Dian Intan Marsifa fauzia, S.Pd. SD

Guru di SDN 25 Membalong Belitung ...

Selengkapnya
Navigasi Web
A LITTLE GIVE FOR DADY
A LITTLE GIVE FOR DADY

A LITTLE GIVE FOR DADY

A Little Give for Dady

#TantanganGurusiana

Tantangan Hari Ke-34

Pagi ini April 2008 adalah puncak perjuangan dan pengorbanan dalam usahaku menuntut ilmu di kota Bandung tercinta. Banyak yang telah kulalui, liku-liku anak asrama telah ku lewati. Acara pagi ini adalah prosesi wajib bagi setiap pribadi yang telah mengakhiri perjuangan mulai dari mendaftarkan diri, melewati test masuk, hingga menghadapi setiap koreksi dosen dalam menyelesaikan skripsi.

Setelah hari ini berlalu perjuangan sesungguhnya baru saja dimulai, bagaimana aku dan seluruh peserta wisuda yang berkumpul di gedung gymasium akan mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. Karena hakikatnya ilmu harus diamalkan agar berkembang dan menyebar ke penjuru alam serta menjadi amal jariah yang tak kan terputus meski raga sudah tak bernyawa. Harus bermanfaat bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Seperti sebuah mahfudzot mengatakan “ilmu tanpa diamalkan seperti pohon tak berbuah, hanya hidup untuk diri sendiri tanpa menghasilkan generasi penerus hingga akhirnya musnah dan punah”.

Sedari subuh aku mulai bersiap segala keperluan seperti biasa aku buatkan listnya agar tak ada yang terlupakan. Tak lupa mengabari A’ Syazwan bahwa hari ini adalah hari dimana aku diwisuda, bila tak ada halangan aku memintanya untuk hadir, tapi setelah kutanyakan padanya ternyata dia berhalangan Karena ada pekerjaan yang mesti diselesaikan. Langsung lemas semangatku saat mendengarnya. Tapi tak apa masih ada kedua orang tua ku yang ikut mendampingi. Aku sekeluarga sudah dari kemarin datang dan menginap di villa salah satu anak muridku saat PPL di Lembang selama tiga bulan.

Pukul 08.00 hampir seluruh peserta wisuda sudah memenuhi ruangan akupun ikut duduk ditengah-tengah ratusan wisudawan-wisudawati. Setelah acara dimulai hingga pada saat pemberian ijazah saat itulah yang aku rasa paling mengharukan. Bagaimana tidak mengenyam pendidikan disini sanggatlah penuh perjuangan, jasa orang tua yang tanpa pamrih tanpa meminta kembali, jasa orang-orang yang telah membantuku, dan yang terpenting adalah rahmat dari sang pemberi rahmat Allah swt.

Dan akhirnya namaku dipanggil untuk maju ke depan dengan perolehan nilai IPK 3.52 cumlaude

“Bismillah,,,walhamdulillah,,,walaailaahaillallahu wallahu akbar”. Aku bertasbih dalam hati.

Setelah itu kamipun foto bersama-sama. Saya langsung pergi keluar ruangan gymnasium untuk menemui saudara-saudaraku yang sedang menunggu di luar. Akan tetapi, siapakah orang yang pertama kutemui setelah aku keluar dari ruangan wisuda? Ternyata si Aa dengan kemeja berwarna yang sama dengan kebaya yang aku kenakan dengan buket bunga mawar yang terlihat begitu cantik ditangannya. Lalu,,,

“Happy graduation sayang” ucapnya sambil menyerahkan buket bunga di tangannya.

“A Syazwan? Katanya gak bisa dateng? Kok bisa ada disini?” tanyaku sambil sedikit heran.

“Iya, sengaja biar surprise” jawabnya sambil tertawa.

“Semoga ilmu yang telah dipelajari dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak dan semoga Sabrina semakin sayang sama Aa” tambahnya membuatku malu.

“Aamiin, semoga doa Aa terkabul” jawabku.

Dari pertama kenal, A Syazwan memang kerap memberiku surprise yang terkadang tak bisa ku prediksi. Karena suasana ramai aku dan A Syazwan mencari mamah dan baba padahal saat masuk ke gedung gymnasium mamah dan baba juga ikut masuk bersamaku. Tak lama mencari akhirnya ketemu. Langsung ku peluk mamah dan baba ku cium kedua tangannya sambil ku ucapkan terima kasih yang begitu dalam karena sudah berjuang membiayaiku selama kuliah di UPI.

“Ba,mah,,,makasih untuk semua pengorbanan baba dan mamah selama ini, Sabrina ga bisa balas apa-apa hanya bingkisan kecil ini Sabrina hadiahkan untuk baba dan mamah”. sambil menyerahkan ijazah.

Baba dan mamah tidak menjawab apa-apa hanya mengangguk dan sesekali menyeka air matanya. Kulihat raut wajah bahagia dan bangga kedua orangtuaku. Alhamdulillah ya Allah. Setelah berkumpul kamipun berfoto bersama dengan mamah, baba, adik-adikku juga A’ Syazwan.

Sampai di Fakultas Pendidikan Indonesia semua wisudawan-wisudawati jurusan PGSD berkumpul karena ada prosesi adat lengser penyambutan untuk mahasiswa yang diwisuda. Aku dan temanku si mantan ketua BEM PGSD yang berasal dari kota Garut bernama kang Hanafi yang menjadi perwakilan prosesi upacara adat. Hari itu menjadi hari yang membahagiakan dan takkan pernah kulupakan.

Selesai acara di Fakultas aku masih harus mengikuti prosesi adat penyambutan anggota Pandega yang telah diwisuda.

“tiga kali diwisuda”. Gumamku di hati.

Prosesi upacara adat ala anak pramuka memang unik dengan suguhan makanan adat khas sunda seperti bajigur dan kue-kue tradisional yang beraneka ragam, sehingga sulit untukku menolaknya.

Sungguh masa-masa sekolah di Aliyah dan masa-masa kuliah di Upi menjadi masa yang paling berkesan dan akan selalu terkenang dalam hidupku. Selesai semua acara di kampus, sore hari aku sekeluarga pulang ke Bekasi, selama di perjalanan pulang aku membaca sebuah novel yang berjudul “Deorama Sepasang albana”. Buku milik A’ Syazwan yang dulu sempat ingin kupinjam tapi baru hari ini kesampaian.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post