PERAN BANK CENTRAL PADA PASAR VALUTA ASING
Oleh:
Dika Qulub Prasetya 202210180311096
4B
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN 2024
1. Kebijakan Moneter
Bank Central bertanggung jawab atas kebijakan moneter di tengah pergeseran pasar valuta asing yang tak terduga. Dengan bantuan kebijakan ini, ekonomi bergerak menuju keseimbangan perekonomian dan stabilitas nilai tukar. Suku bunga adalah hal utama pada kebijakan moneter karena sangat memengaruhi permintaan dan penawaran mata uang, yang pada gilirannya memengaruhi nilai tukar. Tujuan kebijakan moneter adalah untuk menjaga stabilitas nilai tukar karena fluktuasi nilai tukar yang besar dapat mengganggu investasi, perdagangan, dan stabilitas ekonomi.
Bank central menggunakan berbagai hal kebijakan moneter dan valas untuk memastikan nilai tukar stabil. Inflasi yang berlebihan dapat merusak daya beli masyarakat dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Mendukung pertumbuhan ekonomi: Kebijakan moneter yang tepat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan kondisi yang stabil dan kondusif bagi investasi dan aktivitas ekonomi lainnya.
1.1 Mekanisme Kebijakan Moneter: Menavigasi Arus Permintaan dan Penawaran
Bank Central dapat menggunakan kebijakan moneter untuk memengaruhi permintaan dan penawaran mata uang di pasar valas. Mekanisme utama yang digunakan adalah melalui pengaturan suku bunga. Kebijakan moneter yang diterapkan Bank Central, seperti perubahan suku bunga, dapat memengaruhi permintaan dan penawaran mata uang melalui beberapa mekanisme, Menurut mekanisme transmisi ini, perkembangan output riil hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah uang beredar dalam jangka pendek. Kemudian, dalam jangka menengah, pertumbuhan jumlah uang beredar akan mendorong kenaikan harga (inflasi), yang pada gilirannya akan menyebabkan penurunan perkembangan output riil menuju posisi semula. Namun, dalam keseimbangan jangka panjang, pertumbuhan jumlah uang beredar akan mendorong kenaikan jumlah uang beredar, bukan penurunan output riil. Dianggap bahwa jalur moneter langsung ini tidak dapat menjelaskan pengaruh faktor-faktor lain selain uang terhadap inflasi, seperti nilai tukar, suku bunga, harga ung , kredit, dan ekspektasi.
Dalam perkembangan selanjutnya, mekanisme transmisi umumnya dapat terjadi melalui lima jalur lainnya selain jalur moneter langsung; ini adalah jalur moneter langsung, yang dikenal sebagai “jalur moneter langsung”; jalur suku bunga, yang dikenal sebagai “jalur suku bunga”; jalur nilai tukar, jalur harga ung , yang dikenal sebagai “jalur harga ung ”; jalur kredit, yang dikenal sebagai “jalur kredit”, dan jalur ekspekt Dalam kenyataannya, ransmisi kebijakan moneter setiap negara berbeda dari Lengan ke Lengan karena perbedaan dalam struktur perekonomian, perkembangan pasar keuangan, dan sistem nilai tukar yang diterapkan.
a. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Suku Bunga
Mekanisme transmisi melalui jalur suku bunga menunjukkan bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi permintaan agregat melalui perubahan suku bunga; dalam hal ini, perubahan suku bunga jangka pendek berdampak pada suku bunga jangka menengah atau panjang karena mekanisme penyeimbangan sisi permintaan dan penawaran di pasar uang. Perubahan suku bunga juga akan mempengaruhi “biaya modal” atau cost of capital, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pengeluaran investasi.
b. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Nilai Tukar
Seperti yang ditunjukkan oleh mekanisme transmisi melalui jalur nilai tukar, pergerakan nilai tukar dapat mempengaruhi pertumbuhan penawaran dan permintaan secara keseluruhan, yang pada gilirannya mempengaruhi harga dan output. Pengaruh pergerakan nilai tukar sangat bergantung pada sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu negara. Misalnya, jika Bank Central menerapkan kebijakan moneter yang lebih ekspansif dalam sistem nilai tukar mengambang, hal itu akan mengakibatkan depresiasi mata uang negara dan peningkatan harga barang impor.
Walaupun permintaan agregat tidak meningkat, hal ini akan menyebabkan harga barang ung ain naik. Sementara itu, dalam sistem nilai tukar mengambang terkendali, pengaruh kebijakan moneter terhadap pertumbuhan output riil dan inflasi menjadi semakin lemah. Ini terutama terjadi ketika ung ung ain dan internasional tidak diimbangi dengan baik.
c. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Harga Aset
Mekanisme transmisi melalui jalur harga ung menekankan bahwa kebijakan moneter memengaruhi harga ung dan kekayaan masyarakat, yang berdampak pada investasi dan konsumsi. Kebijakan moneter kontraktif Bank Central akan meningkatkan suku bunga, menekan harga ung perusahaan. Jika harga ung turun, ada dua konsekuensi. Pertama, itu dapat mengurangi kemampuan bisnis untuk berkembang. Kedua, itu dapat mengurangi pendapatan dan nilai kekayaan perusahaan, yang pada gilirannya mengurangi pengeluaran konsumsi. Secara keseluruhan, keduanya mengurangi pengeluaran total.
d. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Harga Kredit
Mekanisme transmisi melalui jalur kredit dapat dibagi menjadi dua jalur. Yang pertama adalah jalur pinjaman bank atau “jalur pinjaman bank”, yang menekankan dampak kebijakan moneter pada kondisi keuangan bank, terutama sisi ung . Yang kedua adalah jalur neraca perusahaan atau “jalur neraca perusahaan”, yang menekankan dampak kebijakan moneter pada kondisi keuangan.
Menurut jalur pinjaman bank, tidak hanya sisi ung , tetapi juga sisi liabilitas bank merupakan bagian penting dari proses transmisi kebijakan moneter. Apabila Bank Central menerapkan kebijakan moneter kontraktif, seperti meningkatkan rasio uang minimum Bank Central, uang yang ada di bank akan mengalami penurunan, yang berarti jumlah dana yang dapat dipinjamkan, atau “dana yang dapat dipinjamkan,” akan berkurang. Apabila masalah ini tidak ditangani dengan menambah dana atau mengurangi surat berharga, kemampuan bank untuk memberikan pinjaman akan menurun. Kondisi seperti ini mengurangi investasi, yang mengakibatkan penurunan output.
Sementara itu, jalur neraca bisnis menunjukkan bahwa kondisi keuangan bisnis akan dipengaruhi oleh kebijakan moneter Bank Central. Dalam situasi ini, suku bunga pasar uang akan turun, mendorong harga saham naik, jika Bank Central menerapkan kebijakan moneter ekspansif. Peningkatan nilai bersih perusahaan, atau networth, akan meningkat, yang akan mengurangi pilihan yang tidak adil dan risiko moral perusahaan. Kondisi ini meningkatkan pemberian kredit bank, investasi, dan output.
e. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Ekspetasi
Menurut mekanisme transmisi melalui jalur ekspektasi, kebijakan moneter dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi pembentukan ekspektasi inflasi dan kegiatan ekonomi. Perilaku agen ekonomi dalam membuat keputusan investasi dan konsumsi dipengaruhi oleh kondisi ini, yang pada gilirannya akan menyebabkan perubahan dalam permintaan agregat dan inflasi.
1.2 Contoh Kasus: Dampak Kebijakan Moneter
Tahun
Kasus
Dampak
Tahun 2022
Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate (BI7DR) secara bertahap dari 3% di awal tahun menjadi 5,5% di akhir tahun. Kenaikan suku ung aini bertujuan untuk menekan inflasi yang melonjak di atas 5%.
· Kenaikan suku ung aini berhasil menurunkan inflasi secara bertahap. Pada akhir tahun 2022, inflasi CPI nasional mencapai 5,35%.
· Kenaikan suku bunga juga berdampak pada nilai tukar rupiah. Rupiah mengalami penguatan terhadap dollar AS di akhir tahun 2022.
Tahun 2022
The Fed menaikkan suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) secara agresif dari 0,25% di awal tahun menjadi 4,25% di akhir tahun. Kenaikan suku ung aini bertujuan untuk memerangi inflasi yang mencapai level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
· Kenaikan suku ung aini berhasil menurunkan inflasi secara bertahap. Pada akhir tahun 2022, inflasi CPI AS mencapai 6,5%.
· Kenaikan suku bunga The Fed juga berdampak pada nilai tukar dollar AS. Dollar AS mengalami penguatan terhadap mata uang utama lainnya di akhir tahun 2022.
2. Intervensi Valas
Bank Central memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas, menyediakan likuiditas, mendorong kerjasama internasional, mendidik, mengembangkan, dan menjaga kemandirian dan akuntabilitas di tengah gejolak pasar valuta asing yang tidak menentu. Bank Central berfungsi sebagai penjaga stabilitas dengan menjaga nilai tukar melalui berbagai instrumen kebijakan moneter dan valas, memastikan kelancaran perdagangan dan investasi, dan menjaga stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
Selain itu, sebagai penyedia likuiditas, Bank Central memastikan bahwa ada likuiditas yang cukup di pasar valas untuk memastikan bahwa transaksi berjalan lancar, mencegah kemacetan perdagangan, dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Bank Central dari berbagai negara harus bekerja sama untuk mengatasi masalah dan mencapai tujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar global dan mendorong pertumbuhan ekonomi global.
Bank Central berfungsi sebagai pendidik dengan meningkatkan edukasi dan komunikasi untuk meningkatkan pemahaman publik tentang kebijakan moneter, valas, dan peran Bank Central, meningkatkan kepercayaan pasar, dan meningkatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan.
Selain itu, sebagai inovator, Bank Central beradaptasi dengan tren ekonomi dan teknologi global untuk tetap relevan dan efektif dalam menjalankan tugasnya, dan memastikan kebijakannya efektif, transparan, dan bertanggung jawab. Bank Central dapat berfungsi sebagai kompas yang dapat diandalkan untuk mengarahkan perekonomian menuju masa depan yang aman, sejahtera, dan adil bagi semua dengan menjalankan fungsinya dengan benar.
2.1 Mekanisme Intervensi Valas: Menstabilkan Nilai Tukar
Intervensi valas dilakukan oleh Bank Central dengan membeli atau menjual mata uang di pasar valas, sehingga memengaruhi permintaan dan penawaran mata uang dan membantu menstabilkan nilai tukarnya.
a. Intervensi Beli
Bank Central membeli mata uang domestik dan menjual mata uang asing. Hal ini meningkatkan permintaan terhadap mata uang domestik dan menekan nilainya terhadap mata uang asing. Intervensi beli adalah salah satu strategi yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) dalam rangka menstabilkan nilai tukar Rupiah. Dalam strategi ini, BI membeli mata uang asing (Valas), seperti Dollar AS, di pasar valuta asing (Valas).
b. Intervensi Jual
Bank Central menjual mata uang domestik dan membeli mata uang asing. Hal ini meningkatkan penawaran mata uang domestik dan menguatkan nilainya terhadap mata uang asing.
2.2 Tujuan Intervensi Valas:
Menjaga Stabilitas Nilai Tukar: Intervensi valas dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dalam kisaran yang wajar. Nilai tukar yang stabil dapat mendorong perdagangan internasional, investasi, dan pertumbuhan ekonomi. Mencegah Spekulasi: Intervensi valas dapat membantu mencegah spekulasi berlebihan di pasar valas yang dapat menyebabkan volatilitas nilai tukar yang ekstrem. Mendukung Kebijakan Moneter: Intervensi valas dapat digunakan untuk mendukung kebijakan moneter Bank Central, seperti kebijakan suku bunga.
3. Penjaga Stabilitas Finansial
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan kebijakan moneter dan makro umumnya adalah untuk mencapai stabilitas ekonomi makro, yang mencakup stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, dan ketersediaan lapangan kerja dan kesempatan kerja. Sangat sulit untuk mencapai semua sasaran tersebut secara bersamaan karena pencapaian sasaran akhir tersebut seringkali bertentangan satu sama lain. Misalnya, upaya untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesempatan kerja umumnya dapat menyebabkan peningkatan harga, yang menghambat pencapaian stabiltas ekonomi makro.
Bank Central menghadapi dua pilihan ketika mereka menyadari kontradiksi dalam pencapaian sasaran mereka. Salah satunya adalah memilih salah satu sasaran untuk dicapai secara optimal dengan mengabaikan sasaran lainnya; misalnya, memilih tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan mengabaikan tingkat inflasi. Pilihan kedua adalah semua sasaran diusahakan untuk dicapai, tetapi tidak satu pun yang dicapai secara optimal; misalnya, menginginkan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah daripada tingkat inflasi. Melihat kelemahan ini, beberapa negara telah beralih ke menerapkan kebijakan moneter yang lebih berfokus pada stabilitas harga.
Tujuan kebijakan moneter dapat dicapai dengan berbagai cara. Masing-masing strategi memiliki fitur yang terkait dengan indikator nominal yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir sebagai "dasar acuan/jangkar nominal" atau sebagai jenis "sasaran antara". Beberapa strategi untuk menerapkan kebijakan moneter termasuk: (i) exchange rate targeting 'penargetan nilai tukar', (ii) monetary targeting 'penargetan besaran moneter', (iii) inflation targeting 'penargetan inflasi', (iv) implicit but not explicit anchor 'strategi kebijakan moneter tanpa jangkar yang tegas”.
4. Penyediaan Likuiditas
Salah satu fungsi bank central dalam menjaga stabilitas pasar valuta asing, yang sangat penting bagi pertumbuhan dan pengembangan ekonomi suatu negara, adalah menyediakan likuiditas. Dengan mengutip harga penawaran dan permintaan serta menyerap volume perdagangan, penyedia likuiditas berkontribusi secara signifikan terhadap stabilitas pasar dan memainkan peran penting dalam menjaga sistem keuangan yang teratur dan kuat. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan likuiditas pasar, yang memungkinkan penemuan harga yang efisien dan memungkinkan para pedagang dan investor untuk melakukan transaksi dengan dampak harga yang minimal.
Likuiditas mengacu pada kemudahan dan kecepatan aset untuk dikonversi menjadi uang tunai. Dalam konteks ekonomi, likuiditas diartikan sebagai kemampuan suatu lembaga keuangan, seperti bank, untuk memenuhi kewajibannya kepada nasabah, terutama dalam hal penarikan dana. Dalam situasi tertentu, Bank Central dapat menyediakan likuiditas kepada bank dan institusi keuangan melalui pasar valuta asing, untuk menjaga stabilitas pasar dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Penyediaan Likuiditas oleh Bank Central Bank Central dapat menyediakan likuiditas melalui beberapa instrumen, antara lain:
2. Transaksi Forward
Salah satu instrumen keuangan yang memungkinkan Bank Central untuk mengelola risiko kurs dan menyediakan likuiditas kepada peserta pasar adalah transaksi forward, yang memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas pasar valuta asing. Transaksi forward adalah suatu kontrak di mana Bank Central membeli atau menjual mata uang asing pada tanggal tertentu di masa depan dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian, bank komersial dapat mengurangi risiko yang terkait dengan fluktuasi nilai tukar. Berikut adalah pihak-pihak yang merupakan peserta pasar untuk transaksi forward:
Sumber:https://www.idnfinancials.com/id/reports/fs/M3V0NVJxMFZxSHlzRGlnOHU2MlFpSnphSU51V2lGUjM
Berikut adalah gambar grafik yang menjelaskan tentang perbandingan volume dan harga saham di Bank Central:
Sumber:https://www.bca.co.id/-/media/Feature/Report/File/S8/ACGS/Laporan-ACGS/Indeks-Laporan-Tahunan/20210330-ikhtisar-data-keuangan.pdf
Grafik ini menunjukkan bahwa kinerja saham BCA menunjukkan tren naik selama periode 2016-2020. Tren ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi ekonomi, kinerja keuangan BCA, dan peristiwa korporasi. Kinerja saham BCA dari tahun 2016-2020 digambarkan dalam grafik ini. Bagian biru menunjukkan volume perdagangan saham BCA selama periode tersebut, dan garis biru menunjukkan harga rata-rata saham BCA selama periode tersebut.
a. Harga saham BCA menunjukkan tren naik selama periode tersebut. Harga saham tertinggi dicapai pada Desember 2020 dengan nilai Rp35.000 per lembar saham.
b. Volume perdagangan saham BCA juga menunjukkan tren naik selama periode tersebut. Volume perdagangan tertinggi dicapai pada September 2020 dengan nilai 280.000 lembar saham.
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Saham BCA:
a. Kondisi ekonomi: Kondisi ekonomi makro dapat memengaruhi kinerja saham BCA. Ketika ekonomi sedang tumbuh, saham BCA cenderung naik. Ketika ekonomi sedang lesu, saham BCA cenderung turun.
b. Kinerja keuangan BCA: Kinerja keuangan BCA juga dapat memengaruhi kinerja sahamnya. Ketika BCA mencatatkan laba yang tinggi, sahamnya cenderung naik. Ketika BCA mencatatkan laba yang rendah, sahamnya cenderung turun.
c. Peristiwa korporasi: Peristiwa korporasi seperti merger, akuisisi, dan dividen juga dapat memengaruhi kinerja saham BCA.
3. Repo (Repurchase Agreement)
Repo adalah suatu kontrak di mana Bank Central menjual surat berharga kepada bank komersial dengan kesepakatan untuk membeli kembali surat berharga tersebut pada tanggal tertentu di masa depan. Dengan demikian, bank komersial dapat memperoleh akses ke likuiditas yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan kliennya. Karena instrumen repo memiliki fitur kolateral untuk memenuhi kebutuhan dana jangka pendek, pengembangan repo merupakan dasar untuk pertumbuhan pasar keuangan nasional.
Dengan demikian, Bank Indonesia berharap perbankan lebih banyak membantu pertumbuhan pasar repo di Indonesia dengan melakukan pergeseran dari transaksi yang tidak dijamin (PUAB dan PUAS) ke transaksi repo dan memperluas cakupan pelaku transaksi repo hingga mencakup pelaku non-perbankan. Bank Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan untuk mendorong transaksi repo konvensional dan syariah dengan kolateral surat utang korporasi dan negara. Ini dicapai melalui pengembangan pasar keuangan yang lebih baik, standarisasi transaksi repo, dan insentif untuk suku bunga repo yang kompetitif.
5. Pengawasan dan regulasi
Bank Central juga bertanggung jawab mengawasi kegiatan pasar valuta asing di negara mereka, memastikan bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan peraturan yang ada dan tidak membahayakan stabilitas finansial. Sebagai otoritas moneter negara, Bank Central memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan, termasuk pasar valuta asing. Selain merumuskan dan menerapkan kebijakan moneter, Bank Central juga memiliki wewenang untuk mengawasi dan meregulasi kegiatan di pasar valuta asing untuk memastikan bahwa pasar itu teratur dan lancar, dan untuk melindungi stabilitas nilai tukar mata uang domestik. Peran Bank Central dalam mengawasi dan meregulasi pasar valas sangatlah penting untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan melindungi kepentingan masyarakat. Dengan menerapkan regulasi yang efektif dan melakukan pengawasan yang ketat, Bank Central dapat menciptakan pasar valas yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam hal pengawasan, Bank central memiliki peran melacak aktivitas pasar sebagaimana Bank Central mengawasi perdagangan valas secara real-time untuk menemukan kemungkinan pelanggaran regulasi, manipulasi pasar, atau aktivitas mencurigakan lainnya, yang kedua adalah pengaturan yang mengatur pasar valas dibuat oleh Bank Central. Ini termasuk peraturan tentang margin trading, pelaporan transaksi, dan batasan posisi perdagangan, dan yang terakhir adalah pemeriksaan dan sanksi yang dimana Bank Central memeriksa pelaku pasar valas secara berkala untuk memastikan mereka mematuhi regulasi. Jika seseorang melanggar undang-undang, mereka dapat menghadapi konsekuensi yang tegas, seperti denda, pencabutan izin, atau bahkan tuntutan hukum.
Selain dari pengawasan, Bank Central juga memiliki peran lainnya yaitu regulasi, dalam regulasi terdapat macam-macam hal yang dibutuhkan dalam pengawasan Bank Central, seperti:
a. Manajemen Risiko: Untuk mengurangi risiko sistemik di pasar valas, Bank Central menerapkan peraturan seperti pembatasan leverage, aturan margin trading, dan persyaratan cadangan devisa.
b. Memperkuat Infrastruktur Pasar: Bank Central mendukung pembangunan infrastruktur pasar valas yang kokoh dan efektif, termasuk sistem kliring dan penyelesaian, platform perdagangan elektronik, dan penyediaan data pasar yang akurat dan transparan.
c. Meningkatkan Pengetahuan Keuangan: Bank Central memberikan pendidikan dan sosialisasi kepada pelaku pasar valas untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang regulasi dan risiko yang ada di pasar valas.
Dampak dari pengawasan dan regulasi tersebut akan membantu menciptakan pasar valas yang lebih teratur, transparan, dan akuntabel, Regulasi yang kuat melindungi investor dari praktik curang dan manipulasi pasar, meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar valas. Stabilitas pasar valas berkontribusi pada stabilitas nilai tukar mata uang domestik, yang penting untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
6. Pengaruh Terhadap Nilai Tukar
Pada peran Bank Central pada pasar valuta asing, karena perubahan nilai tukar dapat mempengaruhi kebijakan moneter Bank Central, keputusan ekonomi, dan stabilitas finansial. Bank Central harus memantau perubahan nilai tukar dan mengambil kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas finansial karena kenaikan nilai tukar dapat meningkatkan kemampuan suatu negara untuk membayar hutang luar negeri, sedangkan penurunan nilai tukar dapat meningkatkan biaya impor dan mengurangi kemampuan suatu negara untuk membayar hutang luar negeri.
Selain itu, perubahan nilai tukar dapat mempengaruhi kebijakan moneter Bank Central; untuk menjaga stabilitas ekonomi, Bank Central harus memastikan bahwa kebijakan moneter dan nilai tukar tetap seimbang. Kenaikan nilai tukar dapat meningkatkan suku bunga, sedangkan penurunan nilai tukar dapat meningkatkan volume transaksional. Untuk menjaga stabilitas ekonomi, Bank Central harus mempertahankan keseimbangan antara kegiatan ekonomi dan nilai tukar karena perubahan nilai tukar dapat memengaruhi ekspor.
7. Kerjasama Internasional
Kerjasama internasional adalah salah satu aspek penting dalam peran Bank Central pada pasar valuta asing. Dalam era globalisasi, kegiatan ekonomi dan keuangan telah menjadi semakin terintegrasi, sehingga kerjasama internasional adalah sangat penting untuk memastikan stabilitas finansial dan mengatur kegiatan pasar valuta asing. Kerjasama internasional akan memiliki dampak penting pada masing-masing negara, terutama pada saat suatu negara menghadapi krisis finansial, Bank Central dapat menghadapi krisis finansial yang berdampak global dengan bekerja sama internasional. Dalam kasus krisis keuangan tahun 2008, kerjasama internasional antara Bank Central dan otoritas keuangan telah membantu memitigasi efek krisis tersebut.
Selain itu, juga sebagai pengatur pasar valuta asing, yang dimana Kerjasama internasional memungkinkan Bank Central untuk mengatur pasar valuta asing dan memastikan bahwa kegiatan pasar valuta asing sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dan ada juga yang lainnya sebagai pengembangan sistem keuangan, dalam kerjasama internasional Bank Central dapat membangun sistem keuangan yang lebih kuat dan stabil. Ini terjadi karena Bank Central dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang proses pembentukan sistem keuangan.
Dari kerjasama internasional tersebut adanys pihak-pihak yang turut didalamnya. Berikut ini adalah beberapa contoh kerjasama internasional antara Bank Central dan otoritas keuangan:
1. Basel Committee on Banking Supervision adalah badan internasional yang terdiri dari Bank Central dan otoritas keuangan dari berbagai negara. Tujuan organisasi ini adalah untuk menghasilkan peraturan keuangan yang efektif dan konsisten.
2. Financial Stability Board (FSB) adalah badan internasional yang terdiri dari Bank Central dan otoritas keuangan dari berbagai negara. Organisasi ini dibentuk untuk menemukan dan mengurangi risiko keuangan yang dapat mengancam stabilitas finansial dunia.
3. Bank for International Settlements (BIS) adalah Bank Central internasional yang terdiri dari Bank Central dari berbagai negara. Tujuan BIS adalah untuk mendorong kolaborasi internasional dalam pengaturan kegiatan keuangan dan valuta asing.
8. Transparansi dan Komunikasi
Untuk menjalankan perannya secara efektif di tengah dinamika pasar valuta asing yang kompleks dan penuh risiko, transparansi dan komunikasi yang terarah menjadi pilar penting bagi Bank Central. Ini memungkinkan Bank Central untuk membangun kepercayaan dan bekerja sama dengan berbagai pihak, menavigasi situasi pasar yang bergejolak, dan menjaga stabilitas nilai tukar mata uang domestik.
Bank Central dapat menjalankan perannya dengan baik di era yang dinamis ini dengan menerapkan prinsip transparansi dan komunikasi yang efektif. Dengan melakukan ini, mereka dapat meningkatkan kepercayaan, mengurangi ketidakpastian, meningkatkan efisiensi pasar, dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Namun, meskipun ada banyak tantangan, Bank Central harus terus beradaptasi dan berinovasi dalam strategi komunikasi dan engagement.
Dalam transparansi memerlukan publikasi data dan informasi, Bank Central mengkomunikasikan kebijakan moneter dan regulasi valas secara terbuka dan jelas, termasuk tujuan, konsekuensi, dan rencana implementasi. Penerbitan data dan informasi penting tentang pasar valas, seperti cadangan devisa, intervensi pasar, dan proyeksi ekonomi, memberikan kejelasan bagi pelaku pasar untuk memahami kondisi pasar dan merumuskan strategi investasi.
Dalam hal komunikasi, terdapat beberapa aspek yaitu:
a. Komunikasi Publik: Bank Central berkomunikasi aktif dengan masyarakat umum, akademisi, dan media untuk menjelaskan peran, kebijakan, dan perspektifnya terhadap pasar valas. Komunikasi yang efektif membantu pemahaman publik dan kepercayaan publik terhadap Bank Central.
b. Dialog dengan Pelaku Pasar: Bank Central secara proaktif berbicara dengan pelaku pasar seperti perbankan, lembaga keuangan, dan investor untuk memahami ekspektasi, kekhawatiran, dan kondisi terkini di pasar. Diskusi ini membantu Bank Central membuat kebijakan yang tepat sasaran dan responsif terhadap dinamika pasar.
c. Koordinasi Antar Lembaga: Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan dan memitigasi risiko sistemik di pasar valas, Bank Central bekerja sama dengan lembaga terkait seperti pemerintah, otoritas fiskal, dan Bank Central negara lain.
Dari aspek-aspek tersebut, sangat dimungkinkan mendapatkan permasalahan/tantangan tersendiri seperti:
a. Kompleksitas Pasar Valas: Berbagai faktor yang saling terkait di pasar valas global dan domestik membuat sulit untuk berkomunikasi dengan baik.
b. Kecepatan Informasi: Untuk menghindari kesalahpahaman dan misinterpretasi, Bank Central harus memastikan bahwa informasi yang mereka kirim akurat, terverifikasi, dan konsisten karena informasi dapat tersebar dengan cepat di era digital saat ini.
c. Kapasitas Terbatas: Upaya untuk berkomunikasi dengan semua pihak dapat terhambat oleh jumlah sumber daya dan kapasitas Bank Central yang terbatas.
Namun, dari tantangan itu, Bank Central juga akan mendapatkan manfaat baik untuk kedepannya, yang dimana Transparansi dan komunikasi yang efektif membangun kepercayaan para pelaku pasar dan masyarakat terhadap Bank Central, mendorong partisipasi aktif di pasar, dan meningkatkan efektivitas kebijakan moneter, Informasi yang jelas dan transparan membantu pelaku pasar dalam mengantisipasi perubahan dan merumuskan strategi investasi yang tepat, sehingga mengurangi ketidakpastian dan volatilitas di pasar valas, Akses informasi yang mudah dan komunikasi yang terbuka memungkinkan pelaku pasar untuk melakukan analisis dan pengambilan keputusan yang lebih rasional, sehingga meningkatkan efisiensi pasar valas, dan Transparansi dan komunikasi yang efektif membantu Bank Central dalam mengidentifikasi dan memitigasi risiko sistemik di pasar valas, sehingga menjaga stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan.
9. Simpulan
Bank Central bergantung pada kebijakan moneter dan intervensi valas untuk mengendalikan ekonomi di tengah gelombang valuta asing yang tidak stabil. Dengan instrumen utama suku bunga, kebijakan moneter berfungsi untuk menjaga stabilitas nilai tukar, mencegah inflasi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, intervensi valas, baik secara langsung maupun tidak langsung, dilakukan untuk mengurangi spekulasi yang tidak perlu, menstabilkan pasar valas, dan mendukung kebijakan moneter.Banyak variabel, termasuk struktur pasar keuangan, kredibilitas Bank Central, dan situasi ekonomi global, memengaruhi efektivitas kedua instrumen ini. Biaya intervensi, efek samping, dan kemungkinan Bank Central kehilangan autonomi juga harus dipertimbangkan.
Oleh karena itu, kebijakan moneter dan intervensi valas harus digabungkan secara efektif, transparan, dan bertanggung jawab dalam strategi Bank Central yang komprehensif. Untuk mengatasi masalah bersama, mencapai stabilitas nilai tukar global, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, kolaborasi internasional sangat penting. Bank Central memiliki kemampuan untuk meningkatkan stabilitas, kesejahteraan, dan inklusi perekonomian dengan kepemimpinan dan pendekatan yang tepat.
10. Daftar Pustaka
Alimsyah, h. d. (2000). Framework for Implemeting Inflation Targeting in Indonesia, on BI-IMF Conference on Monetary Policy and Inflation Targeting in Emerging Economies. Bank Indonesia.
Ascary. (desember 2002). Instrumen-Instrumen Pengendalian Moneter.
solikin, P. w. (desember 2003). kebijakan bank indonesia.
Warjiyo, P. (1998). Mencari Paradigma Baru Manajemen Moneter dalam Sistem Nilai Tukar Fleksibel: Suatu Pemikiran untuk Penerapannya di Indonesia. In Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan (p. Vol. 1). Bank Indonesia.
Warjiyo, P. a. (2001). Transmision Mechanisms of Monetary Policy in Indonesia. Directorate of Economic Research and Monetary Policy, Bank Indonesia.
Warjiyo, P. d. (1998). Penggunaan Suku Bunga sebagai Sasaran Operasional Kebijakan Moneter di Indonesia. In Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan (pp. Vol. 1, No. 1). Bank Indonesia.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar