Dra. Muliati

Menulis itu jiwa dan nyawa. Jika masih bisa menulis berarti jiwa dan nyawa masih sehat. Pupuklah itu selagi ada kesempatan. Menulislah kap...

Selengkapnya
Navigasi Web
AIR MATA DI HOTEL PRODEO

AIR MATA DI HOTEL PRODEO

AIR MATA DI HOTEL PRODEO

Muliati

AIR MATA DI HOTEL PRODEO

Muliati

Pagi terasa gelap. Sore semakin pekat. Malam pun hati tersayat. Begitulah hari-hari dirasakan Pak Suprianto seorang guru teladan di Papua. Tamatan pesantren Hayatun Ikhlas ini orangnya cerdas, tekun, dan punya cita-cita tinggi. Ia boleh dikatakan multitalenta. Ia sering memberikan tausiah di pengajian-pengajian, baik pengajian ibu-ibu atau pun pengajian di masjid. Beliau juga sering menjadi khatib salat Jumat di masjid-masjid.

Di sekolah, ia juga seorang yang rajin, ulet, dan teladan. Datang paling disiplin. Pribadinya sangat baik dan santun. Siapa yang mengenalnya pasti akan senang dengan pribadinya. Ia luwes dan berwawasan luas. Karena itu, ia terpilih menjadi Wakil Kesiswaan. Namun, takdirnya membawa dirinya nginap di hotel prodeo.

“Bu Muli, saya rencana mau pindah profesi menjadi Panwaslu di kota ini,” katanya dengan senyum khas dan percaya diri.

Aku yakin ia akan mampu meraih itu semua. Namun aku yang tidak tahu politik sempat meragukan keinginannya itu. Suanana suhu politik di Papua sangat hangat dan berbahaya menurutku saat itu.

“Pak, apakah yakin pindah profesi. Bapak jadi guru teladan dan menjadi Pak Ustadz menurut saya sudah bagus. Bapak kan tahu suhu politik tidak baik saat ini. Lagi pula jika kita masuk dalam kancah politik, akidah bapak nanti akan bisa tergerus dan bisa jadi berubah haluan,” kataku dengan semangat pula.

“Justru melihat keadaan itulah, saya ingin terjun menjadi Panwaslu. Banyak kecurangan-kecurangan dalam pemilu,“ katanya dengan semangat dan percaya diri. Aku hanya mengangguk dan mengiyakan. Bagaimana pun kita akan memberi saran, jika kemauannya kuat, tidak akan mampu mengubah pikirannya.

“Selamat berjuang, Pak. Semoga sukses dan kecurangan bisa bapak berantas,” jawabku waktu itu. Semenjak itu, aku tidak pernah bertemu beliau lagi. Ia begitu sibuk dengan aktivitasnya. Namun, kami selalu kontak lewat SMS jika ada yang mau ditanyakannya tentang arti sebuah kata yang diperlukannya untuk menulis. Kadang beliau juga minta tolong membuat contoh surat. Jika punya waktu, aku bantu sebisaku.

“Sudah dua tahun aku terkurung di hotel prodeo ini. Jauh dari anak dan istri. Kebebasan berekspresi hilang dan berorasi melayang. Satu yang kujalani merenung nasib yang tak kunjung selesai. Sebuah kesalahan yang kubuat karena kecerobohan dan keidealisanku.“ sebuat pesan di WA yang saya baca.

“Sahabatku, aku ingat waktu di sekolah, kita selalu bertukar pikiran tentang kemajuan sekolah dan siswa. Kita sering seide dan siswa pun dekat dengan kita. Kenangan itu melintas kembali. Kenangan itu pulalah yang membuatku menulis untukmu. Walaupun pahit deritaku, semoga jadi pengobat untukku, coretanku ini. Kamu adalah sahabat hati dan sejatiku karena Allah. Semoga kamu bahagia selalu.”

Bersambung!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisah yang keren bu

27 Apr
Balas

Mksh bu Sofi

28 Apr

Cerpen yang penuh konflik lanjut uni

27 Apr
Balas

Mksh, Nani

28 Apr



search

New Post