Dian_iyank

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kabut Cinta di Sudut Desa

Kabut Cinta di Sudut Desa

♡Menulisku 170

Part 18

Rasa ingin tahuku muncul, mendengar bapak berbicara setengah berbisik begitu. Apa yang bapak bicarakan dan dengan siapa bapak berbicara.

Kudekati posisi bapak berada. Ternyata suaranya datang dari kamar tamu. Beliau masih terduduk di sajadahnya dan berkain sarung.

Aku hanya berdiri di luar pintu. Aku ingin tahu dengan siapa bapakku berbicara.

"Aku tidak apa-apa Kenan. Karena itu memang haknya Alif. Namun aku mohon ... Uti jangan sampai tahu tentang kabar pernikahan anakmu ini. Hatinya rapuh. Aku tidak mau dia bersedih lagi."

"Ya Allah ... bapak sekhawatir itu kepadaku. Uti sudah besar pak. Uti sudah bisa melupakan rasa sakit itu. Meski Uti belum berani menerima hati lain di hidup Uti." Rintihku dalam diam.

Kutinggalkan kamar bapak dengan hati pedih. Aku sudah tidak sakit hati lagi mendengar Bang Alif akan menikah. Aku sudah ikhlas. Karena itu memang haknya.

Namun hatiku pedih mengetahui bapak sangat mencemaskan aku.

⚘⚘⚘

Setelah salat isya kuputuskan untuk tidur. Aku ingin melupakan semua kesedihan ini. Dan merajut hari baru dengan melupakan masa lalu.

Namun kusempatkan berdoa untuk kebahagiaan Bang Alif ... dan meminta kekuatan untukku menghadapi semuanya, serta diberikan pengganti Bang Alif yang bisa menyayangiku sepenuh hatinya.

Amin. YRA.

⚘⚘⚘

Pukul setengah 2 dini hari aku terbangun. Tubuhku mengajak ke kamar kecil. Dinginnya air terasa menerpa kulitku. Lalu kulanjutkan dengan berwudhu.

Setelah selesai salat malam, kuraih ponselku. Aku lupa belum mengisi ulang baterai ponselku. Kulihat ada beberapa pesan belum terbaca. Terkirim jam 11 malam. Saat itu aku pasti sudah tertidur.

Aku buka. Salah satunya ternyata dari Mas Evan. Singkat isi pesannya.

"Aku bolehkan menyukai Mba Uti?"

Aku tersenyum membacanya. Ada rasa suka hadir di hatiku. Sesopan itu dia menyatakan perasaannya. Membuat respekku bertambah.

Aku baru akan menjawab. Dia kirim lagi pesan baru.

"Sudah selesai salatnya Mbak Uti. Aku khawatir Mbak Uti marah. Pesanku ngga dibaca-baca."

"Maafkan aku ... jika aku lancang." Lanjutnya lagi.

"😭"

"Tuhkan. Mbak Uti marah!"

"Pesanku cuma di read."

Makin lebar senyumku. Dia lucu. Sikapnya manis.

"Mana responnya?" Katanya lagi tak sabar.

"🙏🙏🙏😔😔😔"

Kata-kata apa yang harus kutulis coba. Hatiku dalam mode on melayang karena suka. Sukaaaa ... banget.

???

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post