Oleh: Dianna Ummijathie

.

Singkong sebagai bahan dasar makanan tradisional yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Berbagai macam olahan dapat dibuat dari singkong, salah satunya adalah tape. Kabupaten Bondowoso merupakan penghasil tape terbaik dan terkenal di Jawa Timur. Oleh sebab itu Bondowoso dikenal dengan julukan “Kota Tape”.

Tape termasuk kuliner unggulan khas Bondowoso. Sebagian besar masyarakatnya (terutama yang tinggal di pedesaan) menjadikan produksi tape ini sebagai mata pencaharian utama. Seperti di wilayah Kecamatan Wringin dan sekitarnya. Penjual tape terdapat di sepanjang jalan perkotaan, utamanya di jalan Teuku Umar dan jalan RE. Martadinata. Bahkan hampir di semua pasar banyak penjual tape. Produk kuliner ini bisa juga dibeli via online.

Tape Bondowoso memiliki cita rasa yang khas, dan berkualitas bagus. Rasanya legit, tekstur tape tidak becek dan lembut di lidah, kesat, dan lebih tahan lama sehingga disukai banyak orang. Tak jarang wisatawan lokal maupun tamu dari instansi-instansi luar kota yang berkunjung ke Bondowoso memborong tape ini untuk oleh-oleh.

Saat ini, kemasan tape tidak hanya besek, tetapi juga kotak kertas dengan berbagai ukuran agar lebih praktis membawanya. Bedanya, tape di dalam besek bentuknya utuh dan masih terdapat sumbu, sedangkan tape kemasan kotak kertas telah dipotong-potong dan diambil sumbunya.

Keunikan dari tape Bondowoso terletak pada merk produknya. Hampir semua namanya diakhiri dengan angka, misalnya Tape Manis 31, Handayani 82, Tape 77, Agape 96, Barokah 88, dan lain-lain. Angka-angka itu merupakan nomor rumah pemilik usaha tape tersebut.

Bahan utama membuat tape yaitu singkong kuning yang lebih dikenal dengan singkong mentega, atau singkong putih, ragi tape, dan tepung terigu. Cara membuatnya pun mudah, singkong dikupas hingga kulit yang licin tidak tersisa sedikit pun, agar hasil tapenya kesat dan tidak berair. Singkong yang besar dibelah menjadi dua memanjang, sedangkan singkong berukuran kecil dibiarkan utuh. Setelah dicuci bersih, singkong direbus dengan api sedang hingga matang lalu tiriskan. Sambil menunggu singkong dingin, siapkan ragi tape dua buah, haluskan dan campur sedikit tepung terigu.

Langkah berikutnya, olesi singkong dengan ragi tape satu per satu dan masukkan ke besek yang telah diberi daun pisang. Tutup rapat agar tidak terkena angin, diamkan selama dua malam. Setelah tercium bau harum tandanya tape telah matang dan siap dihidangkan.

Masyarakat juga menjadikan tape sebagai bahan dasar membuat berbagai macam olahan seperti prol tape, brownies, cake, tape bakar, suwar-suwir, dodol/jenang, bakpia, kripik, dan tape goreng. Semua itu mudah dijumpai di Bondowoso, sebab banyak ibu rumah tangga yang menjualnya untuk menambah penghasilan keluarga. Salah satunya produk prol tape, brownies, dan cake tape buatan Mama Enee di Kecamatan Tegalampel.

Bahan untuk membuat prol tape yaitu, tape, tepung terigu, telur, gula, margarine, baking powder, susu cair, keju, dan kismis. Cara membuatnya, tape dibuang sumbunya lalu dihaluskan. Cairkan margarin. Aduk telur dan gula menggunakan mixer hingga halus. Masukkan tepung terigu, tape, susu dan margarin cair, aduk hingga mengembang. Tuangkan ke loyang yang telah diolesi sedikit mentega. Siapkan kuning telur dan susu cair, kocok lalu oleskan ke atas adonan hingga merata. Taburi kismis atau keju parut. Masukkan ke oven yang telah panas kira-kira 45 menit dengan api sedang. Setelah berwarna kecoklatan, keluarkan dari oven, tunggu hingga dingin kemudian dipotong-potong, masukkan ke wadah plastik. Prol tape siap dinikmati dan dipasarkan.

Bahan dan cara membuat brownies dan cake tape, hampir sama dengan prol tape. Bedanya, hanya ditambah coklat blok yang dicairkan dan baking powder. Dari berbagai olahan tersebut, yang paling banyak diminati masyarakat adalah tape goreng, selain mudah, murah, juga gurih, apalagi dimakan selagi hangat, nikmatnya selangit.

Lebih lengkap rasa rindu Anda pada Bondowoso, jika telah menikmati tape legit yang memanjakan rasa. Nikmat, sungguh. Ayo ke Bondowoso!

.

Bondowoso, 10 Juli 2022

Profil Penulis

Dianna Ummijathie, S.Pd., lahir di Banyuwangi, 20 April 1969. Guru MI Nurul Hasan Kejawan, Grujugan, Bondowoso. Kegemaran menulis baru ditekuninya sejak bergabung Mediaguru. Menulis dua buku tunggal berjudul Anakku Melatih Kesabaranku (2020), Spektrum Sunyi (Kumpulan Puisi Suara Hati) terbit 2021, dan 50 buku antologi. Delapan kali memenangkan lomba menulis buku antologi MediaGuru. Beberapa artikelnya telah dimuat di Majalah Literasi Indonesia, Majalah Elipsis, dan Majalah MPA Kanwil. Kemenag. Jawa Timur. Ia salah satu pendiri komunitas menulis Griya Literasi Bondowoso (GLB).

Ia bisa dihubungi di [email protected]

WA: 081331961232