dina hervita

Saya guru di Jakarta Selatan. Ingin berpartisipasi di gerakan literasi. Jargon gemar membaca hanya akan menjadi tulisan tanpa makna jika guru tidak berperan akt...

Selengkapnya
Navigasi Web

Mata Super

“Aduh, kenapa dengan matamu?” tanyaku. Ketika kulihat mata si Vission pagi ini lebih merah dari biasanya.

“Sepertinya karena semalam nih. Begini nih, kalau kebanyakan mata malah gak ke control,” keluhnya.

“Lha kamu tuh piye sih, katanya manusia super. Koq nggak bisa ngurus diri sendiri. Hayuk, aku antar ke dokter sekarang,” kataku. “Tapi bajumu ganti, biar gak terlalu mencolok.”

“Oke, aku sudah siap,”jawab Vision sambil melirikku.

Kupikir-pikir lucu juga. Seorang pahlawan dengan mata yang super, koq ya bisa-bisanya sakit mata??

Melihatnya duduk di antrian barisan, dengan orang-orang yang sedikit terganggu dengan dandanannya membuatku ingin tertawa terbahak-bahak.

‘Awas kau nanti, kalau sudah beres dengan ini. Aku akan membalasmu!’ kudengar omongannya dalam pikiranku. Dan bibirku tersenyum menggodanya. ‘Ok, balasku.’

Setelah lama menunggu, akhirnya...

“Atas nama bapak Vision, segera masuk keruang periksa 4.” Terdengar panggilan menngema di lorong rumah sakit ini.

Segera Vision pun berjalan menuju ruang 4 dan ku ikuti sambil menjaga jarak.

“lho, ini kan Vision sang pahlawan super.” Teriak sang dokter, ketika melihat Vision membuka penutup mata ketiganya.

“Iya betul. Tapi saya juga bisa sakit, lihat ini mata saya. Nyeri dan bengkak karena kemarin malam terkena hewan,” kata Vision, sembari sedikit menahan sakit.

“Apakah pahlawan super tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri?” kata dokter mata itu dengan lugunya.

“Ya, kan kami juga setengah manusia.” Jawab Vision sambil cengar-cengir.

‘Ini dokter ternyata agak bodoh juga ya?’ kata Vision padaku lewat pikiran.

‘Nama lugu, bukan bodoh!’ jawabku sambil menjulurkan lidahku.

‘Sudah minta cepat, aku sudah lelah menunggu disini. Lelah berbasa basi,’ kataku lewat telepati.

‘Ya.’

“Gimana dok, gak apa dengan mata ketiga saya?” tanya Vision pada sang dokter setelah diperiksa.

“Gak apa-apa, hanya sedikit meradang. Nanti diberi obat mudah-mudahan cepat sembuh,” jawab dokter. “Oh iya, saya boleh minta tanda tangan untuk anak saya?” kata dokter itu.

Dengan malasnya Vision memberikan tanda tangannya. “Siapa nama anaknya dok?”

“Nama anak saya Visi, karena dia perempuan.” Jawab dokter sambil malu-malu. Karena ketahuan dia memang seorang penggemar berat Vision.

“Heh,” hanya itu jawaban Vision. Dan segera pergi.

“Terima kasih dok, nanti saya tebu obatnya. Maafkan teman saya.” Kataku pada dokter sambil mengejar Vision yang berjalan cepat.

Hey, Vision jangan cepat-cepat. Tunggu aku!! Teriakku di selasar rumah sakit.

Vision….Vision...

Terdengar teriakan ramai pengunjung rumah sakit. Dan Vision pun berlalu..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Dokternya juga unik OK bu.

10 Jun
Balas

Imajibatif. Good job bu. Salam kenal.

10 Jun
Balas

Cerita yang kreatif Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

10 Jun
Balas

Vision sakit mata ... Halu yang bikin lucu. Menggelitik crita fiksinya. Kreatif. Selamat menebar karya, sukses selalu.

10 Jun
Balas



search

New Post