Allah..terimakasih telah mendengar do’aku...

Itu kata pertama ketika kutahu Engkau akan menjadi “Ibuku” dalam lingkaran itu. Senang, terharu, dan bahagia, rasa positif itu bercampur, demi mendengar khabar bahagia itu..ingin cepat bertemu..tak sabar menunggu hari pertemuan “pertama” kita, dalam lingkaran yang sama...Keinginanku sejak dulu...

Hari-hari selanjutnya adalah hari yang sangat membahagiakan. Kedisipilinanmu, tingginya pengetahuanmu, gigihnya dirimu dalam menghafal Al Qur’an, kelembutanmu, juga ketegasanmu. Semua itu menambah senang di hatiku, ingin rasa-rasanya berlama-lama di dekatmu...pertemuan kita tiap pekan adalah pertemuan yang sangat aku rindu..meski aku malu,...kadang jumlah ayat hafalanku jauh dari ayat yang kau setor pada hari itu..tapi rasa rinduku padamu dan pada pertemuan kita dalam lingkaran itu, membuat aku menepiskan malu itu, untuk kemudian tenggelam dalam kekhusyukan yang syahdu..

Aku tahu, kami tidak bisa memilikimu secara utuh..Engkau adalah jundi dakwah, bagaikan anak panah, yang harus siap dilesatkan kemana saja, tergantung sang qiyadah (pemimpin)...Hari yang sudah bisa diprediksipun tiba...Kami harus kehilangan dirimu...disaat kami sedang berada di puncak rindu..

Tidak ada pilihan bagi kami selain mengikhlaskanmu. Memberikan kesempatan pada yang lain untuk menikmati kasihmu. Demi mendapatimu sebagai seorang Jundi Dakwah yang taat. Bening yang sedari tadi hendak jatuh, kutahan sekuat hati. Semoga kesedihan kami berpisah denganmu sebagai tanda, bahwa ukhuwah ini telah menghiasi hati kita. Semoga juga kami dan dirimu sama sama mendapatkan pengganti yang lebih baik, di lingkaran berikutnya...

Selamat jalan “IBU”...

Do’a dan CINTA kami senantiasa menyertaimu...dalam damai bersama-Nya..

#sinergi