Dian Kartikasari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

BINGUNG TIDAK KEPALANG

Bingung. Satu kata yang sering dihadapi penulis pemula seperti saya. Pengin nulis, tapi tak tahu apa yang mesti ditulis. Sudah mulai nulis, tapi tetep mbulet-mbulet tulisannya. Akhirnya... pegangan kaki meja aja deh, sambil jongkok. Siapa tahu jadi dapat inspirasi... (wkwkwk...). Seperti kondisi pagi hari ini. Saat perjalanan menuju sekolah, pandanganku tertuju pada satu sosok mungil di pinggir jalan. Nampaknya seorang anak usia belia itu cukup menarik perhatianku saat itu. Ketika melintasi jalan desa menuju sekolah. Suasana yang cukup ramai. Kendaraan berlalu lalang. Semua pengendara bisa dipastikan sedang berburu dengan waktu. Melesat mengendalikan mesin kendaraan masing-masing. Maklum lokasi itu dekat dengan pabrik (PT)dan sekolah SD dan MI. Suasana lalu lintas kendaraan cukup ramai di jam-jam tertentu. Pabrik menjadi pusat tumpuan ekonomi masyarakat sekitar. Sekaligus, sebagai salah satu sumber kearifan lokal. Sentra kerajinan rambut palsu. PT menyerap tenaga kerja usia remaja. Pabrik ini menjadi tujuan favorit anak lulusan SMP atau SMA. Anak muda usia tanggung. Masa-masa seneng-senengnya bisa naik motor sendiri. Dalam bahasa sederhana "keranjingan" naik motor. Kecenderungan belum memperhatikan ketertiban berlalu lintas. Ngebut menjadi andalan. Kondisi ini jelas sangat merugikan pengendara lain dan pengguna jalan secara umum. Termasuk bocah belia di pinggir jalan. Bocah ini hendak menyeberang jalan menuju sekolahnya. Bingung mau menyeberang jalan. Itulah yang dirasa si bocah. Beberapa kali dia menolehkan kepala. Mengalihkan pandangan bergantian ke kanan ke kiri. Sepi tak kunjung ditemui. Akhirnya si anak pasrah dalam posisi jongkok dengan pandangan tetap bergantian melihat kendaraan yang melintas di depannya. Demikian gambaran berlalu lintas di sejumlah ruas jalan pedesaan. Tertib lalu lintas sepertinya sangat sulit ditegakkan. Apalagi untuk menghormati pengguna jalan. Terutama menghormati dan mendahulukan pejalan kaki. Etika berkendaraan masih perlu banyak diajarkan kepada kawula muda dan terus dilatih untuk diterapkan oleh kawula senja (menuju senja). Keselamatan. Itulah sebenarnya yang menjadi tujuan utama saat berkendara. Lain ladang lain ilalang. Pemandangan di luar negeri nampaknya masih harus menjadi panutan. Pengendara sangat tertib melintasi jalan. Apakah cctv di persimpangan jalan bakal menjadi solusi ketertiban berlalu lintas? Jika pengguna jalan menghormati dan mendahulukan pejalan kaki, tentunya tak ada bocah malang di pinggiran jalan. Mau nyebrang jalan "BINGUNG TIDAK KARUAN". Purbalingga, 15 September 2017 #save_tertib_lalu_lintas #salam_literasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

terima kasih #salam...

15 Sep
Balas

terima kasih p joko. masih kalah langkah sama pak joko, "kerjaan" saya belum final... hehe...

15 Sep
Balas

Makin mantap tulisannnya bu:). memiliki karakter

15 Sep
Balas

Menarik untuk dibaca dan juga penting dicamkan bahwa masyarakat kita dalam berlalu lintas memang tidak mau tahu kepentingan orang lain Salam Tabrani Yunis www.potretonline.com

15 Sep
Balas



search

New Post