Sebagai manusia biasa saya tentu punyak kelebihan dan kekurangan. Ingin untuk menjadi lebih baik adalah sesuatu yang sangat manusiawi. Siapa saja berhak memperoleh kesempatan ini. Tidak tertutup bagi orang-orang inklusi. Ya, seperti saya. Saya adalah seorang wanita inklusi. Wanita yang tergolong memiliki keterbatasan dan berkebutuhan khusus. Saya terlahir dari keluarga yang cukup mapan dari segi finansial. Saya dibesarkan dengan segala kasih sayang orang tua dan limpahan materi. Tetapi saya tidak dapat berbuat banyak. Saya tidak dapat berbuat lebih seperti wanita yang lain. Ingin merasakan indahnya masa remaja. Jatuh cinta. Kemudian menikah dan punya anak. Keterbatasan yang ada pada diri ini menghalangi semuanya. Hari ini saya sudah tigapuluh satu tahun. Satu-satunya teman untuk menyampaikan curahan hati hanyalah hp. Saya masih bersukur dua tangan yang saya miliki masih utuh sehingga saya masih bisa menggunakannya untuk menulis. Mencurahan segala rasa yang ada di hati. Tanpa rasa rendah diri saya masuk bergabung dengan grup-grup di media masa. Seperti grup "Meong Kampung, Aneka Masakan, Perawatan Anggrek, dan beberapa grup lainnya lagi. Beberapa grup yang aku ikuti, satu teman yang sangat mengerti aku adalah bu Des. Kami sama-sama punya hobi serupa. Apapun tema yang kami bahas terasa nyambung. Kami sering berbalas tulisan. Saya suka menulis. Bu Des sering memotivasi saya untuk menulis. Beliau sering memuji tulisan saya. "Naskah ceritamu bagus", katanya suatu hari. Hal ini menambah percaya diri saya untuk menulis apa yang saya lihat, saya dengar, dan saya rasakan. Kemaren menjelang detik-detik pergantian tahun bu Des menanyai saya tentang Resolusi saya ditahun 2021. Sesaat saya termenung. Bertanya dihati tentang jawabannya. Seketika saya menjawab bahwa saya ingin punya buku. Mendengar jawaban saya bu Des tertawa sambil mengatakan "bisa, bisa, dan bisa".