Dina Hanif Mufidah

Dina Hanif Mufidah, guru di lingkungan Majlis Dikdasmen PCM GKB Gresik, yang bertugas sebagai Kepala SD Muhammadiyah Giri Gresik. Lahir di Sidoarjo, Jawa Timur ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Namaku Merah (Tantangan hari ke 1)

Namaku Merah (Tantangan hari ke 1)

Hampir 1 jam kuhabiskan waktu bersama laptop dan gawai di tangan. Aku merespon satu persatu notifikasi di email dan berbagai media sosialku. Hari ini ulang tahunku yang ke empat puluh empat. Dan kemajuan teknologi memanjakan angan netizen dengan memberi perhatian penuh tapi semu, membuat seluruh dunia maya tahu, lalu membiarkannya berlalu. Sementara puluhan tahun lalu, di tanggal yang sama masih tergambar jelas bagaimana Ibuku sibuk menyiapkan bubur ketan dan jajanan pasar di beranda. Ibu lalu mengundang puluhan anak tetangga untuk menikmatinya, setelah ia sendiri memimpin memanjatkan doa doa. Aku duduk malu malu di sampingnya, memakai baju baru yang selalu bernuansa warna sama tiap tahunnya, Merah.

Namaku Merah. Kata Ibu itu nama indah yang bermakna harapan dan doa terbaiknya. Aku dilahirkannya di tahun Macan dalam wacana shio Cina, dibawah naungan rasi bintang Sagitarius dalam persepsi astrologi. Ibu bilang  merah melambangkan semua kekuatan. Ia  memimpin kebaikan, menggugah keberanian, menginspirasi hasrat menang dan pantang menyerah. Ibuku sebenarnya seorang yang religius, namun ia juga percaya hal hal baik dari ilmu prediksi manusia.

Dan hari ini, tiba tiba aku ingin menyendiri. Kebetulan karena aku sedang sendiri di rumah ini. Aku beranjak menuju  sofa tua, di sudut teras belakang rumahku. Duduk di atasnya sambil menatap aneka Sanseviera yang tumbuh kaku, dan pohon  jeruk purut  hasil cangkokan yang kutanam disamping air mancur mainan dekat jemuran. Segelas cangkir coklat panas kudekatkan ke dagu. Kuhirup dalam dalam  uapnya yang beroma antioksidan dan flavonoid untuk sugesti positif. Suamiku dinas seminggu luar negeri. Dua putraku studi di sekolah berasrama di luar kota, sedangkan putriku sedang mengikuti program berkemah bahasa Inggris di sekolahnya. Di sudut teras ini aku mendapati diriku hari ini sebagai seorang wanita yang telah selesai masa mudanya. Ya, aku wanita di usia paruh baya. Aku membaca mitos “krisis paruh baya” Itu krisis tentang masalah keluarga, pernikahan dan karir di masa perpindahan usia.

Tapi aku sama sekali tidak mempercayainya. Ada hal hal yang membuatku yakin bahwa kebahagiaan demi kebahagiaan menantiku hingga akhir usia. Allah telah mempersiapkannya. Di usia ini aku justru menjadi wanita yang merdeka dan terbebas dari hal hal kecil yang bikin ribut dan ribet semasa muda. Saat remaja, semua hal masuk kedalam hati. Hanya ada kubu di dunia ini. Aku dan orang lain. Kufikir kakiku kebesaran, rambutku jelek, kulitku kurang terang. Kukira orang tidak suka caraku berbicara, atau tidak suka aku hadir saat mereka bercanda. Semua serba salah. Ketika baru berumah tangga, tetangga ngecat baru pagar rumah, beli mainan baru buat balitanya sudah bikin iri hati. Sekarang semua tidak lagi begitu. Aku bisa menerima diriku apa adanya, dan ikut menikmati kebahagian orang orang yang berdekatan denganku tanpa rasa gundah. Bertambahnya usia mengantar kita pada pemahaman lebih tentang bahagia adalah mensyukuri apa yang kita miliki.

Selain itu, di usia ini aku telah menyimpan rapi dalam kenangan abadi bukti Allah begitu dekat menyelamatkan dan memberiku kesempatan hidup tiga kali untuk sampai di hari ini.

Danau Jambu Merah

Aku masih berumur 9 tahun, ketika kawan kawan baruku di Samarinda mengajakku turun ke lembah tak jauh dari pemukiman kami.  Di sana ada danau indah yang dikelilingi  banyak pohon jambu merah yang sedang ranum berbuah. Kami akan mandi di danau dan menikmati manisnya buah jambu yang bergelantungan di atasnya. Kami larut dalam keriangan, hingga  saat mulai memasukkan kakiku di tepian yang tak dalam, aku lupa mengumumkan ke semua orang bahwa aku tidak bisa berenang. Teman temanku saling mendorong dan mencipratkan air. Saat kakiku tak lagi menyentuh dasar danau, dan kehilangan keseimbangan, aku mulai panik. Mereka terus tertawa, mengira aku bercanda. Saat itu terbayang wajah Ibuku, aku tidak boleh tenggelam. Aku harus pulang, karena tadi pergi tanpa ijinnya. Sekuat tenaga tanganku menggapai gapai, dan dahan jambu di tepian danau itu seperti  sengaja dilengkungkan untuk kugapai , kupegang erat erat hingga mengantarku kembali ke daratan dengan selamat. Aku masih sempat meraih sebuah jambu merah ranum dari dahan itu,  kunikmati di tepian, sambil menunggu kawan kawanku selesai berenang. Kamipun pulang beriringan.

Kaca Jendela

Hari itu pelajaran agama Islam. Pak Malik guru agama kami di  kelas 3 SMP. Aku duduk sendiri di bangku terdekat dengan pintu kelas. Kawanku tidak masuk karena sakit. Di sebelah kiriku adalah jendela kaca besar yang membuatku lepas memandang lapangan olahraga sekolah dimana beberapa guru sedang bermain bola voli di sana. Tiba tiba hatiku berdesir tanpa sebab. Membuatku ingin beranjak pindah bangku bertiga dengan teman sekelasku yang lain dengan alasan klasik,tulisan di papan kurang jelas dari bangkuku sendiri.  Dan hanya beberapa detik setelah Pak Malik mengangguk, akupun menggeser tubuh.  Saat itulah kaca jendela berderik, membentuk tombak besar dan meluncur menghujam tepat dimana aku tadi duduk. Suara hancurnya kaca saat menghantam bangku kayu dan lantai kelas menggunangkan seisi kelas. Tatapanku nanar memandang butiran tajam kaca yang berserakan. Pak Malik meraih bahuku dan memegangnya erat erat. “Ucapkan syukur, Nak. Kamu selamat.” Bisiknya.

Jalan Raya

Ada sore bernuansa maut. Ketika aku berkendara, melintas cepat di sepanjang jalur utama kota Surabaya. Hanya beberapa detik kemudian aku menyadari sesosok tubuh lelaki dewasa tiba tiba tersungkur setelah menyentuh ban depan motor ku.

Tubuh itu roboh sambil memaki maki. Sementara badanku seperti terbang , lalu mendarat keras di tengah Jalan, dimana kendaraan melintas dengan kecepatan tinggi.

Secepat itu pula aku menyerah.... karena kaki dan kepala terasa berat . Sementara tepian jalan tampak jauh dari jangkauan.Tak mungkin ada waktu menghindar. Kubayangkan beberapa detik lagi tubuh ini pasti akan dihantam kendaraan yang melaju kencang, berderai tak terkira. Aku memejamkan mata, pasrah untuk  hidupku harus berakhir sore itu . Tiba tiba terbersit harapan, ya Tuhan sebenarnya aku masih ingin hidup. Mewujudkan cita citaku menjadi seorang guru dan menjadi seorang Ibu. Air mataku jatuh.

Tapi saat itu aku terlanjur menunggu mautku, sambil menunduk dalam dalam. Tidak terjadi apa apa. Hingga beberapa detik selanjutnya aku berhasil menguasai diri dan mencoba melihat ke sekeliling , sepi. Aku menoleh ke belakang dari jalur satu arah di mana kendaraan seharusnya datang.....Sekali lagi sepi, tak ada satupun kendaraan lewat. Hati saya seketika bergetar sambil menyebut nama Tuhan, lirih.

Engkau , Rabbku memerintahkan malaikat membekukan detik detik itu. Belum tiba ternyata waktuku pergi menghadapMu.

Masih tak percaya, aku perlahan bangkit ,tertatih dan berhasil menuju tepi jalan sendirian, sebelum kemudian seorang petugas polisi berlarian berusaha menghentikan kendaran yang mulai lalu lalang lagi. Dia membantu menyelamatkan motor, tas dan sebelah sepatuku yang masih tergeletak di tengah jalan.

Sore itu, 22 tahun lalu, aku masih berstatus mahasiswa berbalut jas almamater kemana mana. Ada satu hal penting untuk dicamkan seumur hidupku. Jangan menyerah, bahkan di detik detik terakhir saat segala hal nampak tak berpihak padamu.

It’s Me. Namaku Merah.  Aku yakin akan menua sebagai wanita  bahagia. Selama ada harapan, di situ ada kehidupan. Dan kehidupan mengajarkanku untuk tidak pernah menyerah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Baguuss Dinaa..

16 Jan
Balas

Baguuss Dinaa..

16 Jan
Balas

He he he, suwun yadebut baru

16 Jan

Ayo, semangat, Bu!

15 Jan
Balas

Bu Laili, ketemu di sini...

16 Jan



search

New Post