DIMAS WIHANDOKO

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengajak berliterasi Sang

Mengajak berliterasi Sang "Oemar Bakrie"

Literasi, kata yang sedang familiar ditelinga kita, khususnya di institusi sekolah atau dibidang pendidikan, namun, tidak semua pelaku institusi sekolah paham benar apa yang dimaksudkan literasi ini. sangat penting mengenal dan memahami makna literasi secara holistik mengingat, beberapa waktu terakhir literasi ini merupakan satu program pemerintah melalui kementrian pendidikan dan kebudayaan yang merupakan upaya menumbuhkan budi pekerti siswa, dengan meluncurkan sebuah gerakan yang disebut Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan yang bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembalajaran sepanjang hayat, yang melibatkan tiga pilar utama pendidikan yakni, guru, orang tua dan masyarakat. Maka dalam misi meraih visi tersebut pelaku utama pendidikan yaitu guru, harus dapat menjadi fasilitator utama gerakan literasi, menjadi pioneer garda terdepan terciptanya sekolah berliterasi. Dalam artikel ini akan sedikit dibahas mengenai apa dan bagaimana literasi tersebut.agar para guru dapat menjadi pembimbing gerakan literasi sekolah yang optimal, serta melejitkan kemampuan siswa dan dapat membentuk kebiasaan siswa untuk berliterasi, namun sebelum segala sesuatu tentang literasi tersebut diimplikasikan pada siswa, wajib hukumnya diawali dengan membentuk guru yang berliterasi.

Menurut kamus online Merriam-Webster, Literasi berasal dari istilah latin 'literature' dan bahasa inggris 'letter'. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya "kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar)." National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai "kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat." Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu. Menurut UNESCO, pemahaman orang tentang makna literasi sangat dipengaruhi oleh penelitian akademik, institusi, konteks nasional, nilai-nilai budaya, dan juga pengalaman. Pemahaman yang paling umum dari literasi adalah seperangkat keterampilan nyata - khususnya keterampilan kognitif membaca dan menulis - yang terlepas dari konteks di mana keterampilan itu diperoleh dan dari siapa memperolehnya. UNESCO menjelaskan bahwa kemampuan literasi merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat. Kemampuan literasi dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, masyarakat. Karena sifatnya yang "multiple Effect" atau dapat memberikan efek untuk ranah yang sangat luas, kemampuan literasi membantu memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian anak, pertumbuhan penduduk, dan menjamin pembangunan berkelanjutan, dan terwujudnya perdamaian. Buta huruf, bagaimanapun, adalah hambatan untuk kualitas hidup yang lebih baik.( http://www.wikipendidikan.com)

Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat diambil satu kesimpulan pokok bahwasanya kegiatan membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang tidak bisa dipisahkan, keduanya memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain, membaca adalah sebuah proses mengetahui sesuatu dan merasakan bahwa diri guru memang perlu sesuatu. Ketika membaca sebuah buku , maka secara otomatis tingkat pengetahuan dan informasi guru akan bertambah. Pengetahuan inilah yang akan memberikan kualitas pada setiap ucapan dan pola pikir guru. Membaca bukan hanya meningkatkan pengetahuan namun juga mewujudkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap Membaca memang tidak harus selalu dari buku. Dengan teknologi informasi dan komunikasi yang selalu berkembang didalamnya telah disajikan bahan bacaan elektronik yang bisa diakses di manapun. Artinya, tidak ada alasan lain bagi para guru untuk tidak membaca. Guru yang membaca tentu akan berdampak positif bagi siswa, Perpustakaan sekolah merupakan laboratium baca yang dapat guru gunakan secara maksimal, waktu jeda atau istirahat bila tidak ada kegiatan lain guru dapat melangkahkan kakinya menuju perpustakaan sekolah untuk membaca buku. Bagaimana akan membentuk kebiasaan siswa membaca bila sang guru tidak gemar membaca, saat guru membaca di perpustakaan secara otomatis akan diimitasi oleh para siswa sehingga dari kegiatan sederhana ini akan menumbuhkan kecintaan anak pada perpustakaan.

Berikutnya adalah guru harus gemar menulis, terlihat sulit memang , namun, disadari atau tidak ketrampilan menulis ini telah dimiliki oleh setiap orang, utamanya seorang guru, bahkan dapat dikatakan kemampuan menulis merupakan kemampuan bawaan bagi sebagian besar guru, misalnya saja dalam kegiatan rapat atau seminar. Lokakarya atau kegiatan KKG dan masih banyak lagi, sering kali kita membuat catatan catatan kecil pada selembar kertas tentang apa yang disampaikan narasumber segala sesuatu hal yang dianggap penting. Maka, berdasar hal tersebut tentulah tidak sulit bagi seorang guru, apalagi bagi guru penyandang gelar professional, terlebih saat ini sedang menjadi program unggulan pemerintah pusat melalui kementrian pendidikan dan kebudayaan adalah diantaranya membumikan budaya literasi, baik dikalangan peserta didik maupun pendidik itu sendiri, berbagai pelatihan dan kegiatan yang berorientasi menumbuhkan minat membaca dan mengembangkan ketrampilan menulis digelar , salah satunya sagusabu..( satu guru satu buku ), program yang mendorong para guru ditanah air untuk menciptakan, membuat karya sebuah buku yang sesuai dengan bidang keilmuannya dan dapat dimanfaatkan dalam pengembangan serta penunjang kegiatan pembelajaran. seorang guru hendaknya mulai membentuk kebiasaan sederhana yang dapat menjadikan kompetensi guru menjadi luar biasa. First we make a habbit and habbit make us. Kita bentuk kebiasaan dan maka kebiasaan akan membentuk kita. Kebiasaan tersebut adalah membaca dan menulis. Nampaknya , relevan dengan kondisi saat ini, dimana guru dituntut lebih professional bukan hanya dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya namun juga menghasilkan karya, bagi guru yang telah membentuk kebiasaan tersebut tentunya tidaklah sulit karena kebiasaan tersebut telah bermetamorfosis menjadi kebisaan. Lantas, bagaimana dengan guru yang enggan membentuk kebiasaan, tentunya harus siap dengan segala konsekuensi, jaman terus berkembang siapa malas bakal tergilas. Dan pepatah dimana ada kemauan di situ ada jalan, kemampuan dan kemauan ini vital, sebagai pondasi inti seorang guru dalam membentuk sebuah kebiasaan.

Pertanyaan besar bagi sebagian guru adalah, bagaimana saya memulai menulis, darimana saya memulai dan apa yang harus saya tulis, sesuatu hal yang wajar bila terbesit dalam benak para guru hal tersebut. Jawaban sederhana dari pertanyaan tersebut adalah keterkaitan dengan kegiatan membaca, yang pertama : ketrampilan meringkas sebuah buku, yakni setelah membaca, guru membuat ringkasan atau ide pokok yang ada dalam buku yang telah dibacanya. Kemudian menuliskannya kembali dalam gaya bahasa dan tulisan yang berbeda. Kedua: repostitioning¸seperti layaknya membuat karya ilmiah,, guru membaca dua buku yang berbeda tentunya dalam satu bidang ilmu yang sama, lantas guru menelaah kedua buku tersebut, dan kemudian dengan berdasar isi kedua buku guru membuat konsep dan menuliskan satu pokok pikiran yang berbeda yang tidak terdapat dalam kedua buku tersebut jadi tulisan tersebut memilki nilai perbedaan dengan kedua buku namun dalam fokus bidang keilmuan yang sama. Ketiga : guru hendaknya peka, sensitif terhadap segala perubahan atau isu sosial yang ada, di jaman era digital ini tidak sulit mendapatkan infomasi, akan tetapi harus tetap waspada terhadap informasi yang sifatnya predator dan berita bohong atau hoax . setelah mendapatkan informasi tersebut guru dapat menanggapinya, dengan bahasa yang santun dan ilmiah tentunya, tulis apa yang menjadi ide atau apa saja yang terbesit dalam pikiran. Keempat : ini yang merupakan langkah fundamental bagi seorang guru dalam misi meningkatkan ketrampilan menulis, yakni dengan mengikuti kegiatan kepenulisan, dengan bergabung pada kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan percaya diri dan ketrampilan menulis guru dalam berbahasa yang lugas dan mudah bagi pembaca. Tiada kata sulit jika diawali dengan niat, dimana ada kemauan disitu ada jalan. Selamat berkarya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post