Dina Ligar Wirana

Nama saya Dina Ligar Wirana. Saya lahir di kota Medan, 28 Januari 1982. Saya anak sulung dari empat bersaudara. Meski lahir di Medan, saya tidak mewarisi marga ...

Selengkapnya
Navigasi Web

SAHARA

Aku sedang duduk di bangku taman, menunggu buah hatiku bermain, ketika aku melihat seorang anak perempuan yang duduk di sudut taman, tak jauh dari tempat ku. Dia sedang menangis, berulang kali mengusap air mata dan ingusnya, tapi tak satu orang pun perduli. Bajunya sangat kotor, wajahnya pun juga, rambutnya di kucir dua dan diberi pita warna pink. Aku berdiri dan berjalan kearahnya, bermaksud ingin bertanya kemana ibunya.

Sahara, begitu gadis itu menyebutkan namanya ketika aku bertanya siapa namanya. Aku menenangkannya sebentar, menyerahkan tissue dan sebotol air mineral yang baru saja aku beli. Aku tanya kemana ibunya dan kenapa tidak menemaninya bermain di taman. Dia hanya menjawab dengan gerakan bahu yang di angkat pelan. Tiba - tiba anak laki - lakiku datang mendekati, mengajak pulang karena sudah letih bermain. Aku memperkenalkan Sahara padanya, mereka saling berjabatan tangan dan tersenyum malu, senyuman khas anak - anak. Sebelum pulang, aku mengajak Sahara untuk menunggu ibunya di pos satpam agar ibunya mudah menemukan nya saat datang nanti, tapi Sahara kecil menolak dan mengatakan ingin menunggu di tempat itu saja. Aku tidak memaksanya, berjalan melangkah menjauhinya setelah memintanya untuk hati - hati saat berada di tempat umum tanpa pengawasan orangtuanya. Dia mengangguk tersenyum dan mengucapkan terimakasih, melambaikan tangan nya padaku dan anakku."

Mama... Azi main sama Sahara di depan ya..." Aku mengangguk sambil tersenyum. Sudah beberapa hari ini Sahara datang dan mengajak Azi bermain di depan rumah. Aku kembali melanjutkan menonton berita di televisi. Tiba - tiba sebuah berita membuat jantungku terasa berhenti, tenggorokan ku kering, dan lidahku kelu. Sesosok mayat anak perempuan bernama Sahara, diberitakan sudah seminggu hilang,  dan baru saja di temukan tak bernyawa di dekat semak - semak. Terpampang foto wajah seorang anak perempuan yang sangat aku kenal, dengan dua kunciran rambut dan senyuman yang sama. Aku cepat berlari keluar rumah, Azi masih ada di sana bermain bersama seorang anak perempuan, yang tersenyum ke arahku.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post