Salah Kaprah Penggunaan Kosakata dalam Tulisan
Penulis merupakan pelopor berbahasa Indonesia yang benar. Namun, dalam mengejawantahkan pemikirannya melalui tulisan, penulis kerap khilaf menggunakan kosakata yang tidak sesuai dengan makna sebenarnya. Apa yang menyebabkan hal demikian? Bisa jadi karena pengaruh dialek atau logat suatu daerah tertentu, bisa karena ikut-ikutan penulis lain, boleh jadi karena tidak paham, dan paling tragis karena malas mencari tahu.
Berikut adalah kosakata yang acap salah digunakan oleh penulis. Beberapa contoh kalimat saya kutip dari tulisan-tulisan yang terdapat di salah satu grup menulis daring dengan sedikit perubahan.
a. Jengah
Gita mulai jengah dengan mertuanya karena acap kali meminta bantuan untuk melunasi utang.
Banyak penulis yang memahami kata jengah dengan arti muak, bosan, jenuh. Padahal, arti sebenar kata jengah adalah malu; kemalu-maluan (adverbia/kata sifat).
b. Pias
Wajahnya pias tatkala mendengar kabar ayah tiba-tiba jatuh di kamar mandi.
Saya duga, kata pias yang sering digunakan penulis untuk merujuk makna pucat pasi berasal dari dialek bahasa daerah tertentu. Sementara, arti kata pias yang termaktub dalam KBBI adalah: (1) lajur tikar pandan yang mendatar dijahit menjadi layar; (2) lajur; jalur, dan (3) bagian di keempat pinggiran halaman yang kosong tidak dicetak (atas, muka, bawah, dan belakang).
Ah, masa wajah disebut seperti lajur tikar pandan sih?
c. Seronok
Tadi pagi, banyak anggota grup menulis yang naik darah setelah seseorang mengeposkan foto seronok di grup.
Padahal, kata seronok berarti menyenangkan hati, sedap dilihat (didengar dan sebagainya). Mestinya, jika seseorang mengeposkan foto-foto seronok, anggota grup merasa senang dan gembira.
Nah, pasti tertukar maknanya dengan konteks kalimat berikut.
Tadi pagi, banyak anggota grup menulis yang naik darah setelah seseorang mengeposkan foto tidak senonoh di grup.
d. Bergeming
Dia hanya terdiam bergeming di atas kursi.
Kata bergeming mengandung arti tidak bergerak sedikit juga, diam saja.
Jadi, kalau sudah menggunakan kata bergeming, tidak perlu lagi disertakan kata terdiam.
e. Gahar
Lelaki itu berjalan ke arahku dengan wajah gahar. Tampaknya ia marah sekali.
Sepertinya, penulis terpengaruh oleh bahasa gaul hingga tanpa sadar memasukkan kata gahar--yang diyakini artinya adalah garang--dalam tulisannya. Padahal, arti gahar adalah gosok kuat-kuat (verba/kata kerja).
f. Acuh
Wisnu tampak acuh dan membuang muka.
Loh, bagaimana bisa dalam satu konteks kalimat memiliki makna kontradiktif?
Kata acuh berarti peduli, mengindahkan (verba/kata kerja). Maka untuk merujuk pada makna tidak peduli, kata yang digunakan adalah tidak acuh.
g. Emosi
Pertama kalinya aku menampar adik sebab tak kuat menahan emosi.
Sering kali, penulis mencampuradukkan makna marah dengan emosi. Padahal, emosi mengandung arti luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat atau keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan); keberanian yang bersifat subjektif).
Eh, ternyata dalam KBBI kata emosi juga dimaknai sebagai marah. Bagaimana itu? Nah, dalam KBBI dicantumkan arti ketiga kata emosi adalah marah. Namun, diterakan 'cak' dengan huruf berwarna biru. Dengan demikian, kata emosi yang merujuk pada makna marah dapat digunakan pada ragam cakapan yang dituturkan secara lisan.
Omong-omong, masih banyak sebenarnya salah kaprah penggunaan kosakata yang dilakukan oleh penulis. Semakin banyak tahu, semakin kecil pulalah kekhilafan penulis dalam menggunakan kosakata tertentu. Jadi, ketika naskah penulis akan diterbitkan, akan memudahkan editor dalam menyunting tulisannya.
Selamat menulis dan jangan lupa bahagia.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap. Makasih sharingnya
Sama-sama, Pak Leck. Terima kasih sudah mampir.
BETUL BETUL BETUL... jadi ingat upin ipin dengar kata seronok.
Haha. Iya, Bu.
Terimakasih, saya juga pernah menggunakan kata pias yang berarti pucat pasi, atau mendekati demikian
Khusus kata Geming/Bergeming terjadi perubahan di kamus KBBI sejak edisi ke 3 di 2005, sebelum itu artinya adalah bergerak lembut/perlahan, dan di karya2 sastra lama selalu diartikan bergerak. ntah salah tulis atau memang koreksi.
Ulasan yg sangat bermanfaat, tapi untuk kata "pias" kalau dalam bahasa sunda sih memang artinya "pucat pasi"..hehe, mungkin penulis yang memakai kata pias dalam tulisan berbahasa Indonesianya dalam konteks arti pias itu pucat pasi adalah org sunda, hahaha