Bagi seorang muslim sholat tidak hanya merupakan kewajiban yang cukup hanya sekedar ditunaikan untuk menggugurkan kewajiban semata. Sholat yang merupakan “imad ad-din” adalah indikator utama keimanan seorang muslim, jika sholatnya baik maka baiklah seluruh amal yang lain. Sederhannya kualitas keimanan seseorang dilihat dari sholatnya.

Namun, tentu saja bukan perkara yang mudah bagi kita menjaga kewajiban sholat ini. Banyak hal yang bisa saja menjadi penghalang kita dalam melaksanakan kewajiban ini. Sholat shubuh misalnya, banyak diantara kita yang masih berat melaksanakannya. Boleh jadi kita masih mampu melaksanakannya namun seringkali melewati waktu shubuh, tak heran di masyarakat muncul istilah “shubuhnya kesiangan”.

Shubuh sebagaimana dijelaskan menjadi sholat yang amat berat untuk dilaksanakan. Dua rakaat sebelumnya yang menjadi jaminan pahala lebih baik dari dunia dan seisinya, menjadikan syetan “bekerja keras” membuat manusia lalai terhadapnya. Syetan mencoba mengalihkan jaminan pahala tersebut dengan “meyakinkan” kita bahwa dunialah yang lebih penting dari apapun termasuk sholat, dan ternyata tipudaya tersebut sejauh ini berhasil dilaksakan.

Untuk itu, sebagai seorang muslim maka wajiblah bagi kita untuk terus melawan godaan ini, setidaknya jangan sampai kita termasuk sebagai orang munafik “laisa sholatun atsqalu ‘alal munafiqiina minal fajri wal ‘isyaa’i” (tidak ada sholat yang lebih berat bagi orang-orang munafiq selain sholat shubuh dan isya’) atau minimal tidak mendekatinya.

Adnan Ath-Tharsyah (2007) menawarkan beberapa solusi agar kita mampu menjaga sholat shubuh kita dengan konsisten. Pertama, hendaklah bagi setiap muslim untuk mengatur jam kerja pada siang hari. Aturlah sedemikian rupa agar waktu siang memang benar-benar dimaksimalkan untuk bekerja (maksimal hingga ashar), jangan sampai “keasyikan” bekerja hingga malam, sehingga malam harinya bisa dimaksimalkan untuk waktu istirahat tentunya setelah sholat isya’. Fungsi siang dan malam (waja’alna laila libasa waja’alnan nahara ma’asya) yang Allah jelaskan dalam Al-Qur’an haruslah benar-benar dijaga dan diamalkan.

Kedua, menjaga kualitas tidur dimalam hari. Secara kuantitas manusia butuh beristirahat 8 jam setiap hari, namun kuantitas tersebut tidak menjamin kualitas dari tidur itu sendiri. Rasulullah sendiri mengajarkan tata cara tidur di malam hari, antara lain; berwudhu sebelum tidur, tidur diawal malam namun tidak tidur sebelum sholat isya’ serta tidak begadang setelahnya. Faktanya memang jika kita tidur diawal malam seringkali kita bangun lebih awal.

Ketiga, bangun di sepertiga malam terakhir. Untuk membantu sholat shubuh lebih awal maka sangat dianjurkan untuk bangun di sepertiga akhir malam (antara pukul 02.00 s.d 04.00) dan melaksanakan sholat tahajud. Di awal pembiasaan memang sangat berat namun, jika kita memaksakan diri untuk konsisten dengan hal ini InsaAllah lebih mudah.

Rasulullah mengajarkan apabila kita diberi kesempatan bangun di tengah malam maka segeralah beranjak berwudhu’ dan melaksanakan sholat malam, agar kita terlepas dari tiga ikatan yang diikat oleh syetan saat kita tidur ya’qidus syaiton ‘ala qofiyati ra’si ahadikum idza naama tsalaatsa ‘uqudin (syetan akan membelenggu leher kalian ketika hendak tidur, dengan tiga ikatan) ketiga ikatan tersebut bisa terlepas masing-masing apabila seseorang beranjak bangun, berwudhu’ dan sholat malam.