Dian Diana

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PERISAI HOAX UNTUK PESERTA DIDIK

PERISAI HOAX UNTUK PESERTA DIDIK

PERISAI HOAX UNTUK PESERTA DIDIK

Oleh : Dian Diana, M. Pd

Guru SMPN 1 Cihampelas Kabupaten Bandung Barat

Teknologi digital yang berkembang saat ini menjadi sebuah keuntungan bagi perkembangan informasi di berbagai bidang. Media sosial yang sedang euforia merupakan bagian penting dalam penyebaran informasi diberbagai segmen masyarakat. Kemudahan akses dengan gawai pribadi membantu kita untuk mencari dan menemukan hal yang ingin kita ketahui yang akan meringankan pekerjaan kita atau membantu penyelesaian tugas yang kita hadapi. Dampak positif yang dirasakan terutama surplusnya pengetahuan kita, bahkan tidak jarang inspirasi akan datang dari apa yang telah kita baca, terbentuknya jejaring silaturahmi, berkembangnya bisnis online, dan banyak lagi manfaat positif lainnya. Namun, dampak negatif yang mengiringi kemajuan media sosial diantaranya yaitu penyebaran berita palsu (hoax).

Penyebaran berita palsu (hoax) keberadaannya saat ini sudah pada tarap membahayakan dan meresahkan publik. Setiap kita membuka media sosial dengan gawai kita, maka dipastikan akan ada berita dengan narasi sentimen yang berbau kontravensi seperti isu sara, berita spektakuler tanpa fakta, propaganda yang menyulut emosi, dan berita yang berupa ancaman dan hujatan. Jika kita tidak pandai menyaring berita tersebut, maka kita akan terjaring pada kebodohan mencari informasi, dan apabila ikut menyebarkan hoax tersebut, akan terbukalah kualitas kita dalam berliterasi untuk mengkonfirmasi kebenaran suatu informasi. Sungguh ironis, manakala sebagian masyarakat kita menelan mentah berita hoax tersebut, bahkan sering sampai memakan korban jiwa. Kekhawatiran yang berlebihan dari dampak hoax diantaranya akan terbentuk mental-mental paranoid di masyarakat kita.

Pencegahan yang dilakukan seperti menghapus dan pemblokiran postingan berita, verifikasi berita dan pemberian label hoax oleh dewan pers,munculnya berbagai gerakan anti hoax seperti turn back hoax, stop hoax, masyarakat anti hoax, dan lain-lain, kita apresiasi sebagai bentuk penolakan terhadap berita palsu. Namun, apakah efektif? Pencegahan yang paling jitu sebenarnya kembali kepada individu penerima berita. Jika pembaca berita dapat memilah dan memilah informasi mana saja yang bersifat fakta,bermanfaat, tidak mengandung fitnah, serta selalu mencari informasi yang akurat manakala menemukan satu konten berita yang ditemukan, tentu tidak akan termakan oleh berita palsu (hoax). Peran yang paling penting agar individu memiliki keterampilan menyaring informasi yaitu dengan edukasi dan literasi.

Edukasi dan literasi yang sifatnya formal berada di lingkungan sekolah yang terintegrasi dalam pembelajaran. Mata pelajaran yang berbasis keterampilan informasi seperti Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama, dan mata pelajaran lain yang membutuhkan keterampilan informasi, dalam proses pembelajaran baik materi pembelajaran langsung atau sisipan yang tertulis secara administratif dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang pentingnya berpikir kritis dalam menerima suatu informasi. Peran guru membelajarkan peserta didik mencari informasi dari suatu peristiwa yang berupa fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang muncul di masyarakat.

Pembelajaran untuk membangun kesadaran individu dalam menolak hoax bisa diinformasikan oleh guru dalam sisipan sebelum atau sesuadah pembelajaran untuk membangun budi pekerti. Aplikasi dalam pembelajaran secara langsung tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan garis besar sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model yang dapat menggali potensi peserta didik untuk melakukan literasi, menganalisis informasi, dan dapat menyaring informasi yang baik dan benar dari berbagai sumber informasi. Contohnya Model Pembelajaran problem-based learning, discovery /inquiry learning, project based learning ,Jigsaw, NHT, dan lain-lain.

2. Peserta didik dikondisikan untuk bekerja secara berkelompok (cooperative learning). Peserta didik berkolaborasi dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mengerjakan suatu tugas melalui kelompok kecil dengan struktur kelompok bersifat heterogen.

3. Peserta didik mengetahui tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan belajar ini dikaitkan dengan tugas/pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik dalam kelompok.

4. Guru mempersiapkan artikel dengan konten materi yang up to date supaya peserta didik langsung tertarik untuk mencarinya. Tema artikel setiap kelompok boleh dibedakan untuk memperluas wawasan pengetahuan peserta didik. Ketika setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, maka akan terjadi variasi informasi yang didapatkan oleh peserta didik.

5. Setiap kelompok diberi artikel minimal sejumlah anggota kelompok, misalnya jika kelompok terdiri dari 5 orang anggota, maka artikel yang disiapkan 5 buah artikel perkelompok. Satu tema artikel terdiri dari dua artikel yang mengandung informasi yang baik dan benar, satu artikel yang mengandung informasi hoax, satu artikel tentang ciri-ciri informasi yang bersifat hoax, dan satu artikel lagi tentang bagaimana cara kita untuk surfing/berselancar di dunia maya agar sesuai etika dan tidak mendapatkan berita hoax. Anggota pemegang masing-masing artikel harus menuliskan informasi yang didapat untuk dibuat dalam laporan literasi kelompok.

6. Hasil akhir dari pembelajaran dapat berupa laporan literasi kelompok. Laporan literasi ini minimal terdiri dari tiga paragraf. Misal, Paragraf kesatu, merupakan penjelasan tentang fenomena informasi hoax yang beredar di masyarakat dan penjelasan informasi yang sebenarnya terjadi. Paragraf kedua, tentang ciri-ciri berita hoax dan cara berselancar di dunia maya yang beretika. Paragraf ketiga, hikmah dari sebuah informasi yang telah didapatkan, dan bagaimana menyikapi berita hoax yang beredar di masyarakat serta apa yang akan mereka lakukan.

7. Presentasi hasil diskusi peserta didik per kelompok jika waktunya mencukupi dalam satu pertemuan maka dilakukan dengan pembelajaran tuntas (mastery learning), yaitu presentasi dengan karya kunjung atau kunjung karya. Namun jika waktu diskusi kurang maka untuk presentasi atau kegiatan mengomunikasikan hasil belajar dapat dilakukan pada pertemuan berikutnya.

Mencerdaskan peserta didik dalam mencari informasi merupakan tugas guru, menganjurkan mereka out of the box untuk surfing informasi namun tetap dengan berpijak pada batasan-batasan norma dan berbagai aturan, agar mereka menjadi generasi emas yang cerdas dan sholeh di masa yang akan datang. Yuk, Perangi Hoax!!!

Semoga Bermanfaat!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren..literasi dan Hoax saling berkesinambungan, tinggal memilih dan memilah mana informasi yang betul diinginkan..sukses selalu ibuku sayang

29 May
Balas

Hatur nuhun Bu Dati, khawatir dengan pembodohan hoax, makanya sengaja menulis ini. Yuk, maju bersama untuk pendidikan!

29 May
Balas



search

New Post