Diana Wahyuni

Paroxsym, Introvert, and Coffeeholic...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tentang Menulis

Tentang Menulis

Sama halnya dengan tiga keterampilan berbahasa lainnya, menulis merupakan proses perkembangan. Agar perspektif, gagasan, dan pengetahuan dapat disajikan secara tertulis, diperlukan waktu, pengalaman, latihan, dan keterampilan khusus lainnya. Keterampilan menulis tidak datang dengan sendirinya. Karena itu, dituntut konsistensi dalam menulis sehingga keterampilan tersebut dapat ditingkatkan dengan latihan yang teratur.

Bagaimana caranya agar gagasan dapat dikembangkan menjadi tulisan menarik? Setiap penulis memiliki cara masing-masing. Saya misalnya, selalu memaksa diri untuk terus menulis setiap hari. Ada target yang saya tetapkan untuk itu. Kini, menulis sudah seperti candu. Bahkan, timbul perasaan bersalah bila dalam sehari tidak menghasilkan tulisan. Saya menulis apa saja. Tak pernah memberi batasan apapun. Opini tentang pendidikan, sajak, atau tulisan-tulisan pendek yang selesai dibaca sekali duduk.

Mengingat pentingnya menulis untuk aktualisasi diri, maka dari itu saya hampir tak pernah melepaskan kacamata untuk melahap bacaan. Baik buku digital ataupun bacaan favorit sepanjang waktu, buku konvensional alias buku yang dicetak.

Membaca dan menulis memiliki hubungan yang sangat erat. Semakin sering membaca, semakin luas wawasan dan gagasan seorang penulis. Jika mengalami kewalahan saat menulis, ide seakan-akan "mampet", bahkan tak kunjung satu paragraf pun selesai, barangkali karena sebelumnya kita enggan membaca.

Saya termasuk jenis orang yang tak pernah merasa tabu membaca karya penulis lain. Manakala membaca, saya belajar memahami gaya dan teknik tulisan. Kemudian, membuat studi perbandingan. Pada bagian apa tulisan-tulisan saya harus ditingkatkan.

Memang, gaya dan teknik tulisan bisa saja diimitasi. Namun, perspektif dan cara pandang yang tersimpan dalam otak penulis tidak bisa dicopy oleh siapapun. Gaya dan teknik tulisan bisa saja sama dengan penulis lain tapi isi tulisan tentu berbeda. Tergantung pada cara penulis mengejawantahkan pemikirannya.

Menulislah agar ada yang bisa kita wariskan kelak. Jika tak ada yang bisa dituliskan, mulailah dulu dengan membaca. Membaca dan menulis bisa dikatakan saling berjodoh. Seperti saya dan Pak Bos. Jomblo dilarang baper. Eh!

~lembayungmerahsenja

Photo Credit to lazuardi.id

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Penulisnya ini sungguh keren. Mau dong minta tanda tangannya

04 Dec
Balas

Hadeuhhhh. Jadi maluuuuuu.

04 Dec

Salam kenal Sangat setuju virus menulis juga harus kita sebarkan. dan saya pribadi menyakin bahwa menulis itu bagian dari terapi jiwa.. Benar ngga ya??

04 Dec
Balas

Salam kenal kembali, Bu. Tujuan menulis sangat banyak Bu. Tergantung penulisnya. Ada yang menulis untuk menghibur, aktualisasi diri, informatif, atau terapi jiwa yang Ibu sebutkan. Semangat menulis, Bu!

04 Dec

Dahsyaaatt... Lop yu pull Uni syantiiik

04 Dec
Balas

Lop u too juga Bu Lilik Sayanggg

04 Dec

Keren n sgt menginspirasi bu diana...pas bgt dg konds sy yg lg mampet ide...

04 Dec
Balas

Makasih Bu. Semoga lancar lagi proses menulisnya.

04 Dec

Semangat saya menemukan daya dorongnya setelah membaca tulisan ini. Terima kasih sudah berbagi Bu Guru...

13 Dec
Balas

Eh, ketemu lagi di sini. Baru balas komentar Pak Guru karena baru nongol lagi di Gurusiana.

01 Jan



search

New Post