Dra. Lifya

Dra. Lifya lahir di Padang 4 April 1966 ibu dua orang anak ini awal belajar menulis di Website : lifyasofyan.blogspot.com. Bukunya banyak mengis...

Selengkapnya
Navigasi Web

CEO MEDIA GURU INDONESIA BAPAK MOHAMAD IHSAN INGIN CEPAT PULANG Karya: Lifya

Sedikit terperangah kami mendengar pernyataan bapak CEO sebutan kami untuk Bapak Muhamad Ihsan CEO Media Guru Indonesia yang hadir bersama kami dihari Gebyar Pendidikan Nasional 2018. Betapa tidak baru mulai berbicara beberapa patah kata beliau sudah menyatakan keinginannya untuk pulang. Kami terdiam tak lama sesudah itu beliau menyatakan ingin pulang karena ingin pergi ke daerah lain untuk menyatakan keinginanannya menyebar berita. Bahwa di Provinsi Sumatera Barat guru-gurunya begitu bersemangat seperti buliran salju yang mengelinding menjadi bola salju. Begitu cerpat pertumbuhan guru-guru dalam menulis. Tak salah dikatakan bahwa Sumatera Barat negeri pujangga kalau tidak menjadi pujangga mereka menjadi ulama begitu tutur beliau. Karena semua bahan yang akan ditulis itu sudah melekat dalam diri keseharian guru. Guru sudah mempunyai potensi mempunyai bahan yang akan ditulis media tempat menulispun sudah siap menerima karya-karya itu.

Kami semua menjadi tersenyum dan tertawa mengetahui alasan CEO ingin cepat pulang. Akting bapak memang menyakinkan setelah melempar beberapa buah pantun maka dijelaskanlah kepada kami proses sebuah naskah hingga bisa terbit menjadi buku. Sebenarnya setelah naskah dikirim penulis hanya tinggal menunggu naskah kerkomuflase dari kepompong menjadi kupu-kupu dari naskah menjadi buku. Tapi para penulis tidak sabaran menunggu bukunya untuk segera lahir. Ibarat kupu-kupu kalau dipaksakan keluar dari kepompongnya kupu-kupu tersebut bisa tak jadi terbang. Begitu juga dengan naskah yang masuk perlu diedit terlebih dahulu.

Letak lamanya kenapa buku tak kunjung terbit bahkan dicetak dan sampai ketangan penulis disebabkan beberapa factor. Penulis dituntut kesabarannya menunggu proses cetak yang ribuan bayaknya. Sebelum terbit naskah perlu diedit dulu. CEO memberikan tayangan beberapa hal yang membuat editor perlu mencermati naskah yang masuk. Karena tidak semua naskah yang masuk sudah vit ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. CEO Ihsan menjelaskan bahwa penulis tidak perlu kepedean. Jadi penulis harus rendah hati karena terlalu bersemangat melupakan jasa orang lain. Bahkan sampai menyepelekan suami sendiri penulis dengan percaya diri menuliskan bahwa ia seorang yang berbakat dan pintar hal itulah yang menurun kepada anaknya bukan bakat suaminya. Hal ini bisa menimbulkan huru-hara nantinya. Ada lagi hal yang perlu dibuang oleh pengedit tentang konten selingkuh. Hal tersebut takperlu diungkapkan secara fulgar. Begitulah dihari yang bersejarah ini kami banyak mendapat pencerahan dan pelajaran. Jangan sampai merendahkan orang apalagi merendahkan pemerintah. Perhatikan titik baca dan cara penulisan yang baik karena seorang guru tutur katanya akan digugu, ditiru oleh orang lain terutama oleh siswanya. Penulis harus memparhatikan hal di atas sehingga bisa membantu mempercepat kerja editor. Menjadi editor lebih berat dari penulis sama dengan memperbaiki baju yang sudah jadi rasanya lebih enak menjahit baju dari kain yang belum di jahit. Ada ladi konten sadis yang mesti di edit janganlah sampai bercerita melebihi film horor yang membuat cerita menjadi tidak masuk akal.

Jadilah penulis yang berhati lembut yang mau meggerakan hati orang lain untuk berbuat baik. Memotivasi orang lain untuk membaca syukur-syukur juga termotifasi untuk menulis. Sedikit perobahan akan mendapat perobah besar lebih baik. Masukan semua kedalam impian jangan menyerah kepada keadaan.

Jadilah motivator ajak siswanya menulis bahkan menulis bagi sebagian media terapi . Karena menulis bisa meningkatkan kecerdasan. Membiasakan siswa berfikir runut dan terstruktur. Menulis juga melatih siswa bertanggung jawab dan terbiasa menyelesaikan masalah karena dalam menulis ada tahap penutup atau ending dari yang ditulis.

Begitu indahnya pesan yang kami terima perasaan haru bahagia bercampur aduk. CEO mengakhiri wejangannya dengan sebuah pantun

Kayu cendana di atas batu

Ambil satu jangan dibuang

Selamat terucap kepada guru

Anda semua sudah menjadi bintang.

Begitulah mari kita jaga irama menulis dari sekarang dari kini. Jangan sampai semangat yang mengebu-ngebu mati perlahan. (Lifya)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah

02 May
Balas

Alhamdulillah, luar biasa pencerahan dan motivasi untuk kita penulis Sumbar. Rendah hati dan sabar 1.000 buku penulis Sumbar untuk HGN

02 May
Balas

Luar biasa, hebat tulisan top

02 May
Balas



search

New Post