kalau rame gini. “Dia” palingan juga ngeri melihat kita.” Rayhan berusaha tenang. Nana dan Marwah nampak menarik napas dalam sebelum berdiri dan melangkah ke pintu samping ruang makan.

Sebagai cowok satu-satunya, Rayhan jalan agak di depan, memimpin mereka. Nana dan Marwah bejalan berdempetan walaupun jalur yang dilalui cukup lapang. Mereka tetap menjaga jarak aman dengan Rayhan, maksudnya sih, mereka jalan mepet tepat di belakang Rayhan. “Ray! Sebentar! Gimana kalau kita pegang HP dan nyalakan senternya?” Nana memberi usul. “Wah! Ide bagus! Ayo!” Marwah berseru dengan semangat. Sambil tetap berjalan pelan dan mengeluarkan HP, tiba-tiba mereka telah berada di lorong Misty. Tangan Rayhan nampak bergetar memegang Hpnya, Marwah masih merogoh-rogoh kedalam tas mencari dimana Hpnya berada. Nana sudah berkali-kali memencet icon senter tapi lampu di HPnya itu tetap tidak nyala!

“Meowwwwww!” suara nyaring kucing jantan terdengar keras dan sesosok bayangan hitam berkelebat terbang menyeberangi lorong di depan mereka. Sontak mereka terkesiap dan tanpa pikir panjang, lari tunggang langgang meninggalkan lorong itu. Dibelakang mereka tampak dua pasang mata warna kuning menyala ke arah mereka. Lorong itu terasa lebih panjang dari biasanya bagi mereka saat ini. Terengah-engah mereka akhirnya sampai di depan gedung tempat belajar. Malam ini terasa sangat hening dari biasanya. Tak ada suara satpam atau cleaning servis yang sedang mengobrol sambil mejalankan tugas terakhir mereka hari itu. Benar-benar senyap tanpa satupun suara kecuali langkah mereka. Dalam diam tak sanggup bersuara mereka berjalan menyusuri lorong terang menuju kelas. Mata Nana terasa panas, dadanya sesak, seolah ingin melepaskan rasa takutnya dengan sebuah tangisan dan teriakan keras. Namun semua ditahannya karena mereka sudah berada tepat di depan pintu kelas dan berpapasan langsung dengan Narasumber malam itu.

*bersambung

Batusangkar, 22 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Waaah, kereen berani nulis yg beginj, sy belum berani .... Semoga sampai ending aman ya, haha

23 Feb
Balas

Waahhh... Bundaa... Jangan nakutin gini dooong... Saya jadi ga berani lanjutin looo.... Terimakasih sudah berkunjung ya bunda... Barokallahu fiik.

23 Feb

Like it much sista

23 Feb
Balas

Thank you sist, but I dont think I'll continue writing this genre... I've got kinda goose bump writing on it last night... Syeereeeemmm....

23 Feb

Like it much sista

23 Feb
Balas

Wah,,, mantul sekali uni

23 Feb
Balas

Terimakasih Westi... Uni coba belajar tulis cerpen ti... Ternyata cari ide jalan cerita lumayan rumit ya...

23 Feb

Atut akooh miss....beralih ke genre horror ya say...mantap, ditunggu lanjutannya

23 Feb
Balas

Iyaaa, aku juga merinding waktu nulis ini td malam... (I can relate now, betapa jk rowlujing menangis berhari2 waktu harus mematikan tokoh dumbledor di cerita harry potter, hhhhhh...) Sepertinya cerita ini harus segera diakhiri besok... Aku tak mau terjebak didunia yg bikin bulu kuduk merinding ini... Ini semua gara2 bu Swesti Amelia, dg cerita hantuni n lalanya... haha..

23 Feb

JK Rowling

23 Feb

Wow, sereem Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

23 Feb
Balas

Terimakasih bunda... Baru belajar nulis cerpen, eh tanpa direncanakan jd nulis cerpen horor... Terimakasih sudah mampir bunda... Barokallahu fiik...

23 Feb

Mantaaap buk......

23 Feb
Balas

Terimakasih sudah dibaca pak. Saya cobacoba tulis cerpen juga, cuma genrenya horor...

23 Feb



search

New Post