Dian Garini Lituhayu

Lahir dan tumbuh di Kota Samarinda, aku rapat dengan budaya Melayu yang kental mewarnai kehidupan pinggiran Sungai Mahakam. Berkeseharian sebagai ibu dan ibu gu...

Selengkapnya
Navigasi Web
MIRAS -- YANG BUTUH, YANG PATUH

MIRAS -- YANG BUTUH, YANG PATUH

Yang Butuh, Yang Patuh --

Suatu sore, disebuah swalayan yang cukup ramai di suburb Joondalup, Australia Barat.

"ID please.." pinta perempuan di balik meja kasir itu dengan ramah. Temanku, si ibu dua anak dengan rambut cepak berwarna marun itu menyerahkan paspornya. Dia kelahiran Suva di Kepulauan Fiji, berusia 30 tahun, modis, nampak segar dan muda. Saat itu kupikir, mungkin mbak kasir menyangkanya berumur kurang dari 18 tahun. Tetapi, akhirnya aku paham, aturan 18+ itu karena isi keranjang belanja kami. Selesai memeriksa identitasnya, si mbak kasir memasukkan semua belanjaan ke keranjang kami.

Keranjang belanja temanku itu berisi 6 botol Cascade Stout dan beberapa pak besar keripik kentang bermicin. Kata temanku itu, bir asli Australia itu mempunyai aroma karamel dan agak pahit diakhir tegukan. Aku bertanya karena aku tidak tahu rasanya. Dan belum pernah ingin mencicipinya. Kena antalgin saja aku bisa pingsan, apalagi mencoba yang keras-keras. Kelasku barangkali hanya tape ketan dingin yang bisa diseruput kuahnya di tengah hari bolong.

Akhir pekan esok hari kami diundang ke sebuah acara makan di kebun alias barbeque, dan yang ingin minum minuman beralkohol, tuan rumah tidak menyediakan, silakan byo, bring your own. Bring your own artinya ya bawa sendiri, risiko sendiri. Yang minum diri sendiri, risikonya ya ditanggung sendiri, jangan sampai bikin susah tuan rumah atau mending minum sendiri saja di rumah.

Keharusan menunjukkan kartu identitas ini berlaku juga untuk pembelian produk rokok dan cerutu. Jika sebuah swalayan kedapatan menjual rokok dan miras kepada orang dibawah 18 tahun, swalayannya bisa ditutup, atau didenda dengan amat sangat mahal. Dan semua orang patuh.

Intinya ada aturan, ada hukum, untuk dipatuhi.

Indeed, meskipun miras dan rokok dijual bebas (walau bersyarat) pembelinya wajib terlebih dahulu menunjukkan dan memastikan dirinya 'boleh' membeli dan menikmatinya. Termasuk mengerti efek kesehatan dan membatasi kemungkinan maboknya merugikan orang lain. Usia 18+ dianggap bisa berpikir apa hal baik dan buruk dari sebuah hal yang hendak dimasukkannnya dalam tubuh. Konsen pada manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Sanksi sangat tegas bagi yang sengaja memalsukan identitas untuk membeli rokok dan minuman beralkohol. Apalagi menyebabkan korban jiwa akibat nyetir sambil teler, akan tercatat sebagai cacat dan direcord dalam fail SIM sepanjang masa.

Pabrik-pabrik minuman keras seperti brewery mempunyai seabrek persyaratan dengan standar tinggi dari pengelolaan bahan baku, jauh sebelum berdiri. Mulai dari pemilihan lokasi, pembuangan limbah, kontrol ketat pencemaran akan air dan tanah yang bersifat mikrobial, chemical dan physical, harus bebas tikus dan serangga, karyawannya mempunyai lisensi khusus untuk menjadi staf pabrik, dan terus dan terus dan terus. Karena sudah hukum, sudah aturan. Pengusaha, tunduk.

Selama orang Indonesia, tidak mau patuh dan disiplin aturan, hukum dan norma bisa diakalin, dikedipin, diselipin. Selama masih masyarakat kita bisa kenyang makan hoaks dan demen miras oplosan yang dipercayai sebagai bentuk kejantanan tersendiri (padahal konyol); selama satu isu bisa digoreng tahunan dan menjadikan banyak kubu saling bermusuhan; selama ada keyakinan hukum dan aturan dibuat untuk dilanggar; selama perlindungan kepada anak dan perempuan belum diutamakan (padahal secuil pengalamanku menyimpulkan: anak dan istri selalu menjadi korban terbesar lelaki tukang minum) menurutku, TIDAK PERLU, TIDAK MENDESAK.

*isu yang sedang ramai -- dari kacamataku

Aku tak membahasnya dari sudut pandang agama, silakan yang lain saja --

Yang mau berdemo menyuarakan pikiran, akal sehat dan nurani, silakan. Asal jangan berperilaku mabok : susah diatur, merasa paling benar, niat makar, bakar-bakar, rusuh-rusuh.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

01 Mar
Balas



search

New Post