Dra. Muliati

Menulis itu jiwa dan nyawa. Jika masih bisa menulis berarti jiwa dan nyawa masih sehat. Pupuklah itu selagi ada kesempatan. Menulislah kap...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cinta dalam Diam, Rindu dalam Doa

Cinta dalam Diam, Rindu dalam Doa

Cinta dalam Diam, Rindu dalam Doa

Muliati

 

Aku tak bisa berkutik lagi. “habis riwayatku malam ini,” batinku. Aku tetap bungkam dalam ketakutan. Tiba-tiba gawaiku bergetar. Ada telepon masuk. Aku tidak berani mengangkatnya. Kubiarkan saja gawai bergetar sendiri. Ketukan sejenak terhenti. Gawaiku bergetar lagi. Aku tidak berani membukanya. Kedengaran langkah kaki menjauh dari jendela. Semakin jauh.

Aku sedikit lega. Dia siudah pergi. Jika aku berteriak, tidak ada juga yang akan mendengar, rumahku berjarak jauh dengan tetangga. Lima menit berikutnya kedengaran lagi pintu digedor. Sepertinya di pintu samping. Tak henti aku berdoa agar orang itu pergi segera. Kubalikkan badan dalam posisi telungkup, agar tidak mendengar ketukan lagi. Ya, ketukan berhenti. Aku berdoa, “Ya, Allah, lindungi aku. Pejamkan mataku, lelapkan tidurku agar aku tidak mendengar apa-apa lagi.” Aku membaca doa sebelum tidur dan akhirnya aku tertidur.

Pukul 04.00 aku terbangun dari tidur. Biasa aku melaksanakan salat tobat, tahajud, dan berzikir. Tak lupa aku berdoa agar suamiku sehat saja di seberang sana dan dilindungi dari marabahaya. Setelah itu, doaku beralih untuk orang tua yang sudah meninggal. Diampuni dosa dan diterangkan kuburnya. Akhirnya, untuk anak-anakku yang berjuang mencari ilmu agar dilancarkan Allah.

Selesai salat, biasanya aku melihat gawai dan membangunkan anakku yang jauh diseberang agar salat subuh di awal waktu. Aku ambil gawai, kubuka dan aku sangat kaget ternyata yang menelepon tadi malam adalah suamiku. Aku lihat pesan, ternyata juga ada kata, “Dut, bukakan pintu!”

Waduh, ternyata ketakutan mengalahkan kebenaran. Tapi, aku tidak salah. Mengapa tidak memanggil namaku. Megapa hanya gedor-gedor pintu dan jendela tidak bersuara? Apakah buat kejutan? Sore tadi menelpon katanya masih di Batam. Kalau memang suamiku, waktu nelepon sore tadi ada di mana? Ah, banyak pertanyaan yang muncul. Itulah akibat diam tak mau bicara.

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren karyanya Bu Muliati

05 Sep
Balas

Kisah yang keren bunda

20 Oct
Balas

Wah penasaran nih bacanya bu Mul, salam sukses sellu ibu cantik

05 Sep
Balas



search

New Post