"Ah... betapa bahagianya hari-hariku". Hari ini Mentari Suci sangat ceria, sama dengan hari yang lain. Nampaknya hati Mentari sedang berbunga-bunga. Sama seperti hari-hari sebelumnya. Cerita punya cerita, setiap pagi Mentari mendapatkan sepucuk surat cinta. Tak jemu surat itu dibukanya berulang kali. Lembar demi lembar surat cinta dibuka dengan sangat hati-hati. "Akh... tak kubiarkan lembaran surat cinta ini rusak. Apalagi robek". Demikian gumam Mentari. Kata-kata yang terangkai begitu indah. Maknanya sangat mendalam. Setiap usai kubaca surat ini, hati menjadi semakin tenang dan damai. Tak bisa rasanya sehari saja tak kubaca lembaran ini. Siapa gerangan penulis surat ini? Lain ladang lain ilalang. Tidak seperti hatiku saat ini. Hampa. Tak bermakna. Hari yang kulalui lewat begitu saja. Banyak aktivitas yang kulakukan hanya dengan setengah hati. Orang jawa menyebutnya "aras-arasen". Enggan melakukan aktivitas apapun. Emosipun tak terkendali. Mudah marah. Gampang tersinggung. Sederet sifat negatif telah mengantri di belakangnya. Serba salah dibuatnya. Perlahan tapi pasti kucari penyebabnya. Lambat laun akhirnya kutemukan jawabnya. Terima kasih "Suci". Telah menjadi pengingatku. Terima kasih "Suci", telah kau terangi pintu hatiku. Sekali lagi, terima kasih "Suci". Telah kau buka mata hatiku. Tak kubiarkan "Suci" berdebu di atas lemari. Tak kubiarkan "Suci" tertumpuk di bawah buku-buku yang lain. Kan kujaga "Suci" tetap ditumpukan meja paling atas. Astaghdirullohal'adzim... Ya Allah, telah Engkau kirimkan surat cintaMu melalui kekasihMu. Ampuni hambaMu ya Allah. Hingga saat ini masih saja kuabaikan surat cintaMu. Padahal temanku telah memperkenalkan ODOJ padaku. Jangankan ODOJ. Satu kalimat saja tak pernah terjamah... "akh malu jadinya". Apalagi ODOJ... "One Day One Juz". Sangat berat terasa... Kuingin seperti Mentari. Bahagia karena selalu bisa mendapatkan surat cintaMu... Purbalingga, 19 September 2017 #Terima kasih_Suci #save_surat_cinta_dariNYA #salam_literasi