CINTA MEMBAWA DERITA SANG AYAH (2)

Oleh:

DONY GUSRIZAL, S.Si

Perasaan cinta diantara mereka semangkin mendalam, sehari tak bertemu serasa setahun, tidak hanya dialam nyata, bahkan dialam mimpi mereka juga bertemu. Kegelisahan itu membuat mereka selalu ingin berjumpa dan bersama. Keesokan harinya mereka di pertemukan kembali, Anto sengaja untuk membawa Aliyah makan disebuah warung yang ada di tepi pantai, sengaja hari ini menyisihkan waktunya untuk berbicara dengan Aliyah, mengungkapkan kegelisahan yang dirasakannya selama tak berjumpa dengan Aliyah, ternyata Aliyah pun merasakan hal yang sama, seperti yang dirasakan oleh Anto. Cinta mereka bersambut, tidak bertepuk sebelah tangan, dan hari itu merekapun resmi untuk saling mengenal dalam suatu ikatan cinta.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, hubungan mereka semangkin dalam, tak ada orang yang mampu memisahkannya. Setelah tamat kuliah mereka memutuskan untuk melanjutkah hubungan mereka ke jenjang selanjutnya. Ketika Aliyah menyampaikan kepada Ibunya, bahwa dia akan menikah dengan pilihannya, ibu Aliyah tidak menginginkannya, dia menginginkan seorang menantu yang memiliki latar belakang yang baik, baik dari segi pendidikan maupu dalam segi penghasilan. Tapi Aliyah tetap memaksa dengan segala alasan dan kemampuannya sehingga dia tetap melanjutkan pernikahannya dengan rasa yang enggan dari sang ibu. Rasa restu yang terpaksa diberikan oleh sang ibu, karena rasa cintanya kepada sang putri.

Menantu yang tak diharapkan menjadikan dirinya merasa asing selama berada dirumah Aliyah setelah menjadi suaminya. Setiap hari Anto selalu mendapatkan sindiran dari sang ibu mertua, tidak ada kata-kata manis yang terlontar dari bibir mertua kepada dirinya. Hanya karena rasa cinta kepada istrinya yang membuat Anto tetap bertahan dalam dunia penuh penderitaan ini. Hidup dalam kelurga yang tak mengharapkan kehadiran dirinya.

Perasaan itu semakin bertambah, apalagi setelah istrinya menjelang 3 bulan kehamilanya, tidak bisa banyak beraktifitas, terpaksa semua kebutuhan dia dan istrinya dilakukannya sendiri, sementara sindiran dari sang mertua selalu bernyanyi-nyanyi terdengar ditelinganya. Rasa kesal dan marah kadang dipendam dalam hati, tak ingin menyakiti mertua, yang merupakan ibu dari istrinya.

Dalam lamunan kesendiriannya Anto melihat Aliyah istrinya tertidur dengan pulas, air matanya mengalir membasahi pipinya, kata-kata dari ibu mertuanya bagaikan sembilu yang melukai hati, perih dan sangat menyakitkan. Dalam tangisan kesendiriannya dia kembali mengingat ibunya yang telah lama meninggal, dia merindukan kasih sayang dari ibunya, rasanya ingin berteriak memanggil ibu …. tapi takut akan mengejutkan istrinya, akhirnya rasa itu tertahan hingga nafasnya sulit untuk berganti, begitu sesak dalam dada. Air matanya mengalir menetes membasahi lantai yang di dudukinya, ditariknya nafas dalam-dalam dan dihembuskannya lewat mulutnya secara pelan-pelan, hingga membuat hatinya sedikit lebih tenang dari biasanya.

Bersambung ………..

Pesisir Selatan, 01 Desember 2022