dina hervita

Saya guru di Jakarta Selatan. Ingin berpartisipasi di gerakan literasi. Jargon gemar membaca hanya akan menjadi tulisan tanpa makna jika guru tidak berperan akt...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengembangan Ekosistem Sekolah Berbasis TIK

Pengembangan Ekosistem Sekolah Berbasis TIK

Hari Sabtu Minggu, tanggal 20-21 Oktober 2018 penulis dan sejumlah rekan guru yang tergabung dalam PGRI Jakarta mengikuti sebuah workshop. Workshop diadakan PGRI bekerjasama dengan pustekom kemendikbud yang diselenggarakan di Smart Learning and Character Center (SLCC) gedung guru Indonesia lt 3, Jl Tanah Abang III Jakarta Pusat. Menurut info kegiatan workshop ini adalah kali pertama yang diadakan di SLCC. Ruangan SLCC dilengkapi tools electronic digital, seperti layar besar touch screen yang sangat membantu nara sumber untuk menginformasikan semuanya dan terhubung langsung dengan internet. Di ruang lain ada lab science yang serba digital juga ada rak buku digital. Semua ruangan juga full AC loh dan juga ada lift yang menghubungkan setiap lantai.

Mengangkat tema yang menarik dan sedang viral saat ini “Pengembangan Ekosistem Sekolah Berbasis TIK" dimana setelah mengikuti workshop diharapkan peserta mampu menumbuhkan budaya literasi digital di kalangan guru, siswa dan tenaga kependidikan dan untuk meningkatkan kemampuan serta kesadaran untuk memproduksi konten-konten positif di dunia digital terutama dalam menangkal konten-konten digital negatif terkait berita bohong/hoax. Dan sudah bisa dipastikan kegiatan kali ini super menarik dan dahsyat bagi guru yang haus pembaharuan dan merasa dikejar perkembangan zaman khususnya guru sd seperti penulis. Dalam hati, bagaimana caranya menggunakan TIK dalam pembelajaran sd ? dapat maksimalkah? melihat kondisi dan tata tertib di sekolah yang sering kali berbenturan dengan penggunaan TIK itu sendiri. Daan... di workshop yang dikoordinir Bapak Wijaya Kusuma atau biasa disapa OM Jay menjawab semua pertanyaan yang ada dibenak kami semua.

Nara sumber yang dihadirkan sudah pasti pakar dibidangnya dan hasil karyanyapun terlihat nyata. Mereka adalah Dedi Dwitagama mantan kepala sekolah SMK 36 Jakarta dan Kepala sekolah SMK 50 Jakarta. Karya beliau adalah sukses mengembangkan ekosistem sekolah berbasis TIK dimana seluruh guru beliau wajibkan memiliki blog yang saat itu dianggap kekejaman dan penindasan bagi guru yang belum melek IT tapi ibarat pepatah No Pain No Gain beliau tetap meneruskan kekejamannya itu, hehe. Apalagi dengan berkoordinasi dan belajar bersama siswanya dimana ia menunjuk siswa yang cukup mumpuni dalam IT untuk mengelola blog dan media sosial sekolah. Beliau menugaskan mereka untuk mendokumentasikan kegiatan dan mempostingnya di semua media sosial sekolah. Alasan beliau melakukan hal tersebut adalah untuk menangkal berita-berita buruk yang mungkin terjadi tentang sekolahnya sehingga jika selalu memposting berita-berita baik tentang sekolahnya maka yang akan terlihat adalah image baik sekolah itu. Sebagai nara sumber Pak dedi memberi informasi dengan gayanya yang santai, sedikit jenaka dan down to earth. Terlihat sekali dari gesturnya ia ingin guru Indonesia berubah dalam mindset dan kinerjanya melalui melek digital yang diulasnya. Beliau memotivasi kami semua untuk menggunakan sosmed dan blog semaksimal mungkin untuk menjaga self branding dan image positif kita yang jejaknya akan terekam dalam setiap postingan kita di medsos dan blog. Mata saya seakan tak berkedip. Isi kepala saya seakan meletup-letup ingin segera action mboh piye carane (laah..??).

Nara sumber berikutnya adalah ibu Diah Wulandari perwakilan dari Pustekom kemendikbud. Beliau menginformasikan seputar human digital skill dilengkapi data-data berupa angka-angka secara statistik. Dalam paparannya angka pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 85% dan yang terbesar ada di usia 19 tahun hingga 48 tahun. Artinya bahwa zaman sudah bergeser ke era digital. Hal ini juga berimbas pada cara kerja di kemendikbud dimana setiap hal harus berkaitan dengan info satu pintu melalui internet. Misalnya dapodik sudah memakai aplikasi terhubung internet begitupula aplikasi kjp di pemda DKI juga seluruh komponen data di pemerintahan memakai digital yang terhubung internet. Namun untuk keamanan dan privasi data milik pemerintah tidak disimpan dalam fitur mail milik google melainkan disimpan dalam file di data kementrian yg bisa diakses jika menggunakan internet. Dari statistik informasi digital, kita dapat mengetahui perkembangan apapun tidak terkecuali konten-konten hoax yang tersebar di medsos, tentang internet sehat, tentang analisa UNBK, digital literasi, dll. Dan beliau menugaskan seluruh peserta untuk menulis artikel dengan 4 tema yang telah ditentukannya dan dikirim ke email beliau untuk selanjutnya.

Nara sumber ketiga adalah Pak Bhayu Sulistiawan, seorang pakar pendidikan, kepala sekolah juga. Walaupun background beliau adalah pendidikan agama namun beliau berhasil mengembangkan ekosistem sekolahnya berbasis TIK melalui penggunaan soal online dan administrasi sekolah tersebut sehingga menurut paparannya beliau sudah sedikit membantu mengurangi penggunaan kertas hasil produksi pohon yang ditebang melalui penggunaan TIK di sekolahnya. Itulah mengapa beliau dilirik microsoft untuk turut berperan aktif dan menvirusis seluruh guru untuk melek IT dalam kinerjanya. Bersama beliau kami dikenalkan satu contoh link untuk membuat soal online yaitu tahoot.it. Yang menarik adalah semua peserta diminta membuat soal online melalui link tersebut sesuai dengan jenjang dan minat masing-masing dan wow..luarbiasa antusiasnya seluruh peserta mengikuti sesi ini full energy. Tidak ada yang gaptek loh gaes.... walaupun banyak peserta yang berumur namun penggunakan handphone dan laptop rasanya sudah menjadi kecakapan hidup,hehe.

Nara sumber yang terakhir adalah Pak Wijaya Kusuma, beliau adalah seorang guru, motivator, penulis buku dan penggerak kegiatan PGRI. Dari beliau kita diajarkan cara action bagaimana membuat blog, membuat text yang baik untuk artikel dan postingan juga cara beliau mengembangkan literasi kelas. Pengembangan literasi kelas beliau inilah yang membuat beliau menjadi guru berprestasi dari Jakarta. Walau berbadan sedikit gempal, namun semangat beliau terlihat dari kelincahannya mengkoordinasi dan bekerjasama dengan semua pihak sehingga keseluruhan acara berlangsung segar dan lancar.

Akhir dari keseluruhan kegiatan adalah sesi foto, tukar nomor handphone dan berharap bisa mengikuti workshop dahsyat berikutnya. Oh iya penulis sangat mengapresiasi usaha PGRI kali ini seakan pecah telur dan mampu menjadi penyegar dari kehausan guru tentang bagaimana mengajar generasi Z yang sedang mereka hadapi saat ini agar tetap memiliki harga diri karena ilmunya akan terus diupdate sehingga menjadi guru yang siap menghadapi pergeseran abad 21 menjadi abad revolusi industri 4.0.

Semangat pagi selalu PGRI !

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantaps reportasenya, barakallah

21 Oct
Balas

jiaah..bisa aja bunda. alhamdulillah setelah menyingkirkan semua buku dan hp disekitar saya. saya mampu menulis semua yg sy serap dr acara kemaren. syukurlah..hehehe.

21 Oct



search

New Post