Dian Garini Lituhayu

After years of living in survival mode, constantly fighting to stay afloat, I’m finally learning to let go. Here in a new city, I’m embracing a slow...

Selengkapnya
Navigasi Web

Menjaga Apa yang Harus Dijaga

Menjaga Apa yang Harus Dijaga-Memelihara Netralitas Abdi Negara

-Dian Garini Lituhayu-

Caution : Tema Berat - jangan dibaca jika mengakibatkan baperan dan ngamukan

Menurut saya, di tahun politik seperti sekarang, yang paling berat adalah menahan diri. Dan yang paling berat harus menahan diri adalah ASN dan pasangannya, anggota TNI-POLRI dan pasangannya. Agak membingungkan bila posisi masih ASN dan pasangannya, dan anggota TNI-POLRI dan pasangannya, tapi mencaci maki pemerintah.

Dilihat dari etika manapun tidak pas. Birokrasi dan susunannya ke atas, menurut saya adalah sebuah kesatuan yang merupakan tataran republik ini sebagai sebuah mesin pelaksana. Siapapun yang menjadi pemimpin, menurut saya, seorang ASN, anggota TNI-POLRI dan pasangannya yang masih notabene dibiayai, digaji dan dilindungi sampai pensiun oleh negara, harus menjadi alat negara mengejar tujuan pendirian negara, melalui semua program dan sub programnya di tingkatan terendah sekalipun.

Mempunyai pilihan dan preferensi sendiri adalah hal lumrah. Mempunyai idola juga hal biasa. Tetapi menjaga netralitas berposisi sebagai abdi negara yang masih menjadi alat negara menjadi pilihan yang menurut saya harus lebih dijaga.

Berbeda dengan mereka yang memang berdiri di luar keterikatan sebagai abdi negara, atau mereka yang memilih politik sebagai jalurnya. Pilihan ada pada mereka dengan tanggungjawab mereka sendiri. Meskipun itu juga bukan sebagai dasar berhak memburukkan semuanya dan timpang membaca, apalagi menjejalkan pemikiran atau malah memaksakan pilihan.

Tulis dan lakukan apapun sesuai porsi. Segala sesuatu dipikirkan dengan matang dan dewasa. Muak dan bete, biasa saja. Siapa yang tidak pernah. Tapi ikut arus menghina, mencaci, memaki pemerintah yang notabene atasan sendiri, yang dinanti setiap bulan uang gaji dan dinantikan uang pensiun di hari tua nanti?

Tulisan bisa dalam artian yang sempit atau luas, terserah dilihat dari sudut mana. Status adalah bagian sederhana. Postingan di media sosial juga adalah sedikit dari bagian tulisan sederhana. Buku, artikel dan jurnal di kelas yang lebih luas lagi. Yang lebih mengkuatirkan justru bukan hasil tulisan sendiri, tapi hasil broadcasting dan belum dicek kebenarannya, tidak ketahuan sumbernya dan berasal dari media yang tak jelas kapasitasnya. Masih banyak yang saya pribadi saksikan sendiri, ASN dan atau pasangannya, anggota TNI-POLRI dan atau pasangannya, guru dan mantan duta negara, yang masif sekali menyampaikan pendapat dan tulisan orang lain, berkenaan dengan pilihannya pada pilkada maupun pilpres. Tanpa memandang posisi dan tupoksi diri. Apakah sudah dipikirkan dengan matang, kalah jadi abu menang jadi arang? Karena siapapun yang terpilih pada pilkada maupun pilpres adalah hasil mekanisme besar yang seorang abdi negara harus patuhi.

Tulis dan lakukan apapun memandang diri. Segala hal yang kita lakukan punya resiko. Setidaknya, bila tak mampu membaguskan air kolam tempat berenang, kalau mau pipis, keluar dulu dari kolam. Kalau tak mampu menjadikan madu kolam pemancingan, jangan racuni kolamnya.

Pihak lain yang harus menahan diri adalah orang-orang yang bekerja di bidang pendidikan, bekerja dengan anak-anak usia dini dan mereka yang pernah menjadi duta negara sebagai peserta pertukaran pemuda atau penerima beasiswa negara.

Banyak hal yang agak membuat miris, ketika anak kecil di usia sekolah dasar di seret pada arus politik oleh guru dan orangtua mereka. Menurut saya belum saatnya. Biarkan mereka berkembang melihat, mendengar dan merasa menggunakan indera mereka secara imbang dan terbuka. Memberi pandangan boleh, tapi mengajak mereka yang masih bocah ingusan itu kampanye dan orasi di jalan? Menurut saya, itu bukan pilihan yang baik. Menjejalkan doktrin di kelas pun harus hati-hati, agar tak menjadi dosa jariah akibat titipan kebencian yang ditiupkan dalam setiap pembelajaran di kelas.

Demikian pula dengan mereka yang pernah menjadi duta-duta negara sebagai peserta pertukaran pemuda dan penerima beasiswa negara. Bagaimana pun juga sebagai representasi negara, sekecil apapun perannya, mereka-mereka yang pernah dan punya kesempatan menjadi perwakilan negara mempunyai tanggung jawab besar untuk tak ikut terseret arus besar politik.

Memelihara netralitas dan menjaga segala hal tetap profesional di bidangnya masing-masing adalah pembuktian yang baik, bahwa para ASN, anggota TNI-POLRI, guru, mantan duta negara dan penerima beasiswa negara adalah mereka yang mampu duduk tenang dalam perbedaan dan pergulatan batin politik yang luar biasa besarnya.

Be grown up!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Nggih Bapak, mohon maaf. Saya cuma kuatir debat kusir Pak. Hilang berkahnya ada perbedaan pendapat. Ini nda mengkritisi Pak. Ini renungan saya pribadi dari kumpulan kejadian disekitar saya yang terjadi. Bapak tulis saja artikel Bapak tentang Netralitas ASN nggih Pak, dari sudut pandang Bapak, pasti sangat menarik dan mumpuni kajiannya.

11 May
Balas

Owh...iya..kelihatannya Ibu Alumni penerima beasiswa ..dan pertukaran mahasiswa ya..namun jangan kemudian menghilangkan logika dan nalar sehat kita..seharusnyalah bisa kita benarkan jika benar..dan meluruskan jika memang salah..jgn kmd kita terikat dg apa yg sdh mrk berikan...jd gratifikasi nanti

11 May
Balas

Owh...iya..kelihatannya Ibu Alumni penerima beasiswa ..dan pertukaran mahasiswa ya..namun jangan kemudian menghilangkan logika dan nalar sehat kita..seharusnyalah bisa kita benarkan jika benar..dan meluruskan jika memang salah..jgn kmd kita terikat dg apa yg sdh mrk berikan...jd gratifikasi nanti

11 May
Balas

Nggih dibaca lagi Bapak. Content penting, manner penting. Ini pendapat saya pribadi, bila ingin berpolitik, jadi, dan ambil peran sebagai orang politik di wadah politik. Yang saya kritisi adalah pencampur adukan peran. Menyampaikan yang benar harus dengan cara yang baik. Bukan membabi buta dan mencaci maki. Yang baik ya diapresiasi. Yang buruk dikritisi, beri solusi. Maaf nggih Pak, ini hanya pendapat pribadi, agar para pegawai negeri sipil, aparat TNI polri, guru, penerima dan pengguna pajak negara, mampu menjaga posisi tetap netral dan memandang segalanya lebih luas, tidak timpang dalam penilaian dan yang lebih penting, tidak ikut arus politik praktis yang dilakukan dengan sentimental. Case closed ya Bapak. Nanti kita nda bisa pules tidur.

11 May

Case closed..baiklah

11 May
Balas

Nggih Bapak. Nuhun ya Pak.

11 May

Ya ada sih ndak fairnya..anda mengkritisi orang lain tapi anda sendiri memutuskan untuk menutup tulisan anda sendiri..mhn lain waktu dipahami dulu jika saja ada org yg beda pendapat....nggih sekedar mengingatkan saja...

11 May
Balas

Opini...renungan pribadi..saya baca dulu pengertiannya..smg saya bisa belajar dari ibu..terimakasih

11 May
Balas

Nggih Bapak. Saya yang harus belajar dari Bapak. Mari Pak, kita ngopi dan lakukan hal-hal menarik yang indah setelahnya.

11 May

Sip malah dapat Belajar ilmu politik. Dalam bentuk mendidik ansk bangsa. Salam smangat, bun.

07 May
Balas

Terimakasih bapak.

07 May

Hebat, suka membaca tentu banyak yang didapat. Banyak manfaat yang perlu kita terapkan dalam kehidupan. Memang perting kita tuliskan dalam hal berbagi untuk sesama.thank you.

07 May
Balas

Terimakasih Bun.

07 May



search

New Post