Sudah lama aku memimpikan memiliki rumah baru. Akhirnya terwujudlah rumah yang lumayan luas, berjarak hanya 400 meter dari rumah mertua. Meski belum berpintu dan jendela belum terpasang, teringin hati ini untuk segera menempati rumah itu. Namun, aku dan suami harus bersabar dahulu untuk menunggu selama 3 minggu demi menyiapkan material yang belum terbeli. 

Pekarangan depan rumah yang luas dan kondisi cuaca yang terik membuatku bersemangat ingin menjemur beberapa nampan nasi aking dan kerupuk beras, yaitu kerupuk yang diolah dari nasi sisa kenduri dan selamatan selama beberapa hari terakhir. 

Pagi saat matahari sudah dengan gagah menyiratkan sinarnya, kuboyong beberapa nampan nasi aking dan adonan krupuk beras menuju rumah baruku, yang kubuat di rumah mertua. Kujemur dengan hati-hati di atas tumpukan batako. Ada sekitar 5 nampan, dengan harapan keesokan hari bisa menikmati nasi pecel lengkap dengan lauk krupuk beras/krupuk nasi. Sayang sekali, sehabis Zuhur aku hendak menghampiri nasi aking dan krupuk beras yang dijemur tetapi yang kudapati hanyalah remahan krupuk beras dan ada bekas bulu ayam. Diam-diam ayam tetangga mengacak-acak dan memakan hampir 70 persen nasi aking dan krupuk beras yang aku jemur. Pupus sudah harapanku untuk menikmati nasi pecel dengan lauk krupuk beras yang gurih dan renyah. Aku pun pulang dengan nampan kosong. Ternyata calon tetanggaku bermental pencuri. 

-Diandra Haqi, 20 Agustus 2020-