Dina Hanif Mufidah

Dina Hanif Mufidah, guru di lingkungan Majlis Dikdasmen PCM GKB Gresik, yang bertugas sebagai Kepala SD Muhammadiyah Giri Gresik. Lahir di Sidoarjo, Jawa Timur ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Telepon Cinta (Tantangan hari ke2)

Telepon Cinta (Tantangan hari ke2)

“Assalamualaikum, perkenalkan saya Yudo dari Rembang, apa benar saya bicara dengan Mbak Dina?.” Demikian suara seorang lelaki di sebrang sana dari telpon yang kuangkat siang itu di rumah Ibuku di desa. Hari itu tepat sehari aku mudik setelah wisuda sarjanaku dari sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya. Dengan hati hati, aku bertanya darimana dia mendapat nomer teleponku, dan ada keperluan apa. Dengan santun lelaki yang belum bisa kubayangkan wajahnya itu menjelaskan bagaimana dia bisa mendapatkan informasi tentang diriku. Kami bicara tidak lebih dari 10 menit. Dia menyampaikan keinginannya berkenalan ini bukan sekedar iseng, tapi ada niat baik untuk silaturahmi di waktu waktu mendatang. Aku tertawa dalam hati, belum sepenuhnya percaya. Namun dari nada suara dan santun tutur kata, aku menghargainya. Aku salut bagaimana ia mengumpulkan keberanian dan memutuskan menelponku. Perkenalan formal tanpa perantara lewat telepon, hanya berbekal cerita dan rekomendasi kawan saja. Perkenalan dengan seorang gadis yang sama sekali belum dia tahu rupa dan pribadi sebenarnya.

Empat bulan berlalu. Sore itu di rumah kos, entah telepon ke berapa dari Mas Yudo yang kuterima. Mungkin sudah puluhan kali , setelah pertemuan tatap muka ke tiga kami di Surabaya. Aku sendiri sebenarnya belum meyakini sejauh mana hubungan ini akan dibawa.Kami menjadi akrab karena nyaman saling berbagi kisah. Dia lelaki sederhana yang menunjukkan tanggung jawab dan kesungguhan dalam setiap sikap dan tutur kata. Bukan tipe perayu, dia bicara secukupnya. Dia sopan dan menghargai diriku apa adanya. Maka aku jatuh simpati meskipun belum bisa disebut cinta. Namun entah apa yang memberiku kekuatan hari itu untuk berkata, “ Maaf, aku tak ingin berlarut larut. Ada syariat yang harus kujaga teguh. Bukan pacar, tapi suami yang kucari. Temui orang tuaku atau sampai disini.” Aku mengucap salam, menutup telepon , tertegun dan gemetar atas perkataanku sendiri. Seminggu kemudian, lelaki itu menunjukkan kesungguhannya. Dia menemui orang tuaku dan mohon ijin meminang. Semuanya berjalan cepat tanpa sempat kucerna satu persatu. Bulan Juni, tiga bulan setelah Ayahku setuju, keluarganya datang untuk penentuan tanggal pernikahan. Agustus yang cerah di tahun yang sama, akupun resmi menjadi istrinya.

Dan hari ini telah terbentang panjang tahun tahun kebersamaan kami dalam biduk rumah tangga. Tahun tahun yang tak akan pernah usai untuk terus belajar saling mengenali dan menerima kurang lebih masing masing sebagai pribadi. Akhirnya aku tahu, aku mencintainya bukan sebatas kata cinta yang terucap manja, ketika jatah uang belanja rutin masuk rekening. Juga bukan sekedar kata penambah gairah saat kami dalam momen mesra. Apalagi sekedar kata pencitraan “ I Love You” pada pesan whatsapp, foto instagram atau status facebook saja. Aku sungguh sungguh masih merasakan cinta saat kami saling diam tak bertegur sapa, menahan emosi diri atas masalah keluarga. Aku masih merindukannya saat jengkel karena perbaikan pompa air, kawat jemuran, genting, gantungan tas dan rak pernak pernik yang dikerjakannya tak sesuai harapanku. Aku menyayanginya saat harus membantu menambah pendapatan keluarga. Aku menyumbang terang terangan atau diam diam berbagai kebutuhan anak anak dan rumah, di tahun tahun sulitnya. Aku mencintainya dalam maaf tak terucap untuk amnesia tahunannya pada hari ulang tahunku atau hari ulang tahun pernikahan kami. Aku mencintainya untuk buket bunga mawar atau “candle light dinner” yang tak pernah penting dalam agendanya. Aku mencintainya sebagai guruku kehidupan terbaikku atas segala kurang lebihnya, kaya miskinnya, sehat sakitnya. Aku mencintainya sebagai lelaki sederhana atas keberaniannya pertama kali bertanya” Maukah berlayar bersamaku?” Dua puluh tahun lalu.

Hari ini aku berbagi kisah cinta dalam tiga alenia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Barakallah. Sakinah selalu, Mbak Dina

16 Jan
Balas

Terimakasih Pak Ihsan, Aamiin ya Rabb.

17 Jan

MasyaAllah tabarakallah Dina, ingatanku melesat ke Krian ke Rembang Ya Allaaahhh...

16 Jan
Balas

You were one of the witness..ha ha ha!

17 Jan

MasyaAllah tabarakallah Dina, ingatanku melesat ke Krian ke Rembang Ya Allaaahhh...

16 Jan
Balas

Suksee bun.

16 Jan
Balas

Thanks Ibu, salam kenal

17 Jan



search

New Post